Hadiah Kecil yang Mengubah Hidupku

Cerita tentang bagaimana hadiah kecil itu mampu mengubah hidupku

Berbicara mengenai the gift, aku akan sedikit bercerita tentang hadiah terbesar yang pernah aku dapatkan sampai detik ini. Sebenarnya Tuhan selalu memberi hadiah-hadiah yang tak terduga pada insan-Nya. Hadiah bernafas, mendengar, berbicara dan merasakan, bukankah itu adalah anugerah yang tak pernah terlewatkan?

Sebelum aku cerita, sebenarnya banyak hadiah-hadiah terbesar yang sudah kuterima sampai sekarang. Aku terlahir sebagai Muslimah adalah karunia terbesar dalam hidupku.

Tak luput dari seorang ibu yang telah melahirkanku, beliau adalah hadiah yang membuatku selalu bersyukur dan bersyukur karena memilikinya bahkan beliau adalah hadiah yang telah Tuhan persiapkan untukku sebelum aku lahir. Dan juga ayah yang selalu menjadi pahlawanku dari kecil hingga sekarang. Adapula kakak-kakak dan adik-adik sebagai hadiah yang selalu memotivasiku dan mereka semua adalah segalanya buatku.

Nah, sekarang aku mau cerita nih tentang hadiah yang benar-benar mampu mengubah hidupku. Simak!

Dia masih polos, bahkan dia belum tahu apa-apa. Bahkan dia sering membuatku jengkel dan kesal saat aku bersamanya. Dia sering minta ini itu sesukanya. Dan dia juga kadang seenaknya memelukku meski aku sedang dalam keadaan lelah.

Dulu waktu aku remaja, aku adalah seorang perempuan yang judes, temperamental, istilah sekarang mungkin senggol bacok kali yah, keras kepala dan suka melawan. Terutama suka melawan pada kakak aku sendiri. Hampir setiap hari aku dan kakakku berantem yang selalu disebabkan karena masalah sepele, sampai-sampai aku tidak mau menyebutnya kakak dan aku memanggilnya dengan sebutan nama biasa. Bahkan aku pernah bilang bahwa aku tak sudi mempunyai kakak seperti dia. Dari yang berantem adu mulut hingga akhirnya berantem adu sapu hehe.

Meskipun tinggal satu rumah kita tak pernah saling lempar senyum malahan kita saling buang muka. Kita selalu seperti ini tidak hanya sehari, seminggu atau sebulan tapi bertahun-tahun bahkan sampai kakaku menikah. Hingga pada suatu hari, mungkin hari itu adalah hari terakhir kita berantem. Kakakku dalam kondisi sedang hamil dan menyuruhku untuk bebersih namun aku enggan menuruti perintahnya dengan alasan capai. Mungkin efek hamil atau lainnya kakakku langsung menampar aku sambil menangis dan bilang, "Kenapa sih kamu gak pernah nurut sama aku? Aku ini khan kakakmu, kenapa kamu begitu benci padaku?" Ucapnya lalu berlalu meninggalkan aku seorang diri di kamar.

Sontak aku langsung terdiam sembari mengucurkan air mata. Sedangkan mamah yang sudah bosan dengan tingkah laku kita, hanya bisa menyerah dan tak bisa berkata apa-apa. Mamah pun hanya mampu menangis sembari berdoa, "Biarkan Allah yang mengetuk pintu hati kalian," ucapnya.

Aku menangis sesenggukan sembari menyentuh pipiku yang telah ditampar oleh kakakku. Sedangkan kakaku menangis sesenggukan juga di kamarnya sembari mengelus perutnya yang sudah membesar dan kebetulan kamar kita berdekatan. Mamah duduk di ruang tamu yang terletak diantara kedua kamar kita. Tiba-tiba aku merenung, seolah-olah ada yang mengetuk hatiku dan entah itu hidayah yang datangnya dari mana.

Sontak aku langsung beranjak dari kamarku menuju kamar kakakku. Aku langsung sungkem dipangkuan kakakku yang sedang duduk ditepi keranjang, ku cium tangannya dengan tangisan yang tumpah ruah, "Kak, aku minta maaf, kakak boleh kok tampar aku sepuasnya," ucapku sesenggukan.

Kakakku hanya mengangguk sembari mengelus rambutku dan tak kuasa berkata-kata hingga tangisnya pun pecah. Aku pun meminta satu hal yang lucu padanya, "Kak, nanti aku boleh main khan sama bayi kakak kalau sudah lahir?" Pintaku. Kakakku pun hanya tersenyum dan kita pun saling berpelukan dan semua rasa menjadi satu. Dan akhirnya aku dan kakakku pun sungkem pada ibu, menangis haru bersama dan berucap syukur berkali-kali.

Aku memang belum pernah merasakan bagaimana mempunyai anak. Apalagi merasakan ada seseorang dalam perutku. Hanya kakakku yang waktu itu merasakan detak jantungnya melalui perutnya, tendangannya, dan getaran-getaran lainnya yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh calon ibu saja.

Namun, aku yakin dia yang ada di dalam perut kakakku adalah hadiah terbesar dalam hidupku yang telah mengubah hidupku. Aku yang dulu judes kini mulai bisa ramah, aku yang dulu temperamental dan keras kepala kini bisa tenang dan damai.

Bahkan aku pernah merawat dia waktu aku libur UN sampai-sampai dia manggil aku mamah karena saking seringnya kita bersama kebetulan kakakku lagi bekerja dan baru bisa pulang malam-malam. Mulai dari dia bangun tidur, memandikannya, memakaikan baju untuknya, memberinya susu, membelikan jajan, bermain dan tertawa bersama hingga tanpa disadari kita terlelap bersama.

Dan sekarang setelah bertahun-tahun aku merantau, jauh darinya entah kenapa aku seperti merindukan anakku sendiri padahal dia hanya keponakanku. Tapi dia seperti energi terbesar dalam hidup aku. Setiap pulang kampung dia makin besar dan cerewet dan semakin besar permintaannya.

Yang awalnya hanya minta jajan ciki sekarang mintanya hp. Selalu memelukku tanpa kusuruh peluk, selalu mencium pipi kanan, pipi kiri, kening dan hidungku. Dan yang aku takutkan jika dia bertambah dewasa adalah dia akan malu padaku, jangankan memelukku menyapa sajakah apa dia bakalan malu?

Senyumnya, tangisnya, manjanya selalu aku rindukan. Terima kasih Tuhan atas hadiah terindah-Mu. Bibi kangen kamu krucil Rizwan Dwi Nugraha (iwan).

Apa hadiah terbaik untukmu? Apakah hadiah itu mengubah hidupmu?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

to be inspiring writer and teacher