Aku yang Terlalu Mudah Goyah, Sebab Hatiku Ini Macam Ekor Cicak

Kamu ingat saat itu aku pernah menyatakan ingin menyerah, sudah lelah harus bertahan denganmu yang bahkan ku khawatirkan tapi tak saling khawatir. Lalu kamu bilang dihatimu kamu khawatir. Dan aku goyah. Akhirnya kamu membuat aku ingin bertahan dan menerima lagi. Mengapa?

Karena aku menyimpan harapan, bahwa setidaknya dengan bertahan mungkin usahaku akan kamu terima akhirnya.Temanku bilang, sudahlah dia mungkin memilih prioritas lain. Mereka juga bilang, jika jadi aku. Mereka akan pergi dan tak ingin merasakan apa yang ku terima.

Aku tersenyum, karena perasaan tetaplah perasaan meski ini membuat nafasku sesak. Lalu kita kembali baik-baik saja pikirku. Mengucap selamat pagi seperti biasa, mengucapkan sayang seperti biasa, bersikap manis, berkabar hal yang tidak penting untuk ditanyakan.

Aku terima mentah-mentah lagi sikapmu yang berkali-kali kau tegaskan bahwa itu memang dirimu yang sebenarnya dengan alasan terlanjur sayang. Dengan alasan yang sama pula, aku meyakinkan diri bahwa denganmu aku tidak perlu mengirim kode, tidak perlu menahan mengucap rindu. Karena percuma, tak akan sampai untuk ditanggapi.

Aku bercerita pada temanku, akhir akhir ini aku merasa aku yang menjadi peran lelaki dan kamu wanitanya. Aku yang mengejar, aku yang mengalah, aku yang selalu mempertanyakan bila ada yang salah di antara kita. Dia bilang, dia setuju lalu tertawa.

Sudah menyerah saja. Kesekian kalinya temanku meminta untuk aku lepas saja kamu. Lalu aku merasa butuh jeda, aku mencoba untuk jadi jahat pertama kalinya, mungkin kamu tidak sadar. Tapi aku jatuh kembali, aku goyah kembali karena takut kamu yang akan pergi dan usahaku jadi sia-sia. Aku coba lagi berpura-pura baik-baik saja di depanmu.

Ada pepatah bilang bahwa hati macam ekor cicak, dia akan tumbuh kembali meski patah. Dengan itu saja aku bangkit kembali. Mencari perhatianmu kembali, merajut usahaku lagi. Sejauh ini aku sembuh dengan bantuan dari Bung Fiersa, sebab lagu dan katanya mampu meringankan helaan nafasku.

Bersama kamu yang juga penggemarnya aku senang bahwa ada kesamaan setidaknya antara kita. Pernah kita habiskan waktu dengan mengulang lagunya, mengingat lirik dengan tawa karena aku wanita yang mudah lupa dan kamu yang selalu pura-pura hapal padahal nyatanya sama saja denganku.

Dan kemarin, kita sama sama menonton Bung Fiersa dengan tujuan berbeda. Ada aku di tempat yang sama dan kamu juga. Aku yang pada awalnya ingin bersenandung ria, malah melepas sesak sebab kamu yang bahkan ada tapi tak menyapa.

Ada waktu di mana aku merasa jadi orang asing. Kamu mungkin tidak tahu, aku sempat berharap dapat menikmati lantunan si Bung bersama mu. Setidaknya kenangan kita akan bertambah dari sekedar menghabiskan waktu di ruangan sesak itu.

Aku lelah sayang, ini berat. Kamu yang lebih memilih bertanggung jawab untuk hal lain . Tidak memprioritaskanku . Membiarkan lelah sendiri. Aku tak tahan lagi. Aku nyatakan yang selama ini kutahan. Aku berbaik sangka mungkin dengan jujur kamu akan mengerti. Dan menyesali. Tapi setelah ku lepas, nyatanya kamu bahkan tidak peduli. Kamu menghindar.

Kamu pergi dan tak berbalik kembali. Maaf sudah begini. Maaf sudah saling menyakiti. Maaf harapanku berhenti di sini. Maaf airmata yang kutahan selama ini lepas kendali. Aku ingin bernafas lega kembali. Terima kasih, cukup ingat saja, aku begini karena terlalu menyayangi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini