Bonus Demografi, Tebar Ancaman atau Manfaat?

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya, mulai dari kekayaan alam, budaya dan sumber daya manusianya. Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke ini terdiri dari beribu-ribu pulau, begitu luas bukan Indonesia?

Bahkan diketahui Indonesia menjadi negara nomor empat sebagai penduduk tertinggi di dunia. Berdasarkan Badan Sensus Penduduk jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 mencapai 261,9 juta jiwa dan perkiraan pada tahun 2035 jumlah penduduk Indonesia bisa mencapai 305,7 juta jiwa. Jumlah populasi yang besar ini didominasi oleh usia produktif yang harapannya bisa mengurangi angka ketergantungan.

Tapi bagaimanakah kenyataannya pada zaman sekarang? Akankah usia produktif yang diharapkan ini mampu memberikan kontribusi sehingga memberi manfaat pada negara atau malah menjadi sebuah ancaman bagi negara?

Era bonus demografi hal inilah yang dialami oleh Indonesia pada zaman sekarang, yaitu sebuah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya.

Tentunya bonus demografi bisa memberikan sebuah manfaat bagi negara atau bahkan ancaman bagi negara. Untuk menjadikan bonus demografi ini sebagai pelung perlu adanya peran dari pemerintah, masyarakat, dan warga negara itu sendiri terutama usia produktif. Maka dari itu diperlukannya sumber daya manusia yang mumpuni dan berkualitas, karena sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa.

Bonus demografi sendiri, sebagaimana kandungan makna kata “bonus”, merupakan sebuah keuntungan yang dapat diraih asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu dan diusahakan dengan benar. Jadi, bonus demografi tidak semata-mata dan otomatis membawa keuntungan dan dampak positif melainkan perlu diusahakan dan diarahkan dengan benar.

Keuntungan yang dapat diperoleh dari bonus demografi adalah tersedianya tenaga kerja usia produktif sebagai sumber daya penopang utama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Sementara syarat yang harus dipenuhi untuk meraih bonus demografi tersebut adalah tingkat kesehatan dan pendidikan yang memadai untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.

Bonus demografi di suatu negara dapat diketahui dengan melihat rasio ketergantungannya. Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk nonproduktif dibagi jumlah penduduk produktif. Perbandingan tersebut mencerminkan jumlah penduduk nonproduktif yang kebutuhannya harus ditanggung oleh penduduk produktif.

BPS memproyeksikan rasio ketergantungan pada tahun 2016 telah mencapai angka 48,4, yang berarti setiap 100 orang berumur produktif menanggung penduduk berusia nonproduktif sebanyak 48–49 orang. Statistik Indonesia menunjukan bahwa rasio ketergantungan terus mengalami tren penurunan, dari angka 86,8 di tahun 1971 hingga 46,9 di tahun 2028–2031.

Menteri keuangan Sri Mulyani dalam sambutannya dalam memperingati 39 tahun diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia di Jakarta, Rabu (10/08/2016) menyatakan bahwa Indonesia memiliki keuntungan karena memiliki demografi penduduk muda atau usia produktif yang bisa menjadi source of growth atau sumber pertumbuhan ekonomi.

Tentu saja penduduk usia produktif yang dapat memberi sumbangan pada pertumbuhan ekonomi adalah penduduk usia produktif yang terserap oleh lapangan kerja. Jadi, salah satu syarat yang wajib terpenuhi dalam pemanfaatan bonus demografi adalah juga tersedianya lapangan kerja yang memadai.

Pengangguran dan penyediaan lapangan pekerjaan masih menjadi masalah yang besar bagi Indonesia. Lapangan pekerjaan yang sedikit dengan perbandingan pencari kerja yang banyak. Atau kriteria pelamar kerja ini yang kurang memenuhi kualifikasi sehingga membatasi mereka dalam mencari pekerjaan.

Maka dari itu setiap sumber daya manusia diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kemampuan diri baik itu soft skill atau hard skill. Dengan kualitas yang bagus tentunya kita dapat mengembangkannya menjadi sebuah peluang.

Jika kita lihat dengan negara lainnya yang maju, sebut saja Jepang. Jepang adalah negara yang kita semua tahu sudah sangat maju dengan labelnya negara industrialis dan juga pencipta inovasi-inovasi unggul yang telat mencuat ke penjuru dunia. Padahal Jepang sempat mengalami baby boom pada masa setelah perang dunia kedua.

Kondisi itu membuat Jepang memiliki sumber daya manusia yang signifikan dan pemerintah pun tidak mau menyia-nyiakan hal tersebut. Selain itu orang-orang Jepang juga terkenal dengan kedispilinannya dan kerja kerasnya serta kemampuan dan ide-ide inovatifnya. Mereka juga sangat menghargai waktu.

Sekarang giliran kita bagaimana mengubah keadaan bonus demografi ini. Kita mempunyai kesempatan yang sama, waktu yang sama, dan pikiran yang diberikan oleh Tuhan YME juga sama. Mengapa negara lain bisa, tapi Indonesia tidak?

Maka dari itu dibutuhkannya tekad yang kuat dan kerja keras masyarakat Indonesia untuk membangun Indonesia menjadi negara yang sukses memanfaatkan bonus demografi, bukan negara yang gagal dalam memanfaatkan demografi dan menyebabkan kerugian-kerugian bagi bangsa.

Manfaatnya diharapkan mencetak generasi emas bagi masa depan bangsa, dapat meningkatkan laju perekonomian Indonesia, kehidupan negara Indonesia lebih tertata serta lebih baik, dan roda ekonomi akan terus berjalan serta makin bertumbuh pesat dan siap bersaing dalam dunia internasional. Sedangkan ancaman yang mungkin didapat adalah pengangguran semakin banyak karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan, kemisikinan dan kriminalitas meningkat karena banyaknya pengangguran, kualitas kesehatan menurun.

Terkait bonus demografi ini Presiden Jokowi menyatakan bahwa bonus demografi ibarat pedang bermata dua yang satu sisi membawa berkah jika berhasil mengambil manfaatnya namun di sisi lain bisa menjadi bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik. Pernyataan ini dikemukakan oleh presiden saat memperingati Hari Keluarga Nasional pada Agustus 2016.

Semangat Perubahan Indonesia!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hidup itu tentang mengisi dan melengkapi.