Luapan Pertanyaan dari Aku, Putrimu yang Kau Tinggalkan Ayah

Hai, kamu sosok yang sangat kurindukan! Apa kabarmu? Saat ini, aku ingin meluapkan beberapa amarah yang sudah tersimpan rapi dalam hatiku kepadamu. Jangan marah, ya. Cukup dengar aja amarah putri kecilmu yang sudah mulai beranjak dewasa ini. Meskipun tulisan ini gak akan pernah kau baca.

Advertisement

Gak ada yang tau kan, kapan dan di mana seseorang itu bisa menangis? Aku selalu berfikir. Saat aku menangis, adakah kamu di sampingku untuk menepuk bahuku atau bahkan hanya menontonku saat aku mengeluarkan tetes air mata itu? Tapi kamu gak ada. Bahkan permintaan konyolku itu gak akan pernah terkabul. O iya, kamu tahu betapa banyak yang mau kuceritakan padamu?

Tentang keluh kesahku, cerita cintaku, teman-teman yang ada di sampingku, tentang kuliahku, tentang apa pun, atau bahkan cerita gak penting yang ingin kuceritakan semuanya. Tapi kamu gak ada di sini untuk mendengarku. Mendengar semua yang ingin kuceritakan meskipun itu masih tersimpan dalan hatiku. Kamu tahu berapa banyak uang yang mau kuminta samamu?

Uang untuk sekolahku, untuk jajanku beli es krim, uang untuk mentraktir teman-temanku kalau aku ulang tahun, atau mungkin uang untuk beli kadomu kalau kamu ultah.

Advertisement

Kamu tahu berapa banyak tenagamu yang kuperlukan? Untuk meninabobokkanku, untuk menggendongku, mengantarkan aku ke sekolah, duduk di sampingku kalau kita kebaktian di gereja, menyuap aku makan saat aku gak selera makan, memarahi orang-orang yang menjahatiku di sekolah, dan menungguku saat aku telat pulang ke rumah.

Kamu tahu hal apa yang selalu kutanyakan sama Tuhan? Kapan itu bisa terjadi? Kapan aku bisa menceritakan semuanya? Kapan dia punya waktu untukku? Kapan dia membelai rambutku? Kapan dia memarahiku dan kapan dia menggigit daguku lagi saat dia pulang ke rumah?

Advertisement

Apa kamu tahu kalo di saat-saat tertentu, aku kangen samamu? Aku pengen melihat kondisimu. Aku pengen melihat kamu menangis karena aku. Kamu tahu hal yang paling gak kusuka di dunia ini, saat aku melihat mereka bisa tertawa bersama ayahnya. Tetapi aku gak bisa melakukannya bersamamu. Saat aku bisa melihat momen-momen orang lain tetapi aku gak bisa merasakannya denganmu. Bahkan untuk membayangkannya saja, aku gak bisa.

Apa kamu bisa bayangkan itu semua terasa sulit? Apa kamu bisa tahu apa yang kurasakan sekarang? Saat aku gak mau cerita ke siapapun, bahkan sama orang yang kupercaya sekalipun, aku gak bisa cerita. Apa kamu tahu gimana sesaknya dalam hatiku saat aku mencoba menyimpannya sendiri? Apa kamu tahu hanya menangis yang bisa kulakukan kalau aku ada masalah?

Meskipun hanya aku yang tahu kalau aku lagi menangis. Apa kamu bisa mengembalikan waktu yang kemaren? Apa kamu bisa mengganti semua yang udah terlewatkan, tanpa ada yang bisa dikenang dari semuanya? Apa kamu tahu kalau aku ini sebenarnya lemah meskipun selalu berpura-pura kuat di depan dunia? Apa kamu pernah melihat saat aku berdoa, terkadang aku mendoakanmu sambil menangis meminta kamu kembali di sampingku?

Apa kamu bahagia di sana? Apa kamu makan tiga kali sehari seperti yang diajarkan samaku? Apakah kamu mandi setiap pagi sama sore? Kamu pernah kangen samaku, pernah kepikiran untuk menemuiku? Kalau kita ketemu, apa yang pertama kali kamu bilang padaku? Apa yang mau kamu jelaskan samaku? Apa yang mau kamu ceritakan? Apa kamu pernah menaruh namaku dalam setiap doamu?

Apa kamu pernah menulis keluh kesahmu, juga seperti yang kulakukan sekarang? Kamu tahu aku membencimu lebih dari apapun yang kubenci di dunia ini? Apa kamu tahu itu? Kalau kamu tahu, apa reaksimu? Kamu marah? Jengkel? Atau kamu mau melakukan apa untukku? Kamu bisa bayangkan gak, kalau dunia ini udah memandang rendah diriku karena kamu ninggalin aku?

Kamu tahu, karena kamu aku punya cacat yang gak bisa dihilangkan dengan alat canggih sekalipun? Kamu bisa menghapus cacat itu? Apa kamu tahu setiap kali aku mendengar kata-kata itu aku terasa tersindir meskipun itu gak ditujukan untukku? Kapan aku bisa menghilangkan pikiran itu semua? Kapan? Aku juga gak tau sih, kenapa tiba-tiba mengeluarkan semua keluh kesahku lagi meskipun aku udah ngeluarinnya beberapa kali.

Mungkin aku masih belum bisa berfikir dewasa sekarang. Mungkin aku masih mengandalkan emosiku dalam banyak hal. Oke! Aku udah puas menangis sekarang. Berbahagialah, aku menangis lagi karena kau. Meskipun aku gak pernah tahu kamu melakukan hal yang sama atau nggak. Selamat! Kamu membuat mataku bengkak lagi. Kamu menguras tenagaku lagi meskipun aku harus menyimpannya untuk ujian besok.

Jangan kuatir! Aku tetap baik-baik aja, meskipun itu untuk saat ini dan beberapa saat setelah ini. Tidurlah! Mimpi yang indah, ya! Selamat tidur, kamu yang di sana. Sehat selalu, ya! Love you. Semoga harimu besok lebih baik dan kamu selalu diberkati.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

sudah lulus dari daftar salah satu mahasiswa ilmu tanah, dan yang tetap berusaha mendapat senyum dari sang Bunda..

4 Comments

  1. Wielue Jenk berkata:

    Mewek,,,,, so sad.

CLOSE