Kenapa Harus Dirahasiakan?

Hubungan yang mengatung dalam ikatan yang manis

*****

Di usiaku menjelang dua puluh lima tahun sekarang ini, ada kekhawatiran baru yang menglingkupi di perjalanan hidupku. Ada kerinduan yang membuatku merasa diburu waktu. Menikah, karena teman-teman dari SMA hingga teman dibangku kuliah sudah memiliki putra dan putrinya. Sekarang yang terbesar bahkan sudah masuk TK. Kesibukan pun dengan keluarganya membuat teman-temanku tak bisa bebas menghubungi aku lagi sekarang dan begitupun juga aku.

Ada rasa iri yang dalam saat aku menikmati kue keponakanku ini, meski menurut mereka sangat melelahkan dalam menjalankan sebagai kepala rumah tangga. Ada tanya yang bergema di hatiku, kapan giliranku?

Di tempat kerjaku saat ini, karena tantangan tak kurasakan lagi seperti dulu. Semuanya berjalan apa adanya, dan yang membuatku sedikit meresahkan adalah lingkungan kerja yang tak kondusif lagi yang aku rasakan saat ini.

Aku merasa hening, hanya di akhir minggu saat berjalan di sore hari dan aku merasa mendapat penyegaran dengan angin yang begitu sejuk di wajahku.

Sore itu sebelum aku meninggalkan tempat aku berjalan, teman satu kos-kosan menghentikan gerak kakiku.

"Mas, tunggu dulu!"

"Ada apa, Mbak?"

"Mmm, maaf kalau ngomongnya di sini ya mas. Ini ada pesan Fenny yang mau kenal sama mas Joli. Siapa tau kalian kalian ada jodohnya mas."

"Siapa ya mbak?

"Fenny orang Sulawesi."

"Ooh.?"

"Gimana mas, mau nggak sama dia, kalau masalah pertemuan nanti kami yang menemani mas ketemu sama Fenny di rumahnya. Tapi kalau mas nggak mau ya bisa dibilang baik-baik sama Fenny. Kami siap membantu mas Joli mencarikan jodoh yang bisa menjadi ratu rumah tangga mas Joli."

"Jazakillah, Mbak." Aku tersenyum menerimah niat baik temannya yang barusan kudengarkan.

Akankah kembali gugur seperti yang perna terjadi pada hidupku, sudah beberapa kali aku melewati proses ini. Apa ini gara-gara aku terlalu setia pada diriku sendiri? Pernah aku berprasangka seperti itu tentang hidup yang sepak terjang ini, sudah jamak yang tahu. Aku bagaikan orang yang tak ada miliknya saat ini, tempatku adalah anak nakal. Apalagi kalau laki-laki masuk ke sana, seadainya apa yang aku cari di sana?

Tapi aku sadar dan beristighfar, kalau ini penyebabnya waktuku telah kusia-siakan yang tidak menghargai orang yang memiliki rasa dan cinta terhadapku selama ini.

Entah apa yang salah pada diriku, aku merasa semuanya biasa-biasa saja. Bahkan saat ingin di pertemukan, aku tak mendapatkan sinyal dari hati batinku.

Ah, aku terlalu percaya pada love at first singht, yang terpikir di benak hati saat ini. Bukankah cinta itu timbul setelah berteman dulu, bukan sebelum?

Heran, Doni sahabatku justru terlihat panik ketika aku menceritakan tentang perempuan itu.

"Apa? Kamu mau ketemuan sama dia? Jangan Joli! Eh, anu maksudku…"

"Aku belum ngasih jawaban kok, justru itu yang ingin aku katakan tadi. Karena di sisi lain aku juga masih ingin memastikan bahwa aku sudah siap untuk berkeluarga dan menjadi seseorang imam yang sayang pada anak-anak isteriku nantinya, gitu Don!."

"Lalu kapan kamu berjanji memberi jawaban?"

"Bulan depan Don, kalau dia nggak sibuk dengan pekerjaannya."

"Kalau dia siap menungguku dalam waktu satu tahun ini, aku akan segerah menghitbah dia."

"Sakit kalau menghitbah anak orang.?"

"Maksudnya melamarnya Doni?

"Karena aku takut pelan-pelan imanku terkikis, dan lingkungan kerja sangat tidak kondusif, aku ingin segera menjadi imam yang sholeh untuk isteriku dan keuangan pun juga bisa di kendalikan dalam per bulan..hmm."

"Ooh, itu. Baguslah mas dan mas punya bakat soal perasaan yang jujur, ditambah lagi kamu orang tipe yang ngangenin mas, soalnya yang bersifat perempuan. HE..HE…"

"Kamu Don, bisa saja. Nggak kok itu semuanya nyata."

"O ya berati aku harus segera mengabari teman mas yang di Jakarta itu,"

"Buat apa Don?"

"Iya, biar dia tahu kalau mas Joli lagi galau berat sama dia yang di Jakarta itu. Siapa sih dia itu, dari kemarin aku penasaran sama teman mas Joli itu?"

"Nanti kamu bakalan tahu kok siapa dia?"

"Ideh, kamu mas. Pakai kata nanti, kalau aku ingin tahu sekarang?"

"Nanti aja Don." Toh kami hanya sekedar teman saat ini, nggak lebih dari yang kau bayangkan itu."

"Kasihan sebanarnya waktu yang telah kusia-siakan selama ini. Aku tahu perempuan itu dulu sangat baik dan perhatian dengan kondisiku, terlebih pada dua hal yang masih terlintas di hatiku saat ini. Dia selalu menanyakan sudah sholat atau belum, menyucikan pakaianku dan hal-hal kecil yang aku anggap remeh. Akan tetapi dia besar di mataku selama ini, meskipun di antara kami hanya sebatas teman."

"Aku berkata yang sebenarnya dan dia bisa menjaga jati dirinya yang penuh kasih sayang dalam berteman dan akan masih menarik bagiku sama dia. Ada rasa sayang sebenarnya dia itu, namun dengan alasan apapun aku harus menerimanya dengan kenyataan yang ada."

"Ah mas bisa saja merangkai kata-katanya, dan aku merasa terharu dengan kisah cinta mas Joli sama temannya yang di Jakarta itu."

"Jangan gitu donk, Don. Aku jadi membuka aibku sendiri sama kamu jadinya."

" Mas-mas, Laki-laki seperti mas inilah yang banyai di sukai oleh perempuan."

"Masa iya, Don?"

"Iya mas Joli, percayalah deh sama Tuhan."Apalagi mas Joli kan orangnya ngak seperti aku dan cowok lainya."

"Kamu Don, memangnya apa bedanya kita berdua. Kan sama-sama cowok toh?"

"Bukannya gitu mas Joli maksud aku."

"Terus apa coba, Don?" Aduh… gimana ya cara jelasinnya sama mas Joli biar nyambung.?"

"Gini aja deh mas Joli, sekarang ini mas Joli punya pilihan nggak dalam menjalakan roda-roda kehidupan ini."

"Iya pasti ada Don."

"Terus kenapa mas harus bingung dengan perasaannya mas sendiri, toh tinggal sampaikan saja sama teman mas Joli yang di Jakarta itu."

"Aku takut Don?"

"Takut kenapa Mas?"

"Aku taku melakukan kesalahan lagi sama dia, apalagi aku sudah gagal menjadi teman yang baik untuk dia."

"Memangnya kapan mas Joli, hal itu terjadi dan dia gimana sekarang ini sama mas Joli.?"

"Sekitar empat bulan yang lalu hal ini terjadi, aku telah mengecewakan dia. Pada saat itu kondisiku yang membuatku harus mengecewakan dia dan aku melukahi perasaan dia sebagai perempuan yang selama ini aku kenal enam tahun semenjak duduk di bangku kuliaH."

"Waduuh mas, cukup lama juga ya pertemanannya sama dia dan kalau dirumuskan ya mas. Kalian itu bagaikan bintang sama bulan,. Terus kalau di rumuskan dalam matematika itu, 2y+4 xy= 6y. Itu artinya kalian itu punya kesamaan dalam menjalan roda-roda kehidupan hingga saat ini, nyatanya ada di depan mata aku sekarang ini mas."

"Entahlah, Don?. Semuanya ada prosesnya. Dan Aku akan belajar sambil berjalan."

Aku juga nggak mau memaksakan diri untuk menyerah dengan keadaan dan aku cuma berharap sama dia. Dia bisa memaafkan aku dan menerima aku apa adanya ke depanya."

"Aku percaya, kalau teman mas itu bisa memaafkan dan menerima mas Joli." Karena pada prinsipnya sifat perempuan itu mudah untuk memaafkan. Apalagi mas Joli cuma gagal.?"

" Ini ya, mas kalau menurut aku coba mas sampaikan dengan teman mas itu dengan satu kalimat di depan teman mas, lalu bilang sama dia bahwa mas punya rasa suka sama dia."

"Aku takut, Don.?"

"Takut kenapa mas?"

"Takutnnya. Nanti hati terluka lagi, aku nggak mau hal itu terjadi lagi sama dia.

"Terus mau diapain perasaan mas sama dia?"

"Mungkin dibuang jauh-jauh perasaanku sama dia, toh nggak akan ada lagi hati dan perasaan di antara aku dan dia saling mengecewakan."

"Terus mas mau kemanakan perhatian teman mas selama ini dengan mas?"

"Iya, di antara kami hanya sebatas teman sekarang ini dan tidak lebih."

"Oke…! Mas, kalau menurut mas hanya teman biasa nggak ada lebihnya." "O ya mas, mas yakin dengan hal semua ini akan baik-baik saja.?"

"Aku percaya dengan hati lapang dada, aku siap menerimanya dengan kenyataan ini, Don. toh aku serahkan semua ini pada tuhan dan mengihklaskan kerapuhan hati ini. Lagi pula aku juga nggak mau terlalu berharap sama dia, karena dia memiliki pilihan yang baik dari terbaik."

"Iya, juga sih mas. Karena berharap itu sama saja menunggu jam dinding yang berputar terus, Hmm."

"Iya mas, kamu yang akan menjalaninnya."

"Ahh kamu Don. Bdw sudah jam berapa sekarang Don?"

"Udah jam 04.18 saat ini mas, emangnya mas mau kemana ya?"

"Nggak kemana-man sih, cuma aku mau istirahat dulu."

"O ya mas, besok kita ada meeting ya sama Dirut?

"Iya sih, aku dengar-dengarnya pembahasan laporan triwulan tahun 2018."

"Aduh, aku belum menyiapkan laporan triwulan tahun ini mas?

"Iya wes, selesaikanlah dulu tanggung jawab kamu itu sampai selesai."

"Oke mas besok insyah allah sudah siap."

B E S A M B U N G

Catatan Jolly Hong

*****

Rabu Pagi,

Akhirnya aku Menghitbah dia, Saudara-saudara sekalian!

Sungguh, aku nggak pernah menyangka semua rencana yang telah disusun untuk melamar dia di pagi ini rasanya seperti mimpi. Dalam khayalan paling gila sekalipun rasanya nggak mungkin, dia yang dulu aku kenal masih duduk di bangku kuliah hingga sudah kami sudah bekerja.? Kalian pasti setuju kalau aku bilang kejadian ini benar-benar aneh bin ajaib, rasanya seperti hal yang mustahil!

Mungkin ini yang dimaksud jodoh, rezeki dan maut itu adalah rahasia Tuhan. Kalau Tuhan sudah berkehendak untuk mempertemukan dua hamba-Nya menjadi pasangan hidup, siapa yang bisa menolaknya?

Seperti Aku dan Dia ini, umur yang berbading dua tahun. Tapi perbedaan itu toh tidak mempengaruhi kebahagian kami. Mungkin kuncinya adalah menerima pasangan hidup yang telah diberikan Tuhan sebagaimana mestinya, seperti hari ini tahu-tahu aku sudah memasangkan cicin di jari manis tangannya. Tapi kok bisa pas ya? Pada hal aku tidak mengajak dia waktu membeli cicin ini.

Jelas saja, apa sih yang nggak tahu tentang dia?

Tapi, itu semua nggak penting dan yang paling penting aku harus segera mengasihkan surat dari tokoh masnya. Jadi sewaktu-waktu butuh duit bisa di jual kembali atau digadaikan.. (Kita nggak pernah tahu kesulitan apa yang bakal menghadang di masa depan kami, jadi harus selalu sedia perahu sebelum banjir!)

Anehnya setelah acara Menghitbah itu berlangsung, rasanya jantungku terus berdebar-debar nggak karuan. Padahal selama aku berteman sama dia biasa-biasa saja dan kupandangi sekilas bayangku di depan cermin, aku tersenyum melihat penampilan andalan yang selalu membuatku nyaman.

Semuanya hadir sepertinya begitu larut dalam kebahagian sehingga nggak ada yang memperhatikan dalam acara Menghitbah pagi ini. Senang rasanya aku sudah menunaikan separuh ibadahku, setidaknya aku bisa meredahkan detak jantungku berdenyut liar.

Takutnya kalau terus-terusan berdebar, aku bisa semaput tak sadarkan diri. Ketika itu aku masih asyik menulis semua kejadian hari ini di buku diari, tiba-tiba sesosok tubuh perempuan yang berdiri di depan pintu rumah yang sengaja aku buka lebar-lebar.

Kedua tangannya berkedap di depan dadanya, rambutnya panjang, matanya lekat memandangku dan membuat dadaku kembali berdeabr-debar tak karuan dia tersenyum dan berjalan ke arahku.

Ayo, coba siapa dia?

Kalian pasti sudah mengenalnya.

Sip..Betul,, Tentu saja perempuan itu adalah dia. Ehmm..tapi kok kayaknya beda ya, Duhh, Kenapa jadi membingungkan begini, ya? Apa karena debaran jatungku semakin keras membuat pandanganku jadi tidak tajam lagi ya?

Aku coba kuperhatikan dengan lebih teliti, tapi rasanya dia memang mirip banget sama dia. Dia berdiri di samping kananku dan akhirnya dengan keberanian yang datang entah dari mana, kutegadahkan wajahku menatapnya.

Menatap seraut wajah yang tengah memandang wajahku dengan penuh rasa kasih dan sayang terpancar jelas dari kedua matanya, saat mata kami bertatapan perasaanku berdesir lembut sekali dan aku bertanya-tanya dalam hatiku, Ya Tuhan, apakah aku benar-benar sudah jatuh cinta padanya?

Setelah dia berdiri di depanku dan aku berusaha terus menatapnya, meskipun tatapannya membuat rasa panas menyebar di wajahku, bulu-bulu halusku di tengkukku (Jangan samakan dengan melihat putri salju di siang bolong! Ini jelas beda, mana ada putri salju secantik isteriku ini…..Cieee).

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Joli Oktariansyah, S.Kom., Ap.Kom Lahir di Perugaian, Tanggal 24 Oktober 1993 Ya kerap disapa dengan panggilan Jolly Hong. Aktif menulis sejak tahun 2014 dan sudah berhasil menerbitkan buku. penulismedan.blogspot.com live your solitude by constantly improving yourself, improve morality, including attitudes and attitudes that attach to us, because the nature of this mate is forever will never be confused ..