Untuk Kalian, Keluarga Tanpa Perlu Ikatan Darah

Hey kalian, barisan kawan yang dermawan. Berbagi cerita, canda, tawa, hingga asa. Membicarakan masa depan dengan penuh rencana cemerlang. Kita berbagi cita-cita dan saling menginspirasi. Membangun mimpi setinggi mungkin. Bagiku, tak ada yang mustahil asal kalian bersamaku.

Karena bersama kalian, aku tidak perlu mengenakan topeng. Aku menjadi diriku yang seutuhnya. Aku bebas berekspresi dan bereksplorasi. Aku menjadi berani memutuskan langkahku. Aku tidak takut mengambil resiko. Karena aku yakin, baik atau buruk yang ada di sepanjang jalanku kelak, akan selalu ada kalian disana. Para sahabat yang begitu hebat.

Belum lama memang kita saling mengenal. Berjumpa dalam keseharian yang hiruk pikuk. Bersama mengabdi jadi pelita. Dan disela penat itulah kita menjadi akrab. Mengakrabimu membuat pengetahuanku meluas. Cara pandangku bertambah seiring seringnya bertukar cerita denganmu. Peristiwa biasa menjadi luar biasa saat diperbincangkan denganmu. Aku merasa telah mengenalmu bertahun-tahun lamanya.

Aku, kamu, kita semua berbeda. Aku, dengan kepolosanku menghadapi dunia. Yang masih beranggapan bahwa semua orang adalah baik. Yang begitu mudah percaya pada orang lain. Kamu, dengan semangat membaramu mencari nafkah menambah rupiah. Yang rela pergi pagi pulang petang demi masa depan. Walau sering tumbang akibat masuk angin, kamu tetaplah pejuang favoritku. Kamu, dengan tanggung jawabmu pada keluarga. Yang semangat sekali saat mendapat side job. Yang paling bahagia di awal bulan. Yang cukup vokal menyuarakan kesejahteraan. Kamu, yang tekun memperdalam ilmu agama hingga membaikkan kami semua. Yang terlihat makin berbinar setelah menikah. Yang kesabarannya paling panjang di antara kami.

Kamu, yang tidak pernah lupa bersujud dalam saat-saat sucimu. Yang selalu mengingatkan sholat di awal waktu. Yang kata-katanya bak kata mutiara penuh bijaksana. Yang ide-idenya out of the box dan luar biasa keren. Kamu, dengan kegilaanmu pada buku. Yang koleksi bukunya paling banyak dan kamarnya paling rapi. Yang pengetahuan dan tutur bahasanya paling santun di antara kami semua. Yang jadi panutan dalam bidang kerapian. Kamu, yang begitu teliti dengan deret angka. Yang cukup senior namun membumi. Yang porsi makannya di atas rata-rata namun tetap langsing. Yang hasil masakannya paling juara di antara lainnya.

Kamu, yang baru datang tapi langsung melekat pada kami semua! Yang tidak pernah berkata tidak saat dimintai tolong. Yang ringan tangan membantu kami semua. Yang paling cerdas, namun rendah hati dan tidak sombong.

Lalu adakah yang menyatukan kita? Mungkin berawal dari obrolan ringan kita saat makan siang. Curhatan kita di sela padatnya rutinitas. Tentang keinginan melewatkan waktu di akhir pekan yang dinanti. Menyusun rencana dari A sampai Z.

Mempersiapkan segala sesuatunya sesempurna mungkin. Lalu tepat pada malam harinya sebelum pergi, kita sama-sama berdoa. Memohon pada satu tujuan supaya melancarkan segalanya. Dan kita layaknya bocah ingusan yang esok akan berangkat piknik. Semalaman tidak bisa tidur karena bahagia yang membuncah. Tidak sabar menunggu pagi. Karena kita tahu, kesempatan seperti ini mungkin akan jarang ada lagi.

Tentang kebersamaan ini, agaknya kita berjodoh satu sama lain. Ya, sepertinya memang takdir kita saling tumpang tindih hingga kita bertemu di titik ini. Ada banyak jalan sebelum kita berhenti sejenak di perhentian ini. Ada banyak pilihan sebelum kita menjadi dekat seperti sekarang. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi sebelum kita merasa senasib seperti saat ini. Dan lihatlah sekarang, kita menjadi saudara dalam perjalanan ini.

Selalu ada bahagia yang kita bagi. Hal kecil yang menjadi lucu kala diperbincangkan. Persoalan sehari-hari yang kita tertawakan bersama. Tentang celoteh kita kala makan siang. Membicarakan tingkah polah bocah yang mewarnai hari kita. Menanggapi aduan mereka tentang teman sekelas yang berlebih energi. Kita yang berbagi bekal makan siang. Saling bertukar lauk yang sama-sama beli di warung. Kita yang menyisipkan agenda jajan setidaknya sekali tiap minggu. Meluangkan sedikit waktu untuk me time.

Kita yang kadang khawatir begitu melihat kalender dan menemui dua digit angka di sana. Takut uang di dompet tidak cukup hingga gajian berikutnya. Kita yang mulai menghitung hari di pertengahan bulan. Kita yang berpasrah pada Sang Maha Kaya karena berdasarkan pengalaman, kita tak pernah kekurangan. Rejeki yang tidak seberapa, yang jauh dari upah minimum, yang kadang dicibir orang, yang kadang diragukan akankah cukup atau tidak, tetap kita terima dengan penuh syukur.

Dan kita percaya bahwa berkah mengalir dari sana. Karena keajaiban adalah bagi mereka yang percaya pada kuasa Allah. Karena kita yakin bahwa semesta senantiasa berpihak pada kita lewat berbagai jalan hingga mencukuokan kebutuhan kita dengan cara misterius.

Adalah kalian, yang berikatan begitu erat denganku. Yang mendadak jadi saudaraku tanpa perlu garis keturunan. Yang dengan alami menjadi keluargaku tanpa perlu ikatan darah. Karena bersamamu bahagiaku maksimal. Karena bersamamu lensa sudut pandangku melebar. Karena bersamamu adalah karunia yang kunikmati dengan sepenuh hati.

Karena bersamamu, petualangan seru sudh membayang di depan mata. Karena bersamamu, aku terinspirasi untuk menjadi kuat, tangguh, dan sekaligus bermanfaat bagi sesama. Karena bersamamu, rasa cintaku pada Sang Pemberi Hidup meningkat dan makin berkembang.

Terima kasih karena memberi warna pada hari-hariku. Terima kasih karena mau berbagi denganku. Terima kasih karena memberiku contoh bagaimana seharusnya hidup dijalani. Terima kasih karena membuatku mengalami berbagai keseruan yang sebelumnya cuma imajinasi. Terima kasih karena membiarkanku memasuki hidup kalian.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini