Ibu, Izinkan Aku Selalu Menyayangimu Di Saat Aku Mampu

Perkenalkan,,aku seorang lulusan IT dari sebuah kampus ternama di Yogyakarta. Saat ini aku bekerja di salah satu perusahaan IT yang merupakan vendor dari sebuah anak perusahaan BUMN terbesar di Indonesia. Perlu diketahui aku merupakan anak rantau dari Sumatera walaupun orangtuaku asli kota gudeg ini.

Aku anak bungsu dari dua bersaudara. Sejak kecil aku dilatih untuk hidup mandiri dan prihatin walaupun jika dilihat dari materi kelurgaku termasuk cukup mampu namun aku ditempa untuk menjadi wanita mandiri yang kuat nantinya. Ayahku berpulang ketika aku berumur 12th, well sejak itu ibuku yang menjadi tulang punggung bagi keluargaku. Singkat cerita, aku lulus dari sebuah universitas di Yogyakarta dalam waktu3.5th dan predikat lulusan terbaik.

Aku memutuskan untuk rehat sejenak dikampung halamanku seraya ziarah ke makam ayahku ketika selesai wisuda. Seiring berjalannya waktu aku diterima di perusaahan dimana aku bekerja hingga saat ini. Ibuku yang dulu selama aku kuliah menemaniku kini tinggal bersama kakakku di kampung. Selama satu tahun aku bekerja di Jogja, ibuku tidak pernah absen menelponku setiap pagi dan malam ketika aku berangkat dan pulang kantor. Hingga pada lebaran di tahun 2015 aku pulang beliau meminta untuk tinggal lagi bersamaku.

Aku hanya berjanji akan menjemputnya akhir tahun untuk tinggal bersamaku lagi. Sepulangnya aku dari lebaran di kampung,kesehatannya menurun. Ibuku bolak-balik masuk rumah sakit. Beliau menelponku selalu menelponku. Terkadang beliau menangis karena merindukanku. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga kadang aku cuma bisa berjanji nanti aku jemput. Suatu hari ibuku menelponku, beliau berkata ingin dibelikan sebuah jaket. "Sudah kubelikan bu", ujarku suatu kali beliau telpon, "tunggu minggu depan aku kirim".

Namun karena waktu jaket itu belum sempat aku kirim, hingga aku mendapat kabar beliau masuk rumah sakit lagi. Dalam sakitnya kali ini beliau menanyakan keberadaanku disaat beliau sakit dan bertanya tentang jaketnya, dan dijawab oleh kakakku, "sabar karena adek masih sibuk untuk mengumpulkan uang guna jemput ibu", mendengar jawaban kakakku beliau tersenyum lalu tertidur. Satu minggu beliau berada dirumah sakit kabar bahagia datang bahwa ibuku sudah dibawa pulang. Lagi-lagi karena sibuk aku tak sempat menelponnya.

Hingga di sabtu malam minggu aku menelponnya tetapi tidak pernah terpikirkan bahwa itu terakhir kalinya aku mendengar suara ibuku. Senen malam di awal bulan November aku dikabari bahwa ibuku dilarikan ke IDG. Dan selasa dinihari beliau akhirnya masuk ke ruang ICCU. Aku kehabisan tiket pesawat untuk penerbangan dari jogja sampai ke kampungku di hari selasa. Dan aku mendapat tiket pesawat hari rabu pagi.

Aku hanya bisa berdoa beliau dipulihkan kesehatannya, namun takdir berkata lain. Tepat tengah malam aku mendapat kabar ibuku telah berpulang. Aku yang tegar dan sekuat baja menjadi lebur seperti debu hanya bisa menangis dan meratap serta menyesal. Dalam kesedihan aku berangkat pulang. Namun apa daya aku tak dapat melihat ibuku untuk yang terakhir kalinya. Penerbangan menuju kampungku dibatalkan karena adanya kabut asap.

Ohh ibu, janjiku untuk memandikanmu, mensholatkan dan mengantarkanmu ke peristirahatanmu yang terakhir tak bisa ku laksanakan. Aku hanya bisa menangis diatas pusaramu tanpa bisa menyentuhmu untuk yang terakhir kali. Dulu aku tegar, kuat, tidak pernah menangis, setelah kepergian ibuku aku menjadi lemah tak lagi sesemangat dulu. Kadang aku berpikir uang dan jabatanku tidak bisa membelimu ibu.

Buat kalian yang masih berkesempatan menelpon atau bertemu ibu kalian, maka sayangi dan buat ia bahagia bersama kalian. Salam..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis