Cerita Itu Bernama “Transisi”

Menimba ilmu adalah keharusan & mempelajari, memahami serta mengamalkan ilmu-ilmu agama adalah kewajiban. Islam menjamin kebaikan dunia maupun akhirat bagi mereka yang bersungguh-sungguh (ikhlas Lillahi Ta'ala) dalam menimba & mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan. TRANSISI adalah bahasa yang "mungkin" saja pas bagi kita yang baru mengenal, mempelajari, memahami & mengamalkan ilmu agama ini lebih dalam lagi. Apa yang aku ceritakan ini bukanlah menceritakan hal orang lain atau sengaja membuka aib diri sendiri, tapi ianya dirasa perlu & mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita bersama.

Advertisement

TERLALU SEMANGAT, KERAS & KEBABLASAN

Itulah sedikit gambaran ketika di awal-awal diriku mempelajari ilmu agama, ketika mengetahui pokok-pokok, adab-adab atau pembagian-pembagian dalam melaksanakan ibadah atau perkara-perkara yang berkaitan tentang amalan lainnya. Hal itu tidak terlepas dari kebodohan diriku akan ilmu itu sendiri. Wallahu a'lam!

Ada beberapa pokok masalah ketika di awal-awal aku mengenal, mempelajari, memahami & mengamalkan ad-Dien Islam, diantaranya :
1. Ketika mengenal yang namanya dakwah (Ilmu), ada sedikit rasa bangga & mungkin juga sombong karena telah mendapat hidayah serta merasa telah selamat dunia-akhirat. Padahal bila di pikir-pikir, pada waktu itu barulah memasuki fase yang boleh disebut fase bangun tidur. Baru akan memulai mengarungi ilmu, amal, dakwah & bersabar diatasnya.

Advertisement

2. Mungkin dikarenakan masih sedikitnya menyerap Ilmu menjadikan aku terlalu kaku dalam menerapkan ilmu agama sehingga terlihat bahwa Islam itu agama yang sulit, kaku, keras & tidak sesuai lagi dengan arus perkembangan zaman (tidak fleksibel). Ada banyak pengalaman menarik terkait hal ini, diantaranya :
– "Ini haram, bid'ah, sesat" itulah lontaran lisanku ketika pulang kampung & coba menjelaskan tentang Islam yang kaffah kepada orang tuaku & orang-orang disekelilingku. Apa yang aku terima dari pernyataan tersebut? hahaha… Di dalam Masjid di Jl. Hos Cokroaminoto seorang bapak berujar kepadaku, "Kamu masih anak ingusan kemarin sore, saya sudah 40 tahun shalat di Masjid ini, lebih lama dari masa hidupmu".

– Di kampungku, ketika ada yang meninggal masyarakatnya melaksanakan tahlilan. Aku yang baru mengetahui hukum tahlilan & mengetahui bahwa perkara tersebut tidak dilakukan di zaman Rasulullah (bid'ah), menyampakan kepada keluargaku. Apa yang aku dapatkan dari pernyataanku tersebut? hahhaa… lagi-lagi dan lagi, "Kamu jangan sembarang bicara, hal itu sudah dilakukan sebelum kamu ada".

Advertisement

3. Kebiasaan suka berdebat dan mau menang sendiri adalah hal yang pernah terjadi pada masa awal-awal aku mengenal & mempelajari dien Islam. Parahnya, aku baru hanya tahu hukumnya saja, tidak mengetahui dan menghafal dalil serta tidak tahu metode mengambil dalil, aku sering terjebak dalam perdebatan tanpa hasil & saling “ngotot” tentang hukum sesuatu. Mungkin inilah yang disebut sombong, karena ada keingin menunjukkan bahwa aku telah memiliki ilmu yang lebih, banyak menghafal ayat dan hadits, mengetahui ushul fiqh dan kaidah-kaidahnya. Sehingga tujuan berdakwah & nasehat tidak sampai.

4. Sesatnya kelompok ini, jangan ikut kajian dengan kelompok itu dan sibuk membicarakan kesalahan dan kejelekan ustadz/ tokoh tertentu. Hmm…, inilah yang paling sering terjadi. Sampai-sampai aku melakukan dosa yang Na'udzubillahi min dzalik, yaitu mencap ini-itu sebagai ahli bid’ah tanpa tahu kaidah pembid’ahan atau mencap ini-itu kafir tanpa tahu kaidah pengkafiran. Seharusnya kita lebih banyak mencari kesalahan kita, merenungi dosa-dosa kita yang banyak. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” [HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 592]

Demikianlah beberapa kesalahan yang aku perbuat dan dampak dari beberapa kesalahanku tersebut adalah :
– Merasakan kesempitan hidup setelah mengenal dakwah ahlus sunnah
– Dakwah tidak diterima oleh orang lain
– Merusak nama dakwah ahlus sunnah dan memberi kesan negatif
– Memecah belah persatuan umat Islam

Marilah kita banyak-banyak berdoa agar diberi istiqamah beragama yang merupakan anugrah terbesar dan kesalahan yang aku perbuat tidak dilakukan pula oleh saudara-saudara/ shahabat-shahabatku.

“Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu". [HR. Tirmidzi no 2066. Ia berkata: “Hadits Hasan”, dishahihkan oleh Adz-Dahabi]

Wallahu a'lam bishawab

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lahir di Pesisir Riau (Bengkalis) 29 Tahun silam. Lulusan FEKONSOS UIN SUSKA Pekanbaru dan sedang menyelesaikan Program Pasca di FISIP-UR. Gemar membaca, suka menulis, tidak suka berdebat tersebab pembenaran semata (karena debat seperti itu adalah jalan syaithan), sedikit kritis terhadap fenomena sosial kemasyarakatan & pecinta golput.

CLOSE