Benarkah Kita Belum Merdeka?

Kalau kamu sudah bosan mendengar pernyataan,"Kita belum merdeka! Kita masih dijajah! Dijajah ekonomi!" maka, kita berada di pihak yang sama. Silakan lanjutkan membaca. Karena di sini, kamu akan menemukan perspektif yang berbeda. Semoga.

Sebagian dari kamu mungkin ingin populer dan disukai banyak teman. Nyatanya, 3 teman dekat yang selalu siap mendengarkan ceritamu, meminjamimu uang, atau nongkrong ke tempat favorit sudah lebih dari cukup. Saat kita masuk ke mall atau distro, kita ingin memiliki semua baju yang ada. Faktanya, tubuh kita hanya satu. Memaksa diri memakai semua baju itu hanya akan membuat kita lucu.

Cowok-cowok biasanya ingin istri yang cantik. Saat cuci mata di mall misalnya. Ada aja cewe yang kita anggap lebih cantik dari pasangan kita sekarang. Kita entah menjadi terlalu visioner — membayangkan bagaimana seandainya cewe itu menjadi istri kita. Oh bahagianya. Tapi tidakkah kamu sadari, para lelaki? Kita bisa saja terpesona dengan kecantikan seorang wanita. Tapi beberapa menit kemudian kita sudah lupa? Bahkan, saat sampai di parkiran obrolan para lelaki ini sudah berganti topik. Entah tentang futsal, tanding PES, atau menciptakan robot. Robot?

Ya, karena sebagian dari kita pastilah ingin mengubah dunia. Pemuda itu pasti ingin berkarya. Bisa dengan menciptakan robot, mendevelop aplikasi, menekuni stand up comedy, hingga menulis puisi. Mungkin juga kamu ingin menemukan teori-teori sosial baru. Tapi, nyatanya kamu cukup memiliki sosok yang siap mendengar semua visimu tentang dunia. Dan kau pun sudah merasa menjadi pemikir kelas dunia, bukan?

Kita mungkin ingin selucu dan seterkenal Raditya Dika. Sekeren Pandji. Tapi nyatanya, bisa open mic tanpa nge-bomb pun kita sudah sangat bersyukur bukan?

Saat kita posting di Instagram, kita selalu berharap-harap cemas. "Berapa yang nge-like ya kali ini?". Dan entah kenapa, kita malu kalau post kita hanya sedikit di-love followers. Tunggu. Apa saya baru menulis "Followers"? Hmm. Masih minder karena followermu sedikit? Sejak kapan kita dipenjara konsep bahwa keren haruslah banyak followers? Sejak kapan kita jadi sibuk pencitraan dengan nyetatus bahwa kita sedang nonton, nge-cafe, atau mendatangi event prestisius?

Manusia modern seperti kamu adalah manusia merdeka (secara fisik). Yang karenanya kamu mudah terjebak menciptakan penjaramu sendiri. Kamu ingin mendambakan kebebasan tapi faktanya kamu malah mengerangkeng dirimu dengan konsep-konsep pemikiran yang tidak tepat. Bahwa kamu baru bisa merasa PD setelah punya gadget terbaru, baju model teranyar, adalah tanda kamu masih terjajah angan-anganmu sendiri. Padahal, kita semua tahu bahwa…

Kamu adalah pemuda cerdas.

Kamu tidak perlu membuktikan "kekinianmu" dengan memaksa diri datang dan selfie di tempat-tempat hits yang instagram-able. Bahkan, kamu tidak perlu kekinian sama sekali! Menjadi anak "kekunoan" hanya menjadikanmu tidak kekinian. Itu saja. Dan tidak kekinian bukan berarti keren. Karena bisa jadi, kamu telah menemukan makna keren bagimu sendiri. Kakek nenek kita dulu pasti takut kalau dianggap antek-antek Belanda. Tapi sekarang, kamu tidak perlu khawatir sedikit pun dianggap cupu! Merdekalah dari anggapan-anggapan itu, kawan!

Tapi tunggu.

Artikel ini tidak mengajakmu untuk berkata,"Aku sudah cukup dengan gini-gini aja kok." Saya tidak ingin membuatmu sok bijak untuk menyembunyikan kemudahmenyerahanmu. Kamu boleh menabung untuk beli gadget, traveling, atau upload foto makanan di instagram. Hanya, lakukan dengan hati-hati. Supaya kamu tidak terjebak dalam pekerjaan yang tidak kamu suka, untuk gaji yang tak seberapa. Lalu membeli barang-barang yang tak kau butuhkan, hanya untuk pamer di mata orang-orang yang tak kau suka.

Kamu boleh jadi anak nge-hits, tapi pastikan itu karena pemikiranmu sendiri. Hasil perenunganmu. Hingga akhirnya yang kamu melakukannya karena itu keputusanmu. Bukan ikut-ikutan. Sehingga mulai detik ini, kamu bisa menonton facebook dan instagram feedmu dengan tenang. Kamu tidak langsung baper begitu melihat teman-temanmu sudah menikah atau dapet proyek puluhan juta. Kalaupun kamu memutuskan segera menikah, pastikan itu hasil memerdekakan pikiranmu. Bukan sekedar supaya tidak ketinggalan teman lainnya.

Intinya, kamu boleh menginginkan kehidupan sempurna seperti yang dicitrakan kawan-kawanmu di sosial media. Kamu boleh ingin yang lebih. Tanpa lupa mensyukuri yang ada.

Seperti tulisan ini.

Tentu saya ingin tulisan ini dibaca banyak orang. Tapi nyatanya, saya sudah bersyukur bila satu dua dari kamu merdeka. Merdeka dari konsep nge-hits yang semu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sukanya bercanda dengan pikiranmu. Merayu logikamu. Lebih sering bisnis daripada nulis.