Hanya Orang-Orang Besarlah yang Mampu Melakukan Hal-Hal Besar!

Pernahkah kamu dengar tentang Superman atau Batman? Mereka terlahir di tempat dan waktu yang berbeda. Superman lahir di planet Krypton dan Batman lahir di bumi. Keduanya mempunyai karakter berbeda. Namun keduanya adalah superhero yang memerangi kejahatan.

Advertisement

Mungkin kalian mengira bahwa mereka menjadi superhero karena kekuatannya. Superman adalah manusia super, dia bisa terbang, bisa memutarbalikkan waktu, bisa menghancurkan musuh dengan mata lasernya. Berbeda dengan Batman. Batman sejatinya bukan manusia luar biasa, dia seorang ilmuan, saintis, detektif, ahli teknologi, dan bela diri. Dengan pencapaiannya, Batman juga bisa disebut manusia yang luar biasa cerdas dan ahli bela diri. Namun mereka disebut superhero bukan karena itu.

Superhero adalah sebutan yang diberikan orang lain kepada mereka karena mereka menolong orang lain. Superman menjadi superhero setelah menyelamatkan bumi dari bencana. Batman juga disebut superhero karena menyelamatkan Gotham City. Bahkan dengan kekuatan yang besar, seseorang tidak akan disebut superhero karena kekuatannya, namun karena fungsinya, atau karena manfaatnya didalam masyarakat.

Yang paling penting dari Superman maupun Batman adalah mereka tidak pernah memperlihatkan siapa identitas mereka sebenarnya. Mereka menyembunyikan identitas mereka karena suatu hal. Menjadi superhero selalu beresiko. Menjadi superhero selalu mempunyai tantangan terbesar. Dan setiap superhero mempunyai kelemahan.

Advertisement

Kelemahan superhero tidak menyababkan mereka kehilangan title sebagai pahlawan super, namun menyebabkan orang yang mencintai mereka menjadi lebih peduli. Menyebabkan mereka menjadi sempurna. Kelemahan bukanlah hal yang harus dihindari sebagai superhero, namun menjadi hal yang harus diperhitungkan. Agar superhero tidak salah langkah.

Sekali lagi, tidak ada superhero terlahir sebagai superhero. Mereka terlahir menjadi manusia biasa, namun berlaku luar biasa. Mari kita tinggalkan tokoh fiksi superhero dan mencari superhero yang ada disekitar kita. Superhero yang terlahir ke dunia nyata. Pernahkan kalian dengar tentang Alexandra Scott? Mungkin kalian lebih mengenal Bill Gates daripada Alex (sebutan bagi Alexandra Scott).

Advertisement

Izinkan saya bercerita tentang Alex. Dia terlahir sebagai gadis normal sampai pada saat dia berumur satu tahun dia didiagnosa menderita kanker yang disebut dengan neuroblastoma. Pada saat dia berumur 4 tahun, dia meminta orang tuanya untuk mendirikan tempat berjualan minuman lemon di depan rumahnya. Dia tidak menggunakan uangnya untuk keperluannya, tapi untuk membantu biaya pengobatan anak lain yang menderita kanker.

Ide yang sederhana, dilakukan oleh seorang anak, dan dia lakukan dengan sepenuh hati. Apa yang terjadi? Kini banyak orang yang berdiri dengannya untuk menjual minuman lemon di depan rumahnya, untuk membantu anak lain yang menderita kanker. Dengan idenya Alex's Lemonade Stand Foundation untuk kanker kanak-kanak pun berhasil didirikan.

Saat ia berumur 8 tahun, tepat pada bulan Agustus 2004, dia meninggal dunia. Dia berhasil mengumpulkan uang sebanyak 1 juta dollar untuk membantu penelitian kanker. Sebelum dia meninggal, kata-kata terakhirnya adalah "untuk tujuan selanjutnya adalah 5 juta dollar". Seorang anak yang terlahir dengan kanker bisa menjadi superhero bukan karena kekuatannya, namun karena keinginannya membantu orang lain agar tidak menderita seperti dia.

Keinginan atau hasrat menjadikan kita manusia yang lebih dari orang lain. Bukan karena kita lebih penting, namun karena kita memiliki keinginan untuk mementingkan orang lain diatas kepentingan kita. Superhero bukanlah dia yang sempurna, tapi dia yang ingin orang lain tidak merasakan penderitaan. Superhero bukanlah orang yang kuat, namun dia ingin membuat orang lain menjadi kuat. Jadi ubahlah pandangan kita bahwa superhero adalah orang yang hebat. Superhero adalah orang yang menjadikan orang lain hebat.

Kita mungkin tidak terlahir sebagai superhero, karena tidak ada orang yang terlahir sebagai superhero, tapi kita bisa menjadi superhero karena kita ingin menjadi superhero. Menjadi superhero adalah pilihan. Menjadi superhero berarti harus berkorban untuk orang lain. Menjadi superhero berarti siap bekerja keras demi kepentingan orang banyak.

Pertanyaan selanjutnya adalah masih maukah kamu menjadi superhero? Maukah kamu berkorban? Maukah kamu menderita demi kepentingan orang? dan maukah kamu dekat dengan Tuhan, dibantu oleh-Nya langsung karena kamu membantu orang lain?

No one was born to be a superhero, but we choose what we want to be!

Saat saya mencoba mencari materi tentang perkuliahan, seorang dosen memberikan saya ide untuk mengunjungi TED.com dan saya menemukan video pembelajaran yang hebat. Video ini berjudul "Write Your Story, Change History" oleh Brad Meltzer. Kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia, judulnya menjadi "Tulis Kisahmu, Ubahlah Sejarah". Cukup membuat saya terinspirasi pada pemaparan yang dibawakan olehnya.

Setelah saya mendengar pemamparan beliau, saya mendapatkan 3 prinsip superhero: dream big, work hard, stay humble. Prinsip superhero ini sebenarnya adalah 3 hal utama yang beliau katakan kepada anaknya sebelum anaknya tidur. Menjadi superhero bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, ketiga prinsip ini tidak boleh dilanggar.

Prinsip pertama adalah "Dream Big", atau berimpian besar. Saat kita masih kanak-kanak, kita mempunyai impian yang sangat besar. Beberapa dari kita mungkin berimpian menjadi dokter, astronot, atau bahkan menjadi superhero seperti superman. Saat kita beranjak dewasa, tingkat logika berpikir kita meningkat, nalar kita berjalan, dan realita menjadi fokus utama. Beranjak dewasa membuat impian kita mengecil sampai kita membunuh impian kita sendiri.

Kita mulai dihadapkan dengan dilema, antara mengambil resiko atau bertahan di zona aman kita. Kita semakin terbiasa dengan zona aman kita, sehingga kita lupa bahwa masih ada sesuatau yang harus kita gali dan jelajahi lebih dalam lagi di dunia luar. Mari kita bahas tentang zona aman. Zona aman adalah ketika kita merasa terbiasa dengan sesuatu sehingga tidak mau keluar darinya walaupun sebenarnya zona itu sudah tidak sesuai dengan keadaan kita.

Seperti pada waktu kita masih di SMP atau di SMA. Saat kita mulai memasuki SMP, kita masih ragu-ragu untuk bersosialisasi, namun keadaan kita memaksa kita untuk berhubungan dengan orang lain walaupun itu susah. Kelas 1 SMP, kita masih membawa kebiasaan SD kita, yaitu bermain seperti anak kecil, namun kita juga menyesuaikan kebiasaan anak SMP. Kelas 2 SMP, kita menjadi anak yang sudah terbiasa dengan kehidupan SMP.

Di tingkat ini, kita menjadi nyaman tapi belum sangat nyaman, karena masih ada senior kita, yaitu kelas 3 SMP yang notabene masih menjadi raja di SMP. Kelas 3 SMP, kita menjadi rajanya SMP, seniornya senior, tingkat kesombongan memuncak, sampai kita mendengar tentang sekolah dengan tingkatan yang lebih tinggi yaitu SMA.

Selalu ada zona aman, namun kita dituntut untuk beradaptasi dengan zona lain yang lebih tinggi daripada zona aman kita. Seperti anak SMP tadi, zona aman kita akan selalu kita tinggalkan menuju zona yang lebih tinggi. Selalu ada resiko yang harus dihadapai untuk mencapai dunia baru kita. Kehilangan teman, kehilangan kebiasaan, kehilangan pangkat kita sebagai seorang senior. Sungguh bencana yang besar bagi remaja yang ingin menguasai dunia.

Namun, setelah kita mencoba dunia SMA, seperti terjadi pengulangan sejarah. Kita mencoba beradaptasi lagi, menjadi nyaman lagi dengan dunia baru kita, lalu kita menjadi seniornya senior di SMA. Dan yang paling aneh lagi, bahwa kita harus meninggalkan zona aman untuk yang kesekian kali.

Sejarah terulang dengan pasti, apabila kita sanggup untuk lebih fleksibel untuk beradaptasi, semuanya menjadi lebih mudah. Dengan resiko yang bertambah, kepintaran kita bertambah, daya tahan kita bertambah, ilmu pengetahuan kita bertambah, dan pengalaman kita bertambah.

Begitu pula dengan impian kita. Kita dulu memimpikan yang besar, ingin ini dan ingin itu. Namun setelah pencapain kita yang telah kita lakukan dengan pengorbanan, tidak malukah kita dengan diri kita yang kecil dulu?

Kita sebenarnya tidak perlu mengecilkan mimpi, kita hanya perlu untuk merasionalkan mimpi dan menyerahkan sisa ketidak-mungkinan mimpi kepada Tuhan. Mengapa selalu ada ketidak-mungkinan dalam mimpi? Karena mimpi itu memang harusnya tidak rasional, mimpi seharusnya tidak senyata kenyataan.

Siapa mengira kalau manusia bisa pergi ke bulan? Siapa sangka manusia dapat menyeberangi lautan dengan besi? Siapa sangka manusia dapat terbang? Semua itu hanyalah mimpi pada awalnya. Mimpi yang mungkin akan ditertawakan oleh orang lain.

Namun mereka yang bermimpi pergi ke bulan, tidak pernah menyerah untuk mewujudkan mimpi itu. Kalau mereka menyerah, ada dua kemungkinan yang terjadi: kemungkinan pertama adalah tidak ada manusia yang lain yang akan pergi ke bulan atau ada manusia yang lain, tapi bukan dia, yang bisa pergi ke bulan.

Menjadi superhero di dunia nyata belum tentu terkenal. Menjadi superhero belum tentu dikagumi banyak orang. Mari kita lanjutkan kisah tentang Superman dan Batman. Keduanya penting, karena mereka superhero, tapi keduanya memiliki musuh besar. Di dalam setiap kisah tentang superhero, pasti ada penjahat yang menyertai mereka. Dan penjahat ini pastinya mempunyai kekuatan yang hampir sama dengan superhero kita.

Mari kita lanjutkan dengan Batman yang mempunyai musuh besar yaitu Joker. Joker adalah seseorang yang pintar dan licik. Namun sebenarnya masalah yang paling dominan tentang permusuhan mereka adalah perbedaan pendapat. Batman berpendapat bahwa kehancuran Gotham City bisa diperbaiki, namun Joker berpendapat bahwa Gotham City sudah tidak bisa diperbaiki dan harus dihancurkan. Menariknya, kedua-duanya saling mempertahankan pendapat masing-masing.

Apa yang membedakan superhero dengan supervillain (penjahat super)? Ya, pandangannya terhadap masyarakat. Superhero cenderung melihat harapan pada masyarakat, sementara itu supervillain tidak melihat adanya harapan. Kisah ini juga bisa kita kaitkan dengan kisah Alex pada bagian pertama. Bahwa Alex adalah superhero dan kanker adalah supervillain. Alex berpendapat bahwa masih ada harapan pada masyarakat untuk memerangi kanker, sementara kanker ingin menghentikan keinginan masyarakat untuk hidup.

Kita tidak bisa menjadi superhero jika kita tidak bisa melihat harapan pada masyarakat. Kebanyakan orang cenderung menyerah kepada apa yang terjadi pada masyarakat. Kita melihat korupsi, kesenjangan sosial, kehancuran budaya, namun kita tidak melihat adanya harapan. Bahwa setiap anak yang terlahir di negeri ini terlahir sebagai anak biasa. Dia bukan superhero maupun supervillain. Tugas kita sebagai superhero adalah untuk mengantarkan negeri ini menjadi lebih baik, apapun resikonya.

Banyak orang tidak mau menjadi superhero karena merasa dirinya tidak pantas. Orang berhenti menjadi superhero karena dirinya mempunyai masa lalu yang kelam. Pandangan itu benar namun kurang tepat jika kita berhenti menjadi superhero karena kita tidak sempurna. Superhero adalah sebutan orang lain terhadap kita, bukan pandangan kita terhadap diri kita. Dan jika kita tidak percaya kepada diri kita, siapakah yang akan percaya pada kita?

Maka kemauan menjadi superhero bukanlah kemauan yang mudah dijalani, maka hanya sedikit orang yang akan bertahan untuk menjadi superhero. Ingatlah jika kamu berbuat baik kepada orang lain, akankah Tuhan Yang Maha Adil tidak memperhatikanmu? Jika dia melihat hamba-Nya yang lemah berusaha untuk menguatkan orang lain, pastilah dia akan membantu hamba-Nya tersebut.

Being a superhero is a big deal, only great people do something big.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE