#MerdekaTapi Masih Terjajah oleh Pribadi Sendiri

"17 Agustus tahun 45 itulah hari kemerdekaan kita, hari merdeka nusa dan bangsa". Sudah tidak asing dengan lagu ini kan? Lagu yang selalu dapat kesan lebih meriah dan mendalam pada bulan agustus tepatnya tanggal 17 karena pada hari tersebut kita bersama merayakan hari kemerdekaan negara tercinta.

Advertisement

Dulu sesuai cerita buku IPS kelas 4 hingga 6 sekolah dasar anak 90-an, kita membaca bagaimana sejarah rakyat Indonesia berjuang untuk mengusir para pendatang yang berusaha menjajah dan menjarah kandungan dari ibu pertiwi. Kita pasti sudah tidak asing dengan cerita menarik bagaimana dulunya bangsa Indonesia saling terpecah atau kedaerahan. Para pahlawan berjuang menyatukan sifat kedaerahan dan bersama-sama berperang dengan gagah berani untuk mengusir para penjajah demi mendapatkan arti kata merdeka.

73 tahun berlalu sejak tahun 1945. Cerita, adab, kebiasaan, generasi saling berubah dan bertumbuh. Kebutuhan semakin kompleks, kepentingan semakin mengikis apapun termasuk rasa cinta terhadap apa yang kita dapatkan 73 tahun lalu. Tahun inipun masih berkesan #MerdekaTapi ada yang salah. Sekarang Indonesia seakan kembali ke masa kelam dulu kala yaitu kedaerahan. Jikalau dulu sifat kedaerahan dipisahkan oleh letak daerah, sekarang sebenarnya masih sama tapi begitu tipis karena sebenarnya pemisah kedaerahan jaman now berupa egoisme akan prioritas kepentingan belaka.

Salah satu contoh, cukup terlihat dalam kompetisi sepak bola. Bagaimana kegiatan yang seharusnya menjunjung sportifitas, kebanyakan malah berakhir duka dan kebencian. Para pemain memang menjunjung sportifitas, tapi sebagian besar tidak dengan para suporternya. Mungkin rasa terlalu cinta mereka terhadap clubnya sendiri membuat mereka buta. Ketika bertemu dengan supporter lain apalagi supporter dari lawan tanding yang membuat sedikit kesalahan layaknya manusia syarat kelalaian akhirnya memicu perkelahian kecil. Karena dianggap membawa identitas perkelahian kecilpun berakhir tawuran besar antar supporter. Cerita tadi membekas hingga turun generasi dan meninggalkan benci, Mereka lupa bahwa mereka sama-sama Indonesia.

Advertisement

Tidak hanya golongan kecil, bahkan pemangku tertinggi seperti politik juga saling berkonflik. Konflik yang terjadi diantara mereka hanya lebih tipis karena mereka lebih cerdas dan bisa memanfaatkan celah hukum saja. Indonesia memang memiliki banyak partai politik. Meskipun tidak dipisahkan oleh wilayah tetap saja pemisahnya adalah kepentingan terutama untuk berkuasa. Pemandangan konflik bisa kita lihat ketika mereka saling showup terhadap masyarakat, mereka saling menyalahkan, saling mencari kelemahan pihak lawan untuk menjatuhkan, akhirnya pun saling membenci. Padahal masalah yang sebenarnya terjadi berada di kalangan masyarakat yang bahkan bukan anggota politik. Masyarakat menunggu, sedangkan yang ditunggu saling menjatuhkan.

Nah, kapan sih Indonesia benar-benar bisa bersatu? Sebenarnya ada momen dimana hal itu bisa kita lihat, yaitu ketika Indonesia sedang terlibat kompetisi Internasional seperti AFF atau Asian Games contohnya. Disini, tidak ada alasan untuk supporter beda club saling bertengkar karena mereka hanya punya satu alasan, sama-sama membela mereka yang sedang berjuang mewakili negara Indonesia. Tampaknya kita memang sangat cinta terhadap apa yang kita miliki.

Advertisement

Nah, sekarang mari kita amati dengan kejadian asosiatif yang terjadi di negara timur tengah. Perang besar sedang terjadi di negara seperti Palestina, Irak dan sekitarnya. Mungkin kita tidak mengalami secara langsung bagaimana perang yang leluhur kita alami, tapi kita bisa melihat pemandangan perang sebenarnya sekarang. Kita bisa bayangkan bagaimana perjuangan pahlawan kita ketika mereka menang perang. Tampaknya bukan hanya negara palestina saja yang sedang mengalami konflik, India dan Pakistan, Korea bersaudara bahkan tidak terkecuali Indonesia. Tapi perang yang terkenal di Indonesia adalah perang dari bangsa sendiri.

Jika kita memposisikan diri sebagai musuh yang cerdas, mungkin metode perang cocok untuk negara di Timur Tengah, tapi sepertinya metode ini tidak cocok untuk Indonesia. Situs Merdeka.com menuliskan bahwa militer Indonesia adalah yang terkuat di Asia Tenggara dan peringkat 14 dunia. Tidak hanya itu, kita bisa bayangkan seperti apa semangat rakyat indonesia jika disatukan. Kombinasi yang hebat untuk memenangkan perang. Lalu metode seperti apa yang tepat untuk menyerang Indonesia? bisa jadi salah satu cara yang efektif bagi musuh adalah metode adu domba. domba saling diadu, sang pengadu bahkan tidak perlu terlibat. Bukankah pemandangan seperti kisah politik dan bentrok antar supporter di atas cukup menggambarkan. Kita terpecah dan terjajah oleh bangsa sendiri, lalu siapa yang tertawa ketika hal semacam ini terjadi ? Entahlah tapi bisa jadi ada. Setiap dari kita terlalu mencintai egoisme dan kepentingan kita masing-masing sampai lupa bahwa kita Indonesia. Tidak ada solusi yang tepat selain bersatu dan menurunkan egoisme terhadap kepentingan yang malah membutakan, karena ada masalah bersama yang harus diselesaikan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Arlogi : ditulis dengan imaginasi disampaikan secara logis || Founder Yourfit (Your Future Fashion Technology)

CLOSE