Apa Kabar Moral Bangsa? Dampak Globalisasi, Canggihnya Teknologi, dan Akses Tanpa Batas di Media Sosial

Globalisasi, sebuah masa yang bisa membawa keajaiban atau bahkan sebaliknya, bisa menusuk membawa kehancuran.

Advertisement

Semua itu tergantung pada sikap dan pandangan pribadi masing-masing. Bila tepat dan bijak dalam menghadapinya, maka globalisasi dapat menjadi senjata andalan untuk kemajuan maupun kesejahteraan bangsa dan Negara.

Namun sebaliknya, bila tidak tepat menghadapi globalisasi dengan bijak dapat membawa kehancuran yang mengancam kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sendiri.

Dalam dunia saat ini, masyarakat tidak dapat dipisahkan lagi dengan gadget yang lengkap bersama media sosial di dalamnya. Sebenarnya, dengan adanya media sosial, manusia banyak diuntungkan, karena jarak dan waktu bukanlah lagi menjadi persoalan atau penghalang berkomunikasi serta mendapat informasi.

Advertisement

Sayangnya, kebanyakan orang tidak menggunakan media sosial dengan bijak. Maraknya bully, kekerasan, pencurian, pelecehan, semua lengkap ada di media sosial yang merupakan bukti bahwa media sosial tidak digunakan dengan tepat.

Bahkan, survei yang dilakukan Ditch The Label terhadap 10.000 orang berusia 12-20 tahun, menunjukkan bahwa 70% mengaku pernah melakukan kekerasan kepada orang lain di dunia maya. Miris memang.

Advertisement

Dengan semakin terjangkaunya media sosial yang ada, baik itu Instagram, Facebook, Twitter, dan lain sebagainya, masyarakat dari berbagai kalangan usia dapat mengaksesnya dengan mudah di mana saja dan kapan saja.

Mirisnya, hal ini berdampak tidak baik bagi hampir seluruh masyarakat, mulai dari anak SD yang berpacaran layaknya orang dewasa, kasus bully dan tindak kekerasan seperti jambak-jambakan beredar di mana-mana, penghinaan dan pelecehan terhadap aktor/aktris maupun orang-orang penting negara pun sekarang dapat disampaikan dengan mudah, acuh, tanpa ada rasa hormat, sopan santun, bahkan rasa kemanusiaan.

Dengan adanya sebuah akun gosip pun, kehidupan privasi orang lain menjadi terganggu dan menyebabkan banyak perpecahan antar masyarakat dalam bangsa Indonesia sendiri. Terlebih untuk remaja yang dapat dikatakan masih labil. Memang hal tersebut wajar, karena masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dan masa pencarian jati diri.

Pada masa remaja, perkembangan otak pada sistem limbik yang mengatur tentang emosi akan berkembang lebih cepat dari pre-frontal cortex yang mengatur kognitif, perilaku sosial, pertimbangan baik-buruk, dan pengambilan keputusan. Hal tersebutlah yang membuat seorang remaja menjadi lebih sensitif, berani, dan ingin mencoba segala hal.

Sehingga apabila tidak ditangani dan diawasi dengan baik, terutama di zaman globalisasi ini, dikhawatirkan perkembangan remaja yang semula diharapkan sebagai generasi penerus bangsa yang dapat menjadi tonggak emas bagi kemajuan bangsa, berbalik menjadi ancaman bangsa dan Negara Indonesia sendiri.

Terkadang, kita harus berpikir kembali ke belakang, bagaimana masyarakat Indonesia mendapatkan gelar “masyarakat yang ramah” agar kita dapat merenungkan hal yang terjadi sekarang di negeri ini.

Akan tetapi, alih-alih memikirkan masalah yang sedang dihadapi Indonesia, anak muda zaman sekarang atau yang lebih akrab disapa “kids zaman now” lebih suka bertanding untuk menjadi siapa yang lebih “hitz”, memikirkan bagaimana caranya agar mendapat banyak follower Instagram meskipun menunjukkan sesuatu yang tidak pantas atau menyimpang dari nilai moral serta etika daripada memikirkan bagaimana masa depan bangsa Indonesia kedepannya.

Kebanyakan pengguna gadget adalah anak usia dini yang masih labil dan belum dapat menyikapi serta mengetahui etika bermedia sosial, sehingga muncullah fenomena “haters” yang menyikapi sesuatu tanpa bepikir dan menunjukkan seseorang yang tidak berkompeten.

Kids zaman now pun tidak mem-filter apa yang mereka lihat dan dengar dari gadget, baik itu kata-kata kasar maupun gaya hidup yang tidak sesuai norma. Hebatnya lagi, apabila yang dijadikan panutan adalah selebgram yang suka merokok, berpakaian mini dan terbuka, clubbing, berpacaran di hotel, berpelukan dan berciuman yang malah diberi label “couple goals”.

Realita anak zaman sekarang yang sedikit-sedikit upload pun sangat mengkhawatirkan, karena ketika ada sebuah kecelakaan, bukannya menolong, namun anak zaman sekarang malah akan mengambil foto maupun video, dan diupload hingga viral. Bukankah ini aneh? Ada apa dengan moral bangsa kita?

Sebenarnya “kids zaman now” adalah generasi yang cerdas karena mampu mengikuti perkembangan IPTEK sejak dini. Di lihat dari sisi lain, masih ada anak yang berprestasi dengan memanfaatkan gadget yang dimiliki baik untuk penelitian, pembuatan aplikasi, membuat vlog tentang budaya Indonesia, menyebarkan misi agama, dan lain sebagainya.

Namun hal ini juga tetap membutuhkan pengawasan dari keluarga sehingga anak-anak menjadi pengguna gadget yang bijak. Selain peran orang tua, peran dari Negara juga sangat penting demi perkembangan remaja di Indonesia, seperti KPI atau Komisi Penyiaran Indonesia yang diharapkan lebih dapat memfilter lagi tontonan-tontonan yang layak untuk anak-anak.

Karena pada zaman sekarang banyak anak yang berpacaran, melakukan pelecehan seksual, bertindak anarkis, dan lain-lain. Tidak menutup kemungkinan bahwa semua itu didapatkannya dari modelling atau mencontoh orang lain, sehingga lingkungan tempat anak maupun remaja tumbuh dan berkembang harus memberikan contoh-contoh yang positif.

Kita sendiri sebagai warga yang nasionalis, tidak bisa hanya duduk manis dan berkomentar terhadap fenomena saat ini, karena bagaimanapun mereka adalah generasi penerus bangsa yang harus dididik untuk memberikan kontribusi aktif dan berperilaku positif.

Hal tersebut, dapat dimulai dari hal yang kecil, yaitu dimulai dari diri kita sendiri yang dapat memberikan contoh dan teladan positif demi mewujudkan iklim Negara yang sehat, aktif, dan positif sehigga bersama-sama dapat memajukan NKRI. Pemuda Indonesia, pasti BISA!!!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Brawijaya

CLOSE