Fulltime Mom atau Menjadi Working Mom?

Bagi saya ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga sama supernya. Jangan salah, saya bisa sampai sekarang ini berkat didikan dan asuhan ibu super, seperti ibu saya, heehehe.

Advertisement

Ibu saya seorang fulltime mom tapi setelah ayah saya meninggal, mau tidak mau ibu menjadi seorang working mom.
memang sih ibu saya bukan wanita kantoran tapi apapun dilakukan ibu saya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami sekeluarga, memenuhi biaya-biaya sekolah saya dan adik saya. Setiap hari ibu meninggalkan anak-anaknya untuk mencari nafkah, baik itu berdagang di kios, pasar atau mengurus kontrakan tante.

Ketika di posisi sebagai anak sulung yang ditinggal ibu bekerja, saya yang baru kelas 1 SD di rumah menjaga adik sepulang sekolah dan membantu membersihkan rumah, saya mulai belajar mencuci baju manual itu sejak SD, adik saya pun demikian, kami berbagi tugas dan saling menjaga selagi ibu bekerja.

Berdasarkan pengalaman ibu saya, tidak ada salahnya menjadi working mom namun tetap pada batasan (ibu tidak pernah lembur, selalu pulang tepat waktu memberikan kasih sayang pada kami anak-anaknya). Lihatlah sekarang, saya dan adik alhamdulillah bisa menjaga diri, bisa mandiri, dan sangat menyayangi ibu lebih dari apa pun di dunia (katanya kan working mom tidak bisa dekat dengan anak seperti layaknya fulltime mom, ini tidak terjadi pada saya dan adik saya, kami sangat mencintai ibu secinta-cintanya walaupun ibu bukan fulltime mom).

Advertisement

Sebentar lagi insya Allah saya pun akan menjadi ibu, yang belum tahu akan menjadi working mom atau fulltime mom. Tentunya akan menyenangkan jika saya bisa menjadi fulltime mom ya. Tetapi kalau pun pilihan saya adalah menjadi working mom setidaknya saya tidak perlu takut, anak saya pun insya Allah saya pastikan tidak akan kekurangan kasih sayang dari saya mau pun ayahnya.

Karena yang saya lihat dari lingkungan teman-teman saya yg punya ibu fulltime mom, tidak semuanya punya komunikasi dan bonding yang bagus dengan ibu mereka. Karena balik lagi, menurut saya, kasih sayang tulus itu pure kualitas dan bukan kuantitas, meskipun tidak akan ada kualitas tanpa kuantitas. 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

http://istiyanisti.tumblr.com/

3 Comments

CLOSE