Untukmu, yang Belum Sempat Termiliki Namun Sudah Kurelakan Pergi

Hidup, kini kita semua sedang menjalaninya. Sudah pasti berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Karena garis hidup kita masing-masing sudah ditentukan. Baik atau buruk itu menjadi hal yang biasa. Ada sebagian yang memberontak, menyalahkan sang nahkoda kehidupan, ada juga yang dengan lapang menerima dan mengikhlaskan.

Advertisement

Dan aku mau menjadi salah satu yang menerima dan mengikhlaskan.

Apalagi tentang mengikhlaskan kamu. Iya, kamu yang sempat mondar mandir di benakku. Entah alasan apa yang menuntunku untuk menulis tentangmu tanpa ku tahu harus memulai dari mana, karena kehadiranmu yang memang sebegitu singkatnya.

Iya, kehadiran singkat tapi telah mampu mengubah sedikit hidupku. Kau datang dan bertingkah seolah-olah sosok tepat yang aku nantikan selama ini. Engkau mampu mengembalikan semua senyum, canda dan tawaku. Kau juga mampu mengembalikan sebuah rasa di hati ini yang sudah lama tersimpan rapi.

Advertisement

Engkau yang dengan mudahnya mengajakku terbang, pada akhirnya kau juga yang menghempaskan.

Memang menyakitkan, tapi ini adalah sebuah perjalanan, perjalanan menuju kedewasaan.

Advertisement

Beberapa bulan berlalu telah mampu kita lalui, menjaga komunikasi yang tetap terjalin selama kurang lebih tiga bulan itu tidaklah mudah. Selama itu pula akupun sudah mulai mengakrabi jarak, jarak yang memisahkan raga kita, karena pekerjaan yang memang mengharuskanmu untuk pergi.

Tak ada yang aneh memang, semuanya berjalan seperti biasa, sampai tiba saatnya kamu kembali, aku tersadar kita semakin jauh. Ya, raga kita memang tidak sejauh sebelumnya, namun sikap dan tingkahmu yang membuat hati dan perasaan ini semakin menjauh. Maka yang terbaik adalah “pergilah”.

Aku yang selama ini hanya bisa menunggumu, kini telah kau biarkan berlalu.

Aku tahu tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini, termasuk aku mengenalmu. Ketahuilah, aku tidak akan pernah menyalahkan siapapun, termasuk menyalahkan keadaan. Aku juga tidak akan meminta pada Tuhan agar kamu merasakan hal yang sama seperti yang telah kamu perbuat kepadaku. Aku tidak sejahat dan seegois itu.

Aku berdoa semoga kelak kamu menemukan seseorang yang bukan aku dan aku akan menemukan seseorang yang bukan kamu. Aku yakin, Tuhan mematahkan hatiku untuk menyelamatkanku dari orang yang salah.

Satu hal lagi, Tuhan dan semesta sedang menuntunku menuju satu kata, yaitu DEWASA.

Mari melanjutkan hidup 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis
Ari

37 Comments

  1. Fitria Guntari berkata:

    belajar mengikhllaskan 🙂

  2. Arisnawati Dewi berkata:

    Semangat ya kaka..akan ada bahagianu setelah ini.

  3. Kartika Pradhani berkata:

    Beneran kali ini pas dengan kondisiku saat ini. Belajar mengikhlaskan.

  4. Neni Isnaeni berkata:

    Dan ini persis dg keadaan yg saya alami..

  5. Ayu Cahyanti berkata:

    Belajar untuk IKHLAS..
    Sulit memang, tp kalo emang itu yang terbaik kenapa enggaa

  6. Nailatun Nikmah berkata:

    Ikhlas itu hanya soal waktu.. And Now, saya sudah bener2 ikhlas!

  7. Guspeni Medisari Berutu berkata:

    Huffttt.. persis seperti yg aku alami saat ini..
    mencoba Melepaskannya dgn ikhlas..

  8. Rahimah Achmad berkata:

    ikhlas ,, sulit namun harus ..

  9. Sinar Mutiara berkata:

    Baru sempet merasakan memiliki hatinya sbntar,tp kini hrus kurelakan jiwa dan raganya pergi.meski hati kami saling terpaut tp saling melepaskan adl jaln tebaik.
    Semoga akan indah pd waktunya

  10. Shinta Dewanti berkata:

    belajar menerima ketentuanNya, lagi belajar mengikhlaskan juga ini

CLOSE