Mengenal Visual Novel, Bacaan Penuh Gambar Sekaligus Game

Untuk penggemar budaya Jepang mungkin istilah Visual Novel bukanlah hal asing karena memang di sanalah genre game yang satu ini tumbuh dan berkembang. Tapi bagi orang-orang di luar itu istilah ini masih sangat baru dan menimbulkan tanda-tanya tersendiri. Untuk itu saya aja akan mengajak teman-teman buat mengenal visual novel ini lebih jauh, tapi gak jauh-jauh banget. Saya khawatir teman-teman ada yang trauma sama jarak gara-gara pernah gagal LDR.

Jadi seperti namanya, visual novel adalah novel yang disajikan dalam bentuk visual sehingga membuat pembaca lebih bisa merasakan kejadian atau adegan di dalamnya. Bukan cuma itu, di sini kita juga bisa menentukan sendiri alur dari cerita tersebut. Biasanya di tengah-tengah cerita pembaca akan diberi beberapa opsi untuk menentukan ke mana jalan cerita selanjutnya. Misalnya, ada adegan adu mulut antara 2 pria bertubuh kekar, lalu muncullah pilihan untuk adegan berikutnya: banting, tonjok, cubit manja.

Untuk sejarahnya sendiri cukup panjang, teman-teman bisa mencarinya di Google jika penasaran. Bukan saya malas menuliskannya di sini, melainkan saya sedang dalam proses move on yang mana haram hukumnya untuk membahas masa lalu. Tapi, yang pasti dari waktu ke waktu pasar untuk genre ini terus berkembang. Mengapa begitu? Berikut analisa saya:

1. Perkembangan teknologi

Seiring dengan perkembangan internet di dunia, pemasaran game ini tentu jadi semakin luas. Ditambah dengan maraknya penggunaan ponsel pintar, yang mana di Indonesia sendiri cukup memiliki nangka yang fantastis. Dikutip dari salah satu artikel Komeninfo.go.id, "Lembaga riset digital Emarkeeter memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smarthphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India dan Amerika.".

2. Alternatif dari novel biasa

Bagi sebagian orang, membaca buku atau khususnya novel sama beratnya dengan menarik truk dengan gigi. Alasannya gak jauh-jauh dari malas melihat teks yang begitu banyak apalagi jika tanpa gambar sama sekali. Itulah mengapa kehadiran visual novel menjadi angin segar untuk orang-orang semacam itu. Sedangkan bagi orang-orang yang sudah biasa membaca novel ini akan menjadi pengalam baru yang menyenangkan.

3. Lebih praktis

Nggak seperti novel fisik yang tebal dan membutuhkan ruang penyimpanan di rak atau tas, visual novel cukup tinggal di smartphone bersama data-data kita yang lain. Untuk membacanya pun lebih mudah karena hanya memerlukan satu tangan.

Itulah 3 faktor yang menurut saya paling mencolok dari perkembangan genre game ini di antara faktor-faktor lainnya.

Adapun judul-judul populer di genre ini adalah:

  1. Clannad (PC)

  2. Little Busters! (PC)

  1. Steins;Gate (PC)

  1. Episode (mobile)

  1. Moe! Ninja Girls (mobile)

Di Indonesia, game dengan genre ini memang belum begitu populer, namun meski begitu sudah ada beberapa karya anak bangsa yang ikut meramaikannya, sebut saja Just Dessert (2017), Dating SIMS Masa SMA (2015), Nusantara: Legend of the Winged Ones (2015), INheritage: Boundary of Existence (2015) dan yang baru rilis Mei 2018 yaitu Partner in Cream (android).

Partner in Cream bercerita tentang siswa badung yang hampir dikeluarkan dari sekolah karena terlibat banyak kasus termasuk tawuran. Namun salah satu guru di sekolah itu berusaha menolongnya dengan mengutus seorang siswi berprestasi untuk paling tidak memperbaiki nilai-nilainya di hampir semua mata pelajaran.

Semua tidak mudah karena sifat kedua orang itu saling berlawanan dan bertambah sulit saat pacar dari siswi tersebut cemburu pada kedekatan mereka. Berhasilkah siswa itu menjadi anak baik dan lulus dari sekolah? Dan bagaimana kelanjutkan hubungan siswi tersebut dengan pacarnya? Jawabannya bisa kalian cari tahu sendiri dengan memainkannya.

Saat ini memang masih sangat terbatas visual novel dengan bahasa Indonesia. Saya sih berharap ke depannya semakin banyak anak bgangsa yang membuat karya semacam ini selain untuk hiburan dan mengembangkan ekonomi kreatif, juga untuk menumbuhkan minat baca orang Indonesia yang menurut data statistik UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah, di bawah Thailand dan di atas Botswana.

Selain itu, mengembangkan visual novel bahasa Indonesia adalah ide bagus sebab bisa menjadi alternatif konten hiburan di tengah maraknya video blog atau yang biasa disingkat vlog dan game-game bernuansa moba analog.

Nah, sekarang pertanyaannya, akankah visual novel booming di Indonesia ke depannya?

Biarlah waktu yang menjawab.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini