Menjawab Tantangan Membagi Waktu, Jangan Pernah Beri Maaf pada Kata Tanggung

Membagi waktu untuk orang yang super sibuk adalah sebuah tantangan besar. Daripada menambah karyawan produksi, sekretaris menjadi prioritas dari bos-bos di luaran sana. Mereka adalah orang yang diharapkan dapat mengatur jadwal, menjadi pengingat dan menjadi pendamping dari setiap rutinitas pekerjaan. Layaknya seorang baby sitter pada bayi.

Mereka yang masih berjuang memulai usaha dan berstatus mahasiswa pasti belum memiliki kapabilitas di atas, perlu melatih mental dan pikiran untuk menjawab tantangan membagi waktu ini. Tantangan ini tidak begitu mudah untuk dilewati. Penulis pernah menulis sebuah opini tentang lima langkah membagi waktu dengan memanfaatkan tool google . Ringkasnya setiap awal bulan kita menyiapkan me time untuk berkutat dengan google calendar. Kegiatan ini digunakan untuk melakukan listing setiap kegiatan yang akan dilakukan selama sebulan dan memasang reminder. Iya eratnya manusia jaman now dengan smartphone-nya bisa dimanfaatkan untuk menggantikan rekrutan sekretaris pribadi.

Nah, tampaknya selain niat dan tindakan kita juga membutuhkan strategi perang. Salah satu kata yang cukup menantang untuk dilawan adalah kata 'Tanggung'.

Setiap kegiatan yang tidak menyenangkan akan selalu mengingatkan kita untuk melihat waktu dan berpikir kapan ini berlalu. Sebaliknya kegiatan yang menyenangkan selalu membuat kita buta waktu.

Dari kegiatan yang menyenangkanlah kata 'tanggung' berasal. Kegiatan asik masing-masing orang saling berbeda bisa itu chatting, gaming, playing bahkan working, meeting atau sleeping. Banyaknya kegiatan menuntut kita yang sedang belajar membagi waktu ini harus mengenal prioritas dan menjadi bijak. Mengeliminasi segala kegiatan yang tidak perlu dan tidak bermanfaat. Melatih hal semacam ini perlu dilakukan sejak dini. Semenjak SMP ketika cinta monyet cukup menghipnotis dan menguras waktu tidur siang. Semenjak SMA ketika chatting karena rasa kasmaran malam-malam menggeser waktu produktif untuk keberlangsungan masa depan. Bahkan semenjak status mahasiswa ketika asiknya kegiatan gaming membuat lupa bahwa kita sudah merendam cucian 2 hari. Jadi lupa nyuci baju kan!! hehe…

Jangan penat tetap santai, Oke lanjut. Mengapa hal ini harus menjadi perhatian sejak awal? Karena takutnya setiap kegiatan asik yang menyita waktu kita adalah kegiatan yang tidak bermanfaat. Selain itu mengontrol diri itu tidak mudah.

Dari poin empat yang penulis sampaikan lewat opini lima langkah membagi waktu dengan memanfaatkan tool google menjelaskan kita harus disiplin. Beberapa tugas besar sudah kita bagi menjadi lebih kecil dan kita konversi menjadi tugas-tugas kecil harian. Bolehlah memadatkan banyak kegiatan penting dalam sehari, tetapi kita harus bisa mengontrol diri. Social, Resting, Gaming, Travelling juga merupakan aktivitas yang perlu untuk dilakukan. Jangan sampai asiknya kita bekerja dan bersahabat dengan kata tanggung membuat kita lupa istirahat. Jangan sampai asiknya kita bermain game dan bersahabat dengan kata tanggung membuat kita lupa bahwa kita sudah memiliki janji kegiatan jam sekian. Tampaknya penundaan waktu salah satunya juga berasal dari rasa maaf kita terhadap kata 'tanggung'.

Menjadi kontrol atas diri sendiri memang tidak mudah, Terkadang kita harus sadar juga atas rutinitas yang kita lakukan dan apa tujuannya, apakah bermanfaat atau tidak? Jika niat lembur untuk menyelesaikan pekerjaan lebih awal hingga kita lupa istirahat membuat kita sakit di hari selanjutnya dan malah kehilangan waktu, berarti harus ada yang diatur. Jika seorang muslim tidur nyenyak dan bersahabat dengan kata tanggung akan alarm yang sudah diset jam sekian hingga melewatkan waktu doa subuh, berarti harus ada yang diatur. Oleh karena itu kita tidak boleh memberi maaf pada kata 'tanggung'.

Bahkan seorang muslim diwajibkan dengan kegiatan shalat yang waktunya berdekatan. Bisa jadi kita harus belajar mengikhlaskan setiap kegiatan asik yang sedang kita jalani ketika waktu itu datang karena kita harus melakukan aktivitas doa kepada Dia yang menyanggupkan kita menjalani kegiatan asik tadi. Sumpah bukan hanya kamu, penulis juga masih susah shalat tepat waktu.

Nah, bagaimana jika kegiatan asik kita melibatkan orang lain? Tidak mudah untuk menjadi tegas atas waktu dan orang lain, tapi kita juga tidak bisa menjadi kaku. Oleh karena itu memang perlu untuk menimbang prioritas dan menjadi bijak, apakah hal itu bermanfaat atau tidak. Jika suatu ketika kita sudah plot 2 jam bertemu dengan client dan mengantrikan kegiatan lain setelahnya. Ternyata harus molor karena pertemuan itu berlangsung lebih lama, maka kita harus menimbang dan fleksibel.

Kegiatan ini menjadi penting karena berhubungan dengan profesionalitas, maka kita tidak bisa potong di tengah jalan. Yang perlu kita lakukan adalah mengatur ulang task yang sudah kita susun dalam sehari dan luput dari pengerjaan. Rencana memang tidak akan semulus ekpektasi nak. hehe. Tapi beda cerita ketika kita bermain game atau bercengkerama dengan teman hingga larut dan lupa waktu. Memang perlu ditimbang lagi apakah bermanfaat atau tidak, apakah priortiasnya lebih tinggi dibandingkan kegiatan esok hari atau tidak.

Pengalaman penulis menaklukan rasa tanggung atas serunya main game adalah tantangan paling susah untuk dilewati selama ini. Bermain game memang perlu tetapi selama itu mengganggu priortias kegiatan lain, akhirnya harus dihentikan. Kita harus bisa menjadi kontrol atas diri sendiri bukan dikontrol oleh kegiatan yang sudah kita jalani, keikhlasan untuk menghentikan sesuatu yang sedang asik menjadi perlu untuk dilakukan untuk kehidupan lebih baik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Arlogi : ditulis dengan imaginasi disampaikan secara logis || Founder Yourfit (Your Future Fashion Technology)