Jadilah Rumah Bagiku. Jadilah Alasan untuk Kembali Lagi Padamu Saat Aku Pergi

Aku lebih dahulu tiba di simpang ini. Di simpang dimana aku berdiri sampai saat ini. Bukan karena lelah lalu sejenak menghela nafas yang baru. Aku hanya sejenak terlupa akan waktu yang harus kutaklukkan. Atau mungkin gravitasi yang begitu kuat dari biasanya membuat kakiku tertancap kuat di planet ini. Aku mencium aroma tebal dari sudut angin berhembus, aroma yang membuatku tetap terjaga di langkahku sedari tadi. Nyatanya aku tak juga melangkahkan apa-apa.

Advertisement

Aku menoleh dengan pandangan yang tidak sadarkanku. Sejenak terasa sesuatu meledak dan pecah di kepalaku; rasa-rasanya ingin kakiku terpahat lebih lama disini. Sosok anggun yang sekejap mengalihkan dunia dan ambisiku. Apa ini pantas kuungkapkan untuk kali pertama?

Entahlah, yang pasti kau begitu nyaman bertahta di bola mataku.

Sesuatu memaksa mata ini untuk dikedipkan. Pedih memang menahan hembusan angin yang tertahan sedari tadi. Namun yang kulakukan hanya bertahan melalakkannya. Jika kau tahu ini sangat menggelikan, tetiba saja aku tidak ingin kau berpindah dari bola mataku barang sekedippun. Dan syukurnya kau tidak melihatku yang sedari tadi terbodoh dan melahapmu dengan tatapanku.

Advertisement

Lama kelamaan waktu seakan jadi bagianku, aku menaklukkannya perlahan dan sedetik demi sedetik. Terlihat kita semakin dekat kini. Atau mungkin hanya aku yang merasa demikian. Meski sikap tidak acuhmu terkadang memaksaku berjuang lebih keras lagi tanpa mengurangi keanggunanmu. Aku bukanlah pemula dalam soal percintaan, atau amatir dalam bahasa zaman ini. Mungkin ini sudah untuk kesekian kalinya. Meski tidak banyak, boleh kusimpulkan hati, cinta, dan wanita hanya masalah seringnya bersama, perhatian yang banyak, dan komplain yang sedikit saja.Aku sudah singgah di beberapa keping hati, sebagian diantaranya pernah benar-benar kurajai dan tahtaku benar-benar disetiap penjurunya. Jika mungkin kau sulit untuk percaya, kau bisa cek di kontak ponselku beberapa dari mereka memintaku kembali walau bukan semuanya.

Tapi lumayan membanggakan bagiku. Bicara masalah kemanisan, kecantikan, sejenisnya. Mereka-mereka tidak kalah cantiknya darimu bahkan ada yang melampauimu. Bukan maksud merendahkan atau membandingkanmu, bersabarlah aku akan memulai menyingkap hal lain yang mereka bahkan tidak miliki. Hal pertama yang kusimpulkan setelah kebersamaan kita ternyata cinta tidak benar-benar hanya mengagumi saja, seperti kulakukan sebelum-sebelumnya.

Advertisement

Di usia yang semakin menanjak ini, hubungan tidak semata soal cinta dan kagum saja. Ada hal lain yang tidak masuk dalam akalku dan aneh untuk kusadari. Caramu memandang dunia, meramu masa depan, anggunmu menyikapi masalah, mencari solusi untuk persoalan-persoalan kecil, sikapmu memberi sudut pandang untuk sikapku yang memang tidak rasional. Segalanya menyimpulkan kehidupan sebenarnya butuh konsep selayaknya yang kau lakukan. Yang paling penting kau tidak menuhankan cinta dan mengagung-agungkan keindahan saja. Kutipan jenius yang selalu kulingkari dari ucapanmu "genggamlah seperti genggamanmu akan pasir". Jika tidak ingin kehabisan pasirnya jangan terlalu kuat menggenggamnya. Maka dia akan diam disana dan dalam jangkauanmu.

Taruhlah sedikit harapan untuk kekecewaan yang kecil pula, dan berharaplah banyak untuk hasil dan kekecewaan yang besar. Pada akhir ujung kebersamaan kita, ingin kupatrikan kau jadi rumah bagiku. Aku selalu di dalammu dan kau tak berarti apa-apa tanpa aku di dalammu. Kau boleh tertawa dan geli akan arti rumah yang kumaksudkan. Aku ingi kau jadi rumah bagiku saja. Rumah, alasan untukku pergi dan akan selalu jadi tempat dan tujuanku kembali. Meski aku tidak tahu bagaimana harus menggenggammu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE