Untukmu Yang Sedang Memantaskan Diri Demi Menghalalkanku

Assalamualaikum…

Advertisement

Calon imamku yang kini telah berusaha memantaskan diri,

Hari ini tepat 3 tahun kita bersama tanpa kata pacaran namun atas nama keseriusan. Bertahan 3 tahun bukan hal yang mudah. Benar saja pepatah yang mengatakan 'semakin tinggi pohon maka angin yang akan menghempas lebih besar'. Sekian deretan pertengkaran kecil yang timbul karna rasa cemburu berlebihan bahkan keegoisan yang terkadang menjadi racun paling mematikan.

Namun, semua itu kalah akan banyaknya keyakinan yang kau tanamkan pada diriku bahwa suatu hubungan tak memerlukan status. Kau yang kini berusaha segera menghalalkanku bersemangatlah, doaku selalu bersamamu. Di depan orang tuaku kau terang-terangan akan menjagaku dan segera meminangku. Kau begitu percaya diri akan keahlian memasakku, mengurus rumah, dan mendidik junior kita nantinya.

Advertisement

Calon imam yang selalu menawarkan kedewasaan,

Terima kasih telah banyak mengajariku kedewasaan yang sebenarnya. Bukan hanya dalam hal tingkah laku, perkataan, atau pun tindakan tetapi kau tlah berhasil mengajariku kemandirian akan kehidupan. Kau mengajariku akan berpikir masa depan bukan hanya hari ini saja. Kau juga yang selalu dengan telatennya menghadapi tingkah laku dan manjaku yang terlalu berlebihan.

Advertisement

Superhero untuk anak-anakku kelak,

Kau tahu bangganya aku memilikimu meskipun dari sekian banyak deretan kekecewaan kala kau tak pernah dengarkan ucapanku. Bangga akan ibadahmu yang selalu terjaga, iman yang senantiasa kau pupuk setiap malam, dan apapun itu. Hal yang semakin terlihat akan sikap tanggung jawabmu akan amanah dan kepercayaan yang di berikan seseorang padamu.

Kala kau menjadi pemimpin dalam suatu organisasi kau sembunyikan semburat perasaan lelah dan kau ganti dengan sikap tangguhmu yang mampu membuat orang semakin yakin bahwa kau adalah pemimpin terbaiknya. Kau tawarkan rasa aman pada semua anggotamu seakan-akan tak ada apa-apa. Itulah keyakinanku bahwa kau akan berikan rasa aman pada anak-anakku kelak dan keluarga kecil kita nanti.

Kawan kala senja,

Hingga pada akhirnya ketika waktu senja kita t'lah dimulai. Anak-anak yang dulu kita gendong dan timang pada waktunya menjalani kehidupan baru mereka. Siapa kawan kala senja selain dirimu? Siapa yang akan saling bertukar pijitan selain dirimu? Maka dari itu menualah bersamaku, berjalanlah beriringan denganku, kita rasakan sejuknya udara pagi bersama dan kita bagi kehangatan sepinya malam bersama-sama.

Kamu, tetaplah menjadi kawan terbaik,

Musuh terbaik,

Calon imam terbaik,

Dan segala kebaikan yang kan menambah keyakinanku padamu.

Kamu, terima kasih telah berani bersilaturahmi pada orang tuaku,

Terima kasih telah memperkenalkanku pada orang tuamu,

Semoga Allah merestuinya.. Aamiin

Waalaikumussalam…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang gadis kota kecil yang masih banyak belajar tentang tulis menulis. Sekarang masih menimba ilmu di salah satu Universitas Swasta di Kota Malang. Lahir pada 21 tahun silam tepatnya diawal bulan dan diakhir tanggal. Tulisan ini sekedar luapan yang mewakili setiap rasa yang ada pada jiwa-jiwa seirama. Thankiss buat Mas Abi NAM yang sedia menjadi sahabat, teman, musuh, tempat luapan emosi saya, dan calon imam terbaik saya nantinya (Aamiin)

6 Comments

  1. Mantap tapi terkadang hubungan lama itu menemukan titik jenuh,walaupun semua kembali pada orangnya masing”

  2. Ophal Lapho berkata:

    kalo jenuh kembali lg terhadap tujuan awal menjalin hubungan yg langgeng dan menua bersama

CLOSE