Hari Lahir Pancasila, Bagaimana Cara Kita Sebagai Generasi Muda Memaknainya?

Hari Lahir Pancasila bukanlah sekedar hari libur, namun hari untuk menatap ke belakang, ke sekitar, dan ke depan.

Tanggal 1 Juni lalu diperingati sebagai hari lahir Pancasila. Hari itu adalah hari dimana Soekarno tokoh pendiri bangsa ini, menuangkan pemikirannya mengenai konsep dasar negara yang disebut dengan Pancasila. Konsep ini dikenalkan kala Soekarno berpidato di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau 'Dokuritsu Junbi Cosakai'.

Advertisement

Larik-larik pidatonya; yaitu (1) Kebangsaan Indonesia, (2) Perikemanusiaan atau Internasionalisme, (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, dan (5) Ketuhanan yang Berkebudayaan. Pancasila merupakan pedoman hidup, idenditas, cita-cita dan jati diri bangsa Indonesia. Jika kita semua telah mempelajari sejarah hari lahirnya Pancasila di sekolah, lalu bagaimana kita sebagai generasi muda memaknai hari itu?

Pada era reformasi cara kita memaknai hari lahir Pancasila adalah dengan menjaga Pancasila yang merupakan jati diri bangsa ini. Tentunya dalam menjaga Pancasila tidak akan mudah, akan banyak masalah yang menguji bangsa Indonesia. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengungkapkan ada 3 masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia yaitu, masalah terorisme dan radikalisme, masalah narkoba dan masalah korupsi.

Masalah yang pertama adalah paham terorisme dan radikalisme yang kini mulai menarik generasi muda untuk hanyut dalam doktrin-doktrinnya. Mahasiswa mejadi target empuk penyebar paham ini, terlebih mahasiswa eksakta. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan, "Anak eksakta itu adalah karena dia cara berpikirnya logic dan pragmatis, sehingga dia hanya melihat black and white. Ini akan terjadi pemahaman itu. Kalau memahami agama adalah black and white, ya kayak gitu. Jadi yang diandalkan adalah logikanya." Jika mahasiswa tidak dibekali pendidikan Pancasila, pastinya merekan akan dengan mudah dibelokkan ke arah yang salah.

Advertisement

Indonesia merupakan negara dengan berbagai agama, tidak semua negara memiliki keberagaman ini. Sudah sewajarnya kita menjaga kekayaan itu dengan memelihara ketentraman setiap umat beragama. Dalam Pancasila sendiri telah mengandung segala unsur yang melindungi ketentraman itu. Sedangkan tujuan dari paham radikalisme adalah ingin mengganti Pancasila dan mendirikan khilafah. Lalu nantinya jika hal itu terjadi akankah bangsa ini tetap bersatu. Cara yang mereka ambil jugalah sangat keji dan tidak berperikemanusiaan.

Seperti kejadian baru-baru ini yakni pengeboman 3 gejera dan Polrestabes di Surabaya yang memakan banyak korban. Pengeboman dilakukan oleh satu keluarga yang juga melibatkan anak dibawah umur. Sungguh kejadian yang tidak mencerminkan pedoman hidup bangsa Indonesia yakni Pancasila. Setiap sila Pancasila sangat bertentangan dengan perilaku terorisme ini. Penyebaran paham ini harus dihentikan hingga agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan.

Advertisement

Masalah yang kedua yakni narkoba juga sudah menjadi ancaman bagi Indonesia sejak dahulu. Penggunaan dan pengedaran narkoba bertolak belakang dengan sila pertama Pancasila. Dalam setiap ajaran agama tidak ada yang memperbolehkan penggunaan narkoba untuk kenikmatan atau tanpa adanya indikasi medis. Narkoba hanya menawarkan kesenangan sesaat dan yang ada hanya penyesalan panjang di akhir.

Selain itu coba bayangkan penyebaran narkoba yang tidak terkendali di seluruh Indonesia, generasi muda menjadi korban kekejaman narkoba. Akankah generasi muda yang seperti itu akan mampu memimpin bangsa ini di masa depan? Cita-cita Indonesia yakni Pancasila akan terlupakan seperti mereka melupakan mimpi-mimpinya. Mereka akan sibuk dengan kesenangan sesaatnya tanpa sadar masa depan tidak lagi ada di depan mata mereka yang ada hanya penyesalan.

Masalah yang terakhir adalah korupsi. Kasus korupsi sangat tidak asing ditelinga kita, bahkan bisa dibilang kita tidak lagi terkejut apabila salah satu pejabat ditangkap karena melakukan korupsi. Perilaku korupsi sudah pasti telah melanggar sila-sila Pancasila. Korupsi tidak mencerminkan perilaku seorang umat beragama, korupsi sama saja dengan mencuri.

Manusia yang adil dan beradab tidak akan merampas hak orang lain untuk kepentingan pribadinya. Pemimpin yang korupsi telah mengingkari janji yang telah ia buat ketika berkampanye. Korupsi memang tidak dilakukan oleh generasi muda, namun nantinya generasi muda juga akan menggantikan para pajabat negara, kita yang akan membangun negara ini di masa depan. Apabila mulai dari sekarang kita tidak menanamkan Pancasila di dalam diri kita, kita pasti akan mudah lalai dan lupa akan tujuan utama sebagai pemimpin bangsa yakni mensejahterakan Indonesia.

Ketiga masalah di atas hanyalah segelintir masalah yang dihadapi bangsa ini. Belum lagi masalah ketidakadilan, pendidikan yang tidak merata, isu-isu keagamaan dan lain sebagainya. Semua masalah-masalah ini adalah bentuk pengingkaran Pancasila. Maka dari itu pamahaman akan Pancasila adalah yang terpenting saat ini. Pemerintah telah memfasilitasi generasi mudanya dengan pembekalan mengenai Pancasila.

Mulai dari pendidikan sekolah dasar sampai di perguruan tinggi. Hal ini dilakukan untuk menanamkan jiwa Pancasila dalam diri setiap anak bangsa. Pemerintah juga telah membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yang tugasnya terfokus pada Pancasila. Lalu apakah dengan itu saja kita dapat duduk nyaman tanpa ikut ambil andil dalam menjaga ideologi bangsa ini? Tentu tidak, yang sebenarnya berperan penting dalam hal ini adalah sang generasi muda.

Pancasila bukanlah omong kosong yang dibacakan setiap upacara bendera di hari senin. Pancasila adalah darah yang mengalir dalam setiap tubuh rakyat Indonesia. Sejarah sudah membuktikan bahwa bangsa ini telah mencoba banyak ideologi lain, tetapi para pendahulu kita sadar bahwa tidak ada yang dapat mewakili jati diri bangsa ini selain 5 sila yang melekat di dada sang garuda. Mari jaga dengan segenap hati dengan menghadirkannya dalam keseharian kita. Berprestasilah, bawa nama baik bangsa Indonesia ke kancah internasional. Serta bersiaplah memimpin negara ini menggapai cita-citanya yakni Pancasila.

Sumber:


  1. Anas, muhammad, dkk. 2017. Pancasila dalam Diskursus Sejarah, Jalan Tengah, dan Filosofi Bangsa. Edisi Pertama. Yogyakarta: Ifada Publishing.

  2. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/18/05/07/p8c9yq330-tjahjo-ada-3-masalah-yang-dihadapi-indonesia-selama-ini

  3. https://news.okezone.com/read/2018/05/31/337/1904981/sejarah-hari-lahir-pancasila-pidato-bung-karno-hingga-keppres-24-2016

  4. http://jateng.tribunnews.com/2018/06/01/begini-pandangan-musahadi-terkait-paham-radikalisme-di-kampus

  5. http://belmawa.ristekdikti.go.id/2016/12/09/surat-edaran-bahan-ajar-mata-kuliah-wajib-umum/

  6. https://arrahmahnews.com/2015/12/16/bnpt-tujuan-radikalisme-terorisme-ingin-ganti-pancasila-dan-dirikan-khilafah/

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE