#MerdekaTapi Takut Sama Pacar? Helloww?

Mari ciptakan hubungan yang sehat dan menyenangkan.

Cinta adalah satu kata yang memabukkan bagi generasi remaja. Tidak hanya remaja, kata cinta ini bisa memabukkan bahkan bagi mereka yang sudah memasuki dunia kerja. Saking memabukkannya kata cinta bisa merubah seseorang hingga 180°.

Advertisement

Atas nama cinta, ada banyak sekali remaja hingga dewasa yang akhirnya sibuk mencari pasangan atau pendamping hidup. Mereka yang dewasa mulai berakit-rakit membangun bahtera rumah tangga.

Sementara para remaja sibuk menamai kisah cinta mereka dengan nama pacaran. Seolah menjadi salah satu kebutuhan primernya, remaja sekarang banyak yang malu tidak punya pacar. Sebaliknya mereka tidak malu melakukan aktifitas pacaran di depan umum.

Seolah menjadi hal yang lumrah ketika seorang remaja pria dan wanita berjalan bergandeng tangan di pinggir-pinggir jalan, di tempat wisata, atau di pusat perbelanjaan. Orang tua zaman sekarang pun seolah tak acuh dengan aktifitas pacaran yang di lakukan anaknya.

Advertisement

Katanya, sudah beda zaman, sekarang pegangan tangan atau cium pipi dan berpelukan adalah hal lumrah dalam aktifitas pacaran. Hari Sabtu dinobatkan sebagai harinya orang pacaran, mulai dari yang 'ngapel' ke rumah sampai yang jalan-jalan sampai malam.

Aktifitas pacaran yang dilakukan remaja Indonesia saat ini, banyak terpengaruh oleh budaya barat yang saat ini dengan mudah diterima oleh siapa saja kapan saja dan di mana saja. Melalui gadget atau telepon genggam yang dimiliki kita bisa mengakses apa saja termasuk gaya hidup dan budaya barat yang tersebar di dunia maya.

Advertisement

Awalnya meniru bergandengan tangan, lalu berlanjut ke pelukan dan bisa berakhir ke tahap-tahap yang bahkan tidak pernah disangka. Dibalik fenomena pacaran dan sejauh apa aktifitas pacaran yang dilakukan oleh remaja saat ini.

Kita tidak bisa menutup mata dari banyaknya kasus pelecehan seksual, pemerkosaan bahkan pembunuhan yang dilakukan atas nama pacar. Budaya patriarki yang menyatakan laki-laki lebih kuat dari wanita nampaknya juga masuk ke dalam budaya pacaran ala barat.

'Saya pacarmu dan saya berhak atas dirimu.'

Tiga tahun belakangan ada ratusan berita mengenai penemuan mayat wanita di semak-semak, di pinggir jalan, bahkan di dalam kamar kosan. Kasusnya bermacam ada yang di cekik ada yang di setrum ada juga yang di gergaji. Namun, hampir semuanya mengalami pemerkosaan atau setidaknya pelecehan seksual.

Remaja yang masih duduk di bangku SMP tiba-tiba hilang dari rumah selama berhari-hari. Ada yang kabur bersama kekasihnya yang lebih tua. Tidak sedikit yang diculik oleh orang yang baru di kenal lalu berakhir pada perdagangan manusia.

Kasus-kasus seperti yang terjadi di atas adalah contoh dari kemajuan zaman namun kemunduran dalam berpikir. Secara ragawi kita merdeka, namun secara rohani, masih banyak yang terjajah. Oleh penguasa, oleh keluarga, oleh lingkungan, bahkan oleh kekasihnya.

Merdeka tapi tidak bisa berbuat apa-apa ketika kekasih meminta ini dan itu. Hal-hal yang sesungguhnya bertolak belakang dengan nurani. Apakah itu cinta? Jika lantas kesemuanya dilakukan sebab kamu takut kepadanya.

#Merdekatapi dikucilkan, dijauhi, di anggap hina oleh keluarga, lingkungan, teman bahkan oleh sesama wanita. Hanya karena tanda cinta kepada kekasih yang berakhir dengan tumbuhnya janin di dalam rahim.

#Merdekatapi takut mengadukan tindak asusila yang dilakukan pacar. Sebab nanti malu dikatai tetangga, nanti dihina oleh kawan sepantaran, nanti di pandang rendah oleh wanita. Sejatinya kita juga harus merdeka dari pemikiran demikian.

Entah dilakukan oleh pacar, kekasih, suami, atau ayah sendiri semua bentuk tindak asusila yang tidak diinginkan adalah kejahatan seksual. Sebagai perempuan memiliki hak dan keharusan untuk melaporkannya kepada pihak yang berwenang.

Sebagai perempuan juga, merdekakan pikiran kita dari menganggap korban pelecehan seksual sebagai seseorang yang hina. Mereka juga manusia, mereka juga sama seperti kita. Sayang mereka mengalami kemalangan musibah yang melukai jiwa dan raga.

Yuk peduli dengan pada diri kita sendiri, sebelum terlalu dalam mencintai dia yang entah mencintai kita juga atau tidak. Pastikan kita sudah terlebih dahulu mencintai diri kita sendiri. Mari ciptakan hubungan yang sehat dan menyenangkan. Merdeka!!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE