Kehancuran Rumah Tangga Seharusnya Menanamkan Moral Untuk Anak-Anak Mereka

Akhirnya kesampen juga menulis tentang moral dan berhasil dipublish oleh tim Community dari Hipwee, Very Big Thanks Hipwee! Dalam tulisan kali ini aku ingin berbagi kesulitan, bukan untuk menyulitkan apalagi membuat parno, tapi hanya sekedar menuangkan hasil renungan mengenai rumah tangga dan hal-hal buruk yang terjadi di dalamnya. Permasalahan moral menjadi sorotanku dalam artikel kali ini.

Pertama-tama yang perlu kita pahami, moral dibangun berdasarkan pengenalan diri terhadap peluang berbuat sesuatu. Ketika sudah berhasil menemukan peluang, potensi moral akan semakin tinggi. Peluang berbuat sesuatu dapat dikenali dengan mengetahui kecenderungan manusia. Kecenderungan manusia bisa dicerna melalui beberapa pendekatan, diantaranya; teoritis, praktis, historis dan hal persuasif lainnya. Setelah kita mengenali kebutuhan tentu peluang berbuat baik semakin besar. Walaupun banyak orang yang berbuat baik tanpa harus kepo terhadap kebutuhan manusia.

Aku menyadari bahwa manusia (termasuk aku) sering salah karna berusaha mengenal dirinya berdasarkan cerminan diri yang dilihatnya dalam diri orang lain. Misalnya, karena kita suka bohong, kita menilai orang lain juga begitu. Dalam rumah tangga, hal ini seringkali menjadi sumber peletup konflik. Entah dimulai dari pihak suami atau dari pihak istri.

Curiga berlebih kepada istri biasanya karena ada penyimpangan yang terjadi secara intens di masa lalu si suami. Sehingga gambaran kekecewaan terhadap diri terpancar kepada orang-orang disekitarnya, terlebih kepada person-person yang terlanjur memiliki kedekatan emosional atau bahkan ikatan darah. Di situ sang suami terpenjara dalam momok masa lalunya yang menyeramkan, dan si istripun menjadi korban.

Kekerasan dalam rumah tangga bukan hal yang semata-mata terjadi karena adanya dorongan kehendak natural, apalagi karena sebuah tujuan kekuasaan dalam ranah sempit yang disebut “keluarga”. Hal itu biasanya terjadi karena ada faktor-faktor yang jelas atau karena faktor yang samar. Tentunya bukan faktor politis. Ini yang akan kita cermati.

Faktor yang samar merupakan sebuah indikasi kelabu atau cermin yang retak, membuat suasana dalam rumah tangga tenggelam di genangan air keruh masa lalu, serta terpenjara dalam ruang halusinasi yang terus menerus memproduksi perintah untuk berbuat kasar kepada istri. Jelas, cacat moral adalah gelar yang tepat untuk pelakunya.

Sehingga cacat moral bisa diartikan sebagai aksi pemerkosaan yang dilakukan oleh masa lalu terhadap seluruh harapan seseorang. Sehingga masa kini seseorang menjadi tidak berarti lagi. Cacat moral adalah penindasan kepada fitrah, dan bentuk pencacian kepada hati nurani. Kekerasan dalam rumah tangga yang intens biasanya terjadi karena hal ini.
Sedihnya, tidak ada solusi yang sempurna untuk mengatasi konflik-konflik yang mengisi ruang privasi, karena pelaku dan korbannya cenderung saling terbiasa dan sama-sama menganggap ini sebagai derita internal yang tidak boleh diketahui orang lain. Ini persoalan baru.

Pun masing-masing telah sama-sama sadar bahwa telah terjadi kekeliruan relasi dalam rumah tangganya, kemungkinan lautan damai terbentang, meskipun tidak niscaya. Pelaku harus melakukan evaluasi sikap dan pengakuan dosa yang ditutup dengan permohonan maaf, serta si korban harus berat hati memaafkan pelakunya tanpa diiringi rasa dendam dan keduanya sama-sama harus berjanji untuk memulai cerita baru tanpa sedikitpun menyinggung persoalan kelam yang pernah mereka alami. Banyak kejadian menimpa rumah tangga, ketika celah kedamain terbuka, egoisme dan rasa untuk balas dendam justru menjadi peledak kedua, yang harus diingat adalah:

Rumah tangga bukan bahtera Cinta antara suami dan istri, namun mesin pembangunan generasi untuk waktu yang akan datang.

Alhasil. Seburuk apapun rumah tangga, sekejam apapun dilematika yang terjadi, sebesar apapun bencana, jangan biarkan hal itu membunuh anak-anak yang kalian lahirkan. Petiklah hikmah dari semua kejadian. Sadarlah, bahwa disetiap derita ada rahmat Tuhan yang menanti. Hadiah dari kesabaran untuk menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga adalah revolusi moral.

Revolusi moral pun terjadi, mahligai cinta rumah tangga kemungkinan besar tidak akan dikotori lagi oleh aksi cacat moral. Berdasarkan gerak abnormalnya, kehidupan keluarga cacat moral memang keras, tapi memang begitu cara rumah tangga menyita etika dan perbaikan mental menanamkan moral. Generasi yang terdidik dari revolusi moral biasanya lebih peka terhadap kelemahan sosial dan memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin masyarakat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka nulis jarang mikir.