Berilah, Maka Kamu Akan Dicukupkan

Kemarin siang sembari bekerja dan sambil memanfaatkan waktu luang dan fasilitas kantor. Gue menonton beberapa video buatan dari berbagai negara. Jujur, mungkin gue cengeng, tapi beberapa video ini cukup untuk mengeluarkan air mata dan ingus.

Advertisement

Beberapa video yang gue tonton itu memang sangat menginspiratif, walau salah satu dari video itu adalah sebuah iklan untuk produk teknologi. Beberapa video itu menceritakan seorang ayah yang hebat, selalu terlihat tegar dihadapan anaknya dan selalu ingin melihat anaknya berhasil. Di video lainnya, perjuangan seorang anak yang ingin membalas budi terhadap ibunya. Terlihat dia sejak kecil sering mengeluh dan letih ketika berjalan jauh bersama ibunya. Setelah dia besar, kemudian dia tidak ingin melihat ibunya berjalan sendirian dan dia berusaha untuk menopang. Video ini sangat membuat gue kangen kepada orangtua di kampung halaman.

Kemudian di video lainnya, ada seorang yang terlihat seperti kurang waras yang selalu tidur di depan sebuah toko. Setiap pagi orang ini selalu dimarahi oleh sang empunya toko karena membuat tokonya kotor ketika ia ingin membuka tokonya. Namun, ketika sang empunya toko mengusirnya dengan keras hingga menendangnya, ia tidak pernah kembali lagi. Kemudian dia segera melihat cctv yang terpasang di depan tokonya. Kemudian dia menangis ketika melihat semua rekaman yang ada. Ternyata, orang yang terlihat kurang waras ini selalu melindungi tokonya dari berbagai kejahatan. Bahkan ketika, tokonya tercium bau pesing. Adalah dia yang mengusir orang tersebut agar tiak kencing di depan toko tempat dia biasa tidur. Dari rekaman tersebut juga terlihat bahwa orang kurang waras ini, ditusuk oleh salah satu perampok yang ingin merampok toko yang sering ia singgahi. Dan ia tidak pernah kembali.

Video ketiga dan ke empat yang gue tonton adalah sebuah kebaikan yang diberikan oleh beberapa orang kepada orang yang memang membutuhkan.

Advertisement

Video ini bercerita tentang seorang anak kecil yang terlihat merampas sebuah makanan milik seorang ibu dan tertangkap dan kemudian dia dimarahi hingga ikut kepalanya di toyor. Ada seorang anak gadis kecil berkata kepada ayahnya untuk memberi makanan kepadanya dan ayah gadis ini pun memberikan makanan kepunyaan mereka, yaitu kue yang mereka jual dipinggir jalan.

30 tahun kemudian besarlah anak gadis ini dan masih setia menemani ayahnya untuk berjualan kue ditempat mereka sejak kecil. Tak disangka dna tak diduga, sang Ayah sakit dan tiba – tiba terjatuh. Sang Gadis membawanya kerumah sakit dan kemudian harus membayar semua biaya dirumah sakit tersebut. Dengan rasa keputus asaannya, sang gadis pun ingin menual toko tempat mereka berjualan. Namun dalam keputus asaannya tersebut, hingga ia tertidur pulas disamping ayahnya. Terdapat surat pelunasan semua biayanya rumah sakit. Dia pun terbangun dan terheran bahwa semua biaya rumah sakit telah lunas. Dan disana ada pesan, bahwa sang anak yang mereka beri makan 30 tahun itu adalah dokter yang sudah menanganinya dan dia juga yang melunasi semua pembiayaan ayah sang gadis.

Advertisement

Di video lainnya juga memberika inspirasi bahwa memberi adalah hal yang lebih baik daripada selalu menerima. Ketika itu ada seorang anak kecil yang sedang berulang tahun dan ingin agar ibunya membelikan ia kue yang ia senangi. Ibunya tau uang yang mereka punya kurang dan tidak mungkin untuk membeli kue tersebut. Ditempat yang sama seorang bapak mendengar sang ibu berkata – kata kepada anaknya dan terlihat anaknya sedih. Seorang bapak yang ingin membeli kue kesukaannya pun membatalkan pesanannya dan kemudian membeli kue yang anak kecil itu inginkan. Dan bahagialah dia rasakan saat itu, dan sang bapak memberika sebuah pesan dan ucapan selamat ulang tahun kepada anak kecil itu.

Sekitar 20 tahun kemudian anak kecil ini bertumbuh besar dan sepertinya sudah mulai mencapai kesuksesan. Dia sedang ingin membeli sebuah kue di sebuah supermarket dan bertemu seorang gadis kecil yang ingin membeli kue yang sama. Dan kebetulan kue itu hanya tinggal satu, sang pemuda ini pun memberikannya kepada anak gadis tersebut.

Sampailah mereka di meja kasir dan kemudian nenek gadis itu menghitung uang untuk kue tersebut dan ternyata kurang yang kemudian dia membatalkan untuk membeli kue tersebut. Tepat sang pemuda berada dibelakang mereka untuk sama – sama membayar apa yang mereka belanjakan. Kemudian pemuda itu pun membeli kue itu dan memberikan kepada anak gadis yang bersedih karena tidak mendapatkan kue keinginannya tersebut.

Mungkin mereka bercengkrama sebentar sebelum berpisah (di video tidak ditampilkan) dan kemudian sang pemuda menuliskan sebuah pesan, persis dengan sebuah kalimat yang ia terima ketika kecil dan menginginkan kue ketika berulang tahun.

Sesampainya nenek dan gadis kecil itu dirumah, mereka sangat senang dan kemudian menyalakan lilin diatas kue itu dan bernyanyi selamat ulang tahun untuk kakek mereka. Tepat sekali, kakek itu adalah seorang bapak yang dulu memberikan kue ketika sang pemuda ingin membeli kue dan ibunya tidak sanggup untuk membelinya.

Memberi bukan seperti kita memakan cabai, ketika kita makan dan disitu juga kita mendapatkan rasanya. Ketika memberi dengan kesungguhan hati, maka Tuhan tidak tinggal diam atas kehidupan kita. Ketika kita susah atau berkekurangan, maka ada oranglain yang datang untuk menolong kita. Tidak 1 atau 2 hari, tapi saat kita butuh dan pertolongan itu akan datang tepat pada waktunya.

Kemarin sore setelah siang gue menonton video itu, rasa lelah mengikuti tubuh ini. Kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya angkutan umum berhenti menunggu penumpang membuat jalanan semakin tidak teratur. Sekitar sejam lepas dari kemacetan, gue melanjutkan perjalanan menuju rumah dan untuk segera rapat sebuah kegiatan rohani.

Ditengah perjalanan, gue melihat seorang anak gadis berseragam SD sedang berjalan seperti bukan tujuannya. Ya, gue kenal dengan anak ini.

“Kamu mau kemana?” Tanya gue
“Kerumah kakak Ani, kak” Jawabnya
“Yaudah ayo kakak anter” Kata gue sembari menunggu dia naik. “Kamu kenapa tinggal disana?” Sambung gue
“Abis dirumah gak ada orang?”
“Lho, kok bisa? Bukan kamu tinggal sama nenek ya?”
“Nenek lagi dikampung kak”
“Terus orangtua kamu dimana?”
“Mama dikampung juga kak”
“Papa?”
“Papa udah gak ada kak”
“Maksudnya udah gak ada ini gimana?”
“Papa udah meninggal kak”

Gue pun terdiam dan seakan mau menangis diatas motor yang gue kemudikan saat itu juga. Gue juga pernah susah, bahkan 1 tahun uang sekolah pernah tidak terbayarkan karena tidak ada uang kala itu. Tapi orangtua tetap ada bersama gue dan masih memberi harapan kalau mereka tetap bertanggung jawab atas kelangsungan hidup gue.

Banyak hal yang gue tanyakan kepada dia, yang membuat gue tidak abis pikir atas tindakan orangtua anak kecil ini. Setelah gue bertanya, gue ketahui bahwa makan dan ongkos untuk dia sekolah ditanggung oleh kakak Ani, yang gue tau juga bukan orang berkecukupan. Kakak Ani adalah seorang guru tk dengan penghasilan miris, dan suaminya bekerja sebagai buruh disebuah proyek dan sudah mempunyai seorang anak bayi yang belum ada setahun.

Sampailah kami disekitar rumah kak Ani dan kemudian gue merogoh kantong dan ternyata ada uang lima ribuan entah berapa lembar yang gue berikan kepada dia.

“Untuk sekolah ya”
“Iya kak, makasih ya kak”

Kemudian dia berjalan dengan tetap penuh keriangan tanpa ada beban dalam hidupnya menuju rumah kak Ani.

Gue seperti tertegur bahwa memberi itu adalah hal yang harus kita lakukan. Fakta menjawab adalah orang lebih banyak meminta daripada memberi, karena uang sudah menjadi faktor utama dalam kehidupan banyak orang.

Gue memberi bukan karena gue kaya atau banyak uang. Tapi karena gue tau bagaimana rasanya susah dan tidak punya.

Stalking akun facebook gue di Hariandi LD Siahaan untuk tau, mana video yang dimaksud.

Kunjungi gue di @hariandiLion_D

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku mah ya gini. Ya gini aja udah. Tapi kalo kepo ya bisa liat Gue di andi1992.wordpress.com

CLOSE