Dilan 1990, Membaca atau Menonton?

Film Dilan 1990 sedang sangat merajai perfilman Indonesia. Sudah mencapai lebih dari 6 juta penonton mengalahkan semua kompitetornya yang sudah muncul sebelum dirinya. Film ini merupakan visualisasi dari novel karangan Pidi Baiq dengan judul yang sama dan dalam pembuatan filmnya pun campur tangan Pidi Baiq hadir untuk menjadi menyempurna.

Visualisasi novel Dilan 1990 bisa dikatan cukup berhasil karena bisa mendapatkan perhatian dari setiap kalangan sosial dan umur. Dimulai dari remaja biasa, kalangan artis sampai Presiden turut menjadi penikmat film yang dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla. Namun tetap ada kekurangan dalam film tersebut, terlebih untuk penonton yang juga menjadi pembaca novel tersebut.

Detail penting yang sebenarnya bisa menjadi pelengkap dari perjalanan Dilan terasa tidak terlalu dijelaskan didalam film. Seperti tokoh Wati dan Piyan yang bisa dibilang berperan cukup penting dalam kisah Dilan dan Milea, namun kurang disorot atau dijelaskan. Sosok Kang Adi yang juga sebagai penggemar Milea juga kurang dijelaskan, seperti didalam film tiba – tiba Kang Adi muncul, dan percakapan antara Dilan dan Milea yang memisalkan Kang Adi sebagai seekor monyet tidak ada di film padahal itu bisa menjadi candaan ringan yang juga menjelaskan bagaimana percaya dirinya Dilan tetapi ditunjukkan dalam bentuk lain.

Sosok lain yang penting untuk Dilan adalah Bu Rini. Satu – satunya guru yang bisa menenangkan Dilan dan diseganinya tetapi tidak diceritakan didalam film. Cara berpakaian dan tata rias kurang mencerminkan tahun 90'an. Seperti Bunda dan Ibu yang wajahnya selalu dipenuhi oleh make up, terlebih pada saat Bunda datang ke rumah Milea, Ibu yang seharusnya digambarkan sedang berada di dapur tetapi divisualisasikan dengan berpakaian rapih dan lengkap dengan make up.

Pengambilan dan pengeditan gambar pun nilai masih cukup kurang. Seperti pada saat Bunda dan Milea sedang berada di dalam mobil, latarnya sangat terlihat bahwa itu adalah hasil editan yang kurang mulus. Dan pengambilan gambar seperti pada saat Dilan sedang berantem dengan Anhar mungkin cukup berlebihan sehingga bisa menghilangkan fokus penonton.

Cerita yang dibuat sangat singkat dan banyak yang ditinggalkan mungkin bertujuan untuk memadatkan durasi film, namun jika Dilan 1990 dijadikan dua bagian pasti tidak ada penonton yang protes atau mungkin penonton akan lebih bersyukur dengan kelengkapan alur cerita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini