Pakai Kacamata atau Lensa Kontak? Khatamkan Dulu Tulisan Ini Sebelum Menentukan Pilihan!

Kacamata vs lensa kontak

Zaman sekarang ini, masyarakat dengan kualitas pengelihatan yang kurang baik dapat dengan leluasa memilih antara menggunakan kacamata ataupun lensa kontak. Kacamata dan lensa dari kualitas biasa hingga terbaik dapat dijumpai di berbagai macam toko optik. Berbagai jenis dan bahan frame pun dapat disesuaikan dengan keinginan. Pun dengan lensa kontak. Tidak hanya membantu pengelihatan saja, tetapi juga dapat menunjang penampilan dengan hadirnya pilihan warna lensa kontak.

Namun tahukah Anda akan perkembangan dari kacamata dan lensa kontak tersebut dari masa ke masa? Berikut sedikit penjelasan mengenai asal usul, fungsi, hingga perbedaan antara kacamata dan lensa kontak dilihat dari berbagai segi.

Sejarah Kacamata dan Lensa Kontak

Kacamata merupakan sebuah alat bantu bagi manusia untuk mempertajam pengelihatannya. Berdasarkan dari berbagai sumber yang didapat, kacamata ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu oleh Bangsa Niniwe. Pada waktu itu, fungsinya pun hanyalah sebagai kaca pembesar. Kemudian kacamata terus berkembang di Cina dan Eropa pada abad XII.

Berbagai usaha dilakukan untuk menemukan bentuk kacamata ideal bagi para penggunanya. Mulai dari mengaitkannya di batang hidung dan tetap harus dipegangi, memasangkan rantai di kedua ujung lensa yang kemudian diikat di bagian belakang kepala, hingga akhirnya hadir tangkai kacamata yang dapat dikaitkan di telinga. Perkembangan lensa kacamata pun terbilang cukup pesat saat itu. Adalah Benjamin Franklin, yang juga seorang politikus asal Amerika Serikat. Ia mengembangkan kacamata bifokus, dimana terdapat lensa cembung dan lensa cekung dalam satu bingkai.

Lensa kontak diperkirakan muncul pada tahun 1636 oleh Rene Descartes. Ia membuat hydriascope, gelas yang diisi air untuk menetralkan kekuatan kornea mata. Namun pada saat itu, tidak sedikit pula yang percaya bahwa ide lensa kontak pertama kali dicetuskan oleh Leonardo Da Vinci yang dituangkan dalam buku catatannya pada 1508. pada awalnya, tepatnya tahun 1888 wujud dari lensa kontak ini adalah kaca. Namun seiring perkembangan waktu, akhirnya pada 1938 munculah lensa kontak berbahan plastik.

Perbedaan memakai kacamata dan memakai lensa kontak

  1. Harga yang dikeluarkan

Bagi pengguna kacamata dan lensa kontak tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk memenuhi kebutuhan baik lensa kacamata ataupun lensa kontak. Pengguna kacamata misalnya, ia harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi, khususnya di awal. Untuk membeli frame kacamata saja harga di bandrol sekitar 700.000 hingga 2.000.000 rupiah.

Harga ini tentunya bergantung pada merek dan material dari kacamata tersebut. Setelah frame, pengguna kacamata pun harus membeli lensa. Lensa tentunya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Semakin tinggi tingkat minus dan silindrisnya, maka semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan.

Untuk lensa dengan minus di bawah 3, harga lensa berkisar antara 300.000-500.000 rupiah. Tetapi, untuk minus di atas 3 harganya bisa mencapai hingga 1.700.000. Tentunya harga tersebut juga menyesuaikan dengan kualitas lensa. Sehingga, total pengeluaran awal pengguna kacamata bisa mencapai biaya sekitar 2.000.000 rupiah bahkan lebih. Namun, kacamata tersebut dapat bertahan bertahun-tahun, khususnya untuk bagian frame. Untuk lensa, sebaiknya dilakukan pemeriksaan rutin guna mengetahui perkembangan mata.

Sedangkan untuk pengguna lensa kontak, pengeluarannya bergantung dari ketahanan softlens itu sendiri. Ada yang hanya bertahan untuk 1 hari, ada pula yang dapat bertahan hingga 3 bulan. Namun untuk lensa kontak, harga yang dibandrol cukup efisien. Untuk harga lensa kontak sendiri berkisar 80.000 rupiah saja.

Lalu pengguna softlens juga harus membeli cairan pembersih softlens seharga dan obat tetes mata khusus pengguna lensa kontak. Apabila dijumlahkan, pengeluaran pengguna lensa kontak per tahunnya adalah sekitar 920.000 hingga 1.000.000 rupiah.

  1. Keamanan bagi mata

Dari segi harga, memang kacamata terbilang cukup mahal dibandingkan softlens. Tapi, bagaimana apabila dilihat dari segi keamanan? Yang manakah yang lebih banyak resikonya? Jika kamu pengguna kacamata, resiko bagi matamu tentunya tidak cukup besar. Penggunaan kacamata tidak seperti lensa kontak yang harus memasukkan benda ke dalam mata kita. Hal yang perlu diperhatikan oleh pengguna kacamata hanyalah menjaga kebersihan lensa.

Sedangkan pengguna lensa kontak tentunya resiko yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari pengguna kacamata. Mereka harus benar-benar memastikan lensa kontak mereka bersih, baik sebelum maupun setelah pakai. Lensa kontak juga tidak boleh dipakai tidur. Jika sampai kelupaan, bisa membuat mata iritasi. Selain itu faktor cocok tidaknya merek lensa kontak terhadap mata pun cukup berpengaruh.

  1. Segi fashion/ penampilan

Banyak orang yang tidak percaya diri memakai kacamata. Alasannya bermacam-macam. Mulai dari penampilannya yang terlihat culun, di cap sebagai ‘kutu buku’ yang sulit bergaul, dan juga tidak fashionable. Hal ini membuat beberapa orang memutuskan untuk menggunakan lensa kontak ketika menghadiri acara-acara tertentu. Misalnya seperti pesta pernikahan, jalan-jalan bersama teman, olahraga, atau bahkan berwisata. Tak jarang pula seseorang menggunakan lensa kontak setiap harinya.

Paparan di atas kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih antara menggunakan kacamata atau lensa kontak. Namun, yang perlu ditekankan adalah lensa kontak sebenarnya bukanlah berfungsi sebagai pengganti kacamata. Pengguna lensa kontak tetap harus memiliki kacamata juga. Ini karena fungsi asli dari softlens adalah sebagai alternatif untuk menggantikan fungsi sementara dari kacamata.


[1] Anisa Widiarini, Kacamata Pertama di Dunia Kini Berusia 3000 Tahun, VIVA.co.id,

https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/958238-kacamata-pertama-di-dunia-kini-berusia-3000-tahun

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya merupakan mahasiswa lulusan Hubungan Internasional UNPAR pada 2014 lalu. Saat ini, saya bekerja di bidang pendidikan. Saya memiliki ketertarikan dalam isu-isu sosial, anak-anak, pendidikan, dan peranan LSM untuk pembangunan di Indonesia.