Dengan Rutin Membaca, Kamu yang Rentan Stres dan Depresi Bisa Terbantu Karenanya

Menjalani pendidikan pascasarjana di Taiwan, membuka lebar-lebar pengalaman, pemahaman, dan memperdalam ketertarikan saya di bidang kesehatan jiwa. Ini yang saya alami selama menjadi mahasiswa Program Master of Nursing di Taipei Medical University. Clinical practicum yang saya jalani selama enam minggu di Taipei Medical University Hospital membuat saya takjub melihat cara orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) diperlakukan. Bagian paling menarik adalah adanya terapi membaca.

Setiap pagi dalam enam hari selama seminggu, ODGJ yang sedang menjalani pengobatan jalan mereka dengan sukarela datang ke Daycare Unit (unit rawat jalan). Setelah bersama melaksanakan senam pagi, para ODGJ berkumpul di satu ruangan kerja. Sembari setengah berebut, mereka memilih satu artikel di koran baru yang terbit hari itu untuk dibaca. Koran itu disediakan oleh perawat ruangan.

Setelah dibaca, setiap orang memiliki tugas untuk menuliskan judul atau topik artikel tersebut di papan tulis secara berurutan. Kemudian dibacakan dan dipresentasikan di tengah kelompok terapi tersebut. Sesuai dan dengan tepat waktu, perawat ruangan datang untuk memulai kegiatan membaca di pagi itu. Satu persatu artikel dibacakan bergiliran. Setiap satu artikel selesai dibaca, perawat ruangan dengan tegas dan cekatan membimbing diskusi, mengungkapkan apa yang menjadi pendapatnya dan menanyakan pendapat masing-masing orang dalam kelompok terapi itu, sehingga terciptalah diskusi aktif dan menarik.

Meskipun saya hanya dapat memahami dari raut wajah dan emosi yang terlihat saat masing-masing ODGJ mulai berpendapat mengenai topik yang baru saja disampaikan oleh anggota kelompok yang lain. Setelah semua artikel selesai dibaca, perawat mengajak semua yang hadir untuk memberikan applause, lalu kegiatan itu ditutup dengan ucapan terimakasih untuk setiap orang yang sudah membacakan berita hari ini.

Di sinilah saya merasa takjub. Di Indonesia, selama lima tahun menempuh pendidikan sarjana keperawatan, saya belum pernah menemukan terapi sederhana namun sangat bermanfaat ini dilaksanakan baik di rumah sakit jiwa (RSJ) baik swasta maupun pemerintah, atau di Dinas Sosial yang juga menampung dan memberikan perawatan dan terapi bagi pasien ODGJ. Tetapi di Taiwan, ODGJ diperlakukan tidak seperti pasien jiwa kebanyakan yang di kucilkan, dianggap tidak tahu menahu, keterbelakangan dan terkungkung dalam pikirannya sendiri.

Tujuan dari terapi rehabilitasi bagi pasien jiwa adalah membantu individu dengan kondisi disabled untuk mengembangkan kemampuan emosi, sosial dan intelektual untuk hidup, belajar dan bekerja kembali di kehidupan normal bermasyarakat dengan bantuan beberapa tenaga profesional kesehatan.

Ada dua prinsip strategis dalam pelaksanaan terapi rehabilitasi, antara lain individual-centered therapy yang bertujuan mengembangkan kemampuan pasien dengan cara meningkatkan interaksi dengan situasi yang stressful (mengancam). Strategi yang kedua adalah menyediakan sebuah lingkungan yang aman dan mengurangi stressor potensial yang dapat memicu kembali kondisi ketidakstabilan jiwa.

Membaca koran dan mendiskusikannya, menjadi sebuah terapi rehabilitatif yang efektif dan efisien serta sesuai dengan tujuan terapi rehabilitasi bagi pasien dengan gangguan jiwa. Tidak perlu memakan waktu lama untuk menyiapkan ide terapi atau mengerjakan proposal terapi, informasi terbaru dan bahan diskusi dapat dengan mudah di dapat melalui koran, perawat sebagai leader memberikan tugas untuk membaca dan menuliskan topik bacaan di papan tulis, kemudian cukup mendengarkan dan memberikan feedback, serta menciptakan diskusi aktif di tengah kelompok terapi.

Secara tidak langsung pasien diajak berpikir, dituntut berani berbicara dan presentasi di tengah kelompok. Kegiatan mengutarakan pendapat dan diskusi aktif sebagai bentuk pengembalian kepercayaan diri, komentar yang keluar dari setiap orang dalam kelompok terapi ini, baik positif maupun negatif memberikan makna. Berita hangat yang disampaikan pun membantu pasien untuk merasakan aktualisasi diri, termasuk sebagai bentuk latihan dan adaptasi dengan kehidupan normal yang harus dijalani pasien ODGJ ketika kembali bermasyarakat dan bertemu dengan keluarganya.

Melalui kegiatan rutin membaca ini pula perawat mampu melaksanakan evaluasi terhadap kemampuan mengontrol emosi, interaksi sosial antar-pasien, dan kemampuan intelektual dalam menyampaikan kembali topik berita. Akan tersaring pula siapa saja pasien yang potensial untuk diberikan terapi rehabilitasi tahap lanjut dan dinilai sanggup dipekerjakan sebagai pegawai rumah sakit (beberapa dari pasien bahkan menjadi sekretaris asisten perawat, membantu administrasi dan diberikan pekerjaan sebagai tenaga pembantu harian di rumah sakit, sebagai volunteer).

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca menjadi salah satu alternatif solusi terapi rehabilitasi bagi ODGJ yang bermanfaat, berpotensi mengurangi beban negara dalam pembiayaan perawatan dan pengobatan pasien jiwa, serta menunggu untuk diaplikasikan di Indonesia. (*)

Rossler Wulf (2006), Psychiatric Rehabilitation Today: An Overview, World Psychiatry, 2006 Oct 5(3): 151-157. (*)

Sumber

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis