Lemahnya Pendidikan Karakter Terhadap Kasus Bullying

Bullying merupakan suatu tindakan yang menyakiti orang lain baik dilakukan secara verbal ataupun secara fisik. Dalam bentuk fisik biasanya dapat berupa memukul, menendang, mendorong, dan sebagainya. Dalam bentu verbal, pelaku bullying dapat menghina, membentak, berkata kasar, dan mencemooh. Sehingga hal tersebut dapat melemahkan mental seseorang yang menjadi korban bullying.

Bullying bisa terjadi kapanpun dimanapun dan terhadap siapapun selagi terdapat proses interaksi selagi terdapat proses interaksi-interaksi sosial antar manusia khususnya di masa anak-anak yang notabennya belum mengerti tata pemilihan dalam bersikap. Terlebih lagi, kasus bullying sering terjadi di lingkungan sekolah yang pada dasarnya merupakan tempat untuk menimba ilmu bagi begitu banyak siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar yang nyaman dan aman bagi setiap anak seringkali menjadi suatu hal yang menakutkan karena hadirnya fenomena bullying ini.

Bullying dalam dunia pendidikan ini biasanya sering terjadi pada masa orientasi siswa baru, ospek atau pendidikan dan pelatihan yang dilakukan institusi pendidikan. Pada umumnya pelaku itu sendiri berasal dari senior dan korbannya adalah adik kelas mereka. Alih-alih melatih mental “anak baru” justru seringkali tindakan mereka dapat membahayakan korbannya hingga dapat merenggut nyawa seseorang.

Salah satu kasus bullying yang pernah terjadi pada dunia pendidikan salah satunya kasus yang terjadi pada awal 2017 yang lalu, kasus yang terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Jakarta Utara. Korbannya adalah Amirullah Adityas Putra, mahasiswa baru yang tewas karena pukulan disekitar ulu hati yang dilakukan salah satu seniornya. Sistem senioritas ditengarai menjadi salah satu faktornya.

Lebih mirisnya, fenomena bullying ini masih belum dianggap serius oleh kebanyakan orangtua maupun tenaga pendidik. Perilaku mengolok-olok masih sering dianggap hal yang wajar. Padahal, dari peristiwa pelecehan kepribadian yang sederhana inilah yang kelak akan terakumulasi menjadi konflik fisik atau akan sangat mengguncang psikis anak. Tentu hal ini sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan yang ingin menciptakan insan yang berbudi luhur yangbermanfaat bagi bangsa. Alih-alih dirasa suatu hal yang sepele, secara perlahan tapi pasti bullying akan terus menggerogoti kualitas pendidikan. Diperlukan komitmen bersama untuk memutus rantai kekerasan ini guna meningkatkan kualitas pendidikan dan digalakannya pemahaman tentang budaya bangsa kita sebagai bangsa yang ramah, rukun, dan toleran sejak dini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini