Inilah Alasan Orang mudah Terkelabui oleh Hoax di Internet

Berseluncur di media sosial adalah salah satu aktivitas paling menarik di era digital. Kini, kita tak lagi kesulitan untuk saling bercengkerama dengan orang lain meskipun ada perbedaan jarak dan waktu. Namun, di sisi lain, media sosial juga menjadi salah satu pelecut suburnya pertumbuhan ujaran kebencian dan berita bohong di Indonesia. Nah, memangya apa saja penyebab orang-orang menjadi mudah percaya dengan berita bohong yang tersebar di internet?

Advertisement

Hoax di Media Sosial Membuat Nilai Luhur Multikulturalisme menjadi Luntur

Dalam acara ‘Digitalk’ yang diselenggarakan oleh Center for Digital Society UGM (31/7), Gutomo Priyatmono menyampaikan kekhawatirannya bahwa media sosial telah mendistorsi multikulturalisme di tengah-tengah masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah budaya dan minat baca yang rendah di kalangan masyarakat Indonesia.

Advertisement

Situasi tersebut memudahkan penyebaran hoax. Menurut Gutomo, terlepas dari berbagai macam informasi positif yang ada dalam media sosial, budaya berpikir kritis (critical thinking) yang masih relatif rendah membuat masyarakat Indonesia cenderung percaya terhadap satu sumber informasi tanpa inisiatif untuk menguji kebenaran informasi tersebut. Pada akhirnya, konstruksi pemahaman sosial yang tersebar dalam media sosial tersebut membentuk kebenaran tunggal atau post-truth.

Advertisement

Pada akhirnya, pola pikir post-truth membuat orang-orang saling beradu untuk membuktikan kebenarannya tanpa ada kemauan untuk menerima pendapat dari orang yang tidak sejalan dengannya. Alih-alih menghubungkan jaringan pertemanan yang lebih luas, media sosial malah bisa memicu permusuhan dan perselisihan di anatara penggunanya.

Tidak hanya di Media Sosial, hoax juga tersebar luas di berbagai aplikasi pesan singkat

Apakah kalian pernah membuka grup LINE/WhatsApp dan kemudian menerima pesan terusan (broadcasted message) yang isinya cenderung sensasional dan mengandung kata-kata provokatif? Itu adalah bukti bahwa hoax juga tersebar luas lewat platform aplikasi pesan singkat.

Menurut penelitian dari Center for Digital Society UGM tentang persebaran hoax di WhatsApp, persebaran berita bohong di platform WhatsApp terjadi karena penggunanya memakai WhatsApp sebagai sumber mencari berita/informasi padahal, itu bukanlah fungsi utama dari aplikasi pesan singkat. Dengan fitur yang terbatas, seseorang menjadi tidak dapat leluasa untuk mengecek kebenaran dari suatu berita yang disebarluaskan lewat aplikasi pesan singkat semacam LINE/WhatsApp. Parahnya lagi, pengguna cenderung menerima mentah-mentah sebuah pesan yang didapatkan dari orang yang mereka percaya.

Oleh karena itu, beberapa pemerhati menilai jika Indonesia saat ini sedang dalam situasi darurat literasi digital. Apalagi menjelang datangnya pemilu umum di tahun 2019 kelak, diprediksikan bahwa gelombang berita bohong dan ujaran kebencian akan terus mengalir. Apabila tidak ditangani secara serius, fenomena tersebut dapat mengancam keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia.

Seluruh elemen pemerintah, masyarakat dan keluarga harus bersatu padu untuk menanamkan cara berpikir bijak dalam menggunakan dan menyebarkan pesan di media sosial, dan juga membiasakan budaya berpikir kritis untuk dapat mengidentifikasi berita palsu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE