Museum MACAN: Lebih dari Koleksi Karya Seni!

Apakah kamu anak yang kekinian? Pecinta karya seni modern? Dan suka dengan hal-hal yang Instagrammable? Kamu beruntung! Saat ini, Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) terbuka untuk umum lho! Museum ini dibuat oleh Haryanto Adikoesoemo. Selama 25 tahun, ia mengumpulkan 800 karya seni dari Indonesia dan dunia untuk dipamerkan di museum ini.

Advertisement

Museum MACAN mengumumkan peresmiannya di AKR Tower, Jakarta Barat pada Selasa, 7 November 2017. Jam operasional museum mulai dari pukul 10.00 hingga 19.00 WIB, dan buka dari hari Selasa sampai Minggu. Tiketnya juga terjangkau, hanya Rp 50.000 untuk remaja dan Rp 40.000 untuk anak-anak dan lansia. Tapi ingat guys, museum ini hanya buka sampai 18 Maret 2018. Jadi, jangan menunda-nunda kunjunganmu untuk pergi ke museum ini ya!

Bagi kalian yang belum tahu, museum ini menyajikan karya seni dari Indonesia dan penjuru dunia. Dan tidak lain adalah museum pertama di Indonesia yang memamerkan seni modern!


Yang membuatnya menarik, “Seni kontemporer dan modern yang ditampilkan museum MACAN tidak terbatas pada lukisan, tapi juga menampilkan gaya kontemporer dengan berbagai medium, teknik dan seni instalasi.” Jadi jika kalian bukan pecinta lukisan, masih banyak seni pahat yang unik dan memikat.


Advertisement

Banyak masyarakat yang belum tahu esensi sebenarnya dari museum ini. Pasalnya, Pak Haryanto mencetuskan sebuah ide menarik sebagai konsep awal; untuk membawa pengunjung mengeksplorasi suatu lini masa seni di Indonesia. Jadi, museum ini akan mengarahkan kita kepada perbedaan dari setiap seni di masa-masa tertentu. Perjalanan itu dimulai sejak saya melangkah kaki masuk ke museum sampai keluar museum. Serasa sedang mengeksplorasi perjalanan seni di dunia lho!

Saya pertama kali disambut dengan tulisan “Bumi, Kampung Halaman, Manusia” yang terpapar besar di dinding. Itu menandakan bahwa saya sedang memasuki kategori tersebut. Area ini menunjukkan awal dari semua seni karena terlihat dari semua lukisannya yang tradisional. Kegiatan sehari-hari manusia, alam, dan kampung adalah model utama dari sebagian besar lukisannya. Menandakan bahwa belum ada pengaruh dunia luar sama sekali. Seni yang disajikan pun berupa lukisan saja, tidak ada skulptur.

Advertisement


Ketidakhadirannya skulptur menandakan bahwa seni masa itu memang belum mengenal patung dan semacamnya. Tetapi, saya takjub dengan seniman-seniman yang bisa menangkap esensi kegiatan sehari-hari manusia dan membuatnya indah di dalam lukisan.


Kedua, saya masuk ke area “Kemerdekaan dan Setelahnya”. Area ini menunjukkan hal-hal yang berbau peperangan, kemerdekaan, proklamasi, nasionalisme, dan sejenisnya. Area ini ditempatkan setelah area “Bumi, Kampung Halaman, Manusia” karena perang pertama memang fenomena awal dunia. Dimana seni juga jadi terpengaruh saat itu. Bagi saya, lukisan-lukisan yang ada bagai berteriak lantang “Merdeka!”. Nah, oleh karena itulah mengapa para pelukis tidak menggunakan warna-warna yang cerah. Namun lebih memilih warna gelap, dan menurut saya, ‘suram’. Well, pada dasarnya perang memang seperti itu, ya kan guys?

Ketiga, saya memasuki area “Pergulatan Seputar Bentuk Dan Isi”. Dilihat sekilas, semua lukisan yang ada hanyalah sekumpulan warna. Ya, tidak lain adalah lukisan abstrak. Disini sudah tidak ada model yang dilukis, melainkan lebih kepada ekspresi pelukis di atas kanvas. Juga banyak skulptur yang bentuknya abstrak, seperti manusia lidi terbuat dari kayu, dan sebagainya. Inilah awal dari seni modern. Bagi saya yang tidak mengenal seni sebegitu dalamnya, mungkin hanya melihat bentuk asal. Namun seorang seniman sejati atau pecinta seni pasti mengetahui maksud dari coretan-coretan tersebut.

Keempat, saya memasuki area “Racikan Global”. Dimana lukisan dan skulptur yang dipamerkan mulai bercampur dengan hal-hal yang berbau negara asing. Saya membutuhkan waktu untuk mengerti apa maksud dibalik keseniannya, dan ternyata maknanya menyindir banyak fenomena global! Ada yang menyindir ketergantungan negara-negara lain pada Amerika, menyindir global warming, terhasutnya manusia oleh teknologi, dan sebagainya.

Disinilah seni tidak lagi menggunakan model untuk dilukis, namun menggunakan objek-objek tertentu untuk merepresentasikan sesuatu yang lebih besar. Lebih banyak skulptur unik yang dipamerkan. Jika dibandingkan dengan area-area sebelumnya, disinilah yang paling beragam seninya.

Lalu setelah itu sudah terlihat pintu exit. Pengalaman mengeksplorasi perkembangan seni sangatlah menarik! Memang seperti slogan dari museum ini yaitu “Seni Berubah, Dunia Berubah”.

Oleh karena itu, apakah kalian tahu ada sejarah menyedihkan dibalik semua seni modern yang elok dan unik saat ini? Dimana satu pihak tidak setuju pada satu pihak lainnya, sehingga menyebabkan perdebatan budaya yang berujung pada campur tangan politik dan PKI? Mari kembali ke sejarah kelam dimana seni modern mulai muncul di Indonesia!

Pertama, seni modern muncul setelah masa kemerdekaan. Yaitu tentang seni yang dipamerkan di area “Pergulatan Seputar Bentuk Dan Isi” di museum MACAN. Pada tahun 1950, dibentuk Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) oleh sekumpulan orang yang bekerja khususnya di bidang kebudayaan, kesenian dan ilmu. Lalu pada tahun 1963, dibentuk Manifes Kebudayaan. Dimana sebab dari dibentuknya asosiasi tersebut hanya karena ingin menentang “Ideologi kesenian dan kesusastraan realisme sosial yang dipraktekkan oleh seniman-seniman yang terhimpun dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA).” Disinilah awal konflik seni di Indonesia dimulai.

Mungkin kalian bertanya-tanya, memang apa ideologi kesenian yang dianut LEKRA sampai-sampai ditentang? LEKRA menggunakan kanvas dan kuas untuk membuat lukisan-lukisan abstrak untuk mencerminkan nilai kerakyatan. Pemerintahan saat itu memang sedang ditentang oleh rakyat, dan LEKRA menerjemahkannya pada seni yang diciptakan. Para petinggi LEKRA menganjurkan seniman-seniman dan anggotanya untuk percaya pada kebenaran. Jika tidak ada yang berani menentang pemerintah saat itu, maka seni akan berbicara.


Hal ini dianggap dilarang oleh Manifes Kebudayaan. Mereka beranggapan bahwa seni tidak boleh memihak dan harus universal. Jangan disangkutpautkan oleh politik.


Juga, seni lebih baik menggunakan gaya realism, yang berarti melukis berdasarkan suatu bentuk/model. Berlawanan dengan gaya LEKRA yang didasarkan perbedaan pendapat. Ditambah beberapa pendiri LEKRA berasal dari PKI. Oleh karena itu, para seniman LEKRA diburu oleh pemerintah.

Seni abstrak yang pertama kali dibawa oleh LEKRA ke Indonesia pun dihilangkan. Para seniman, anggota, dan pendiri LEKRA diburu, ditangkap, dan dipenjara karena dianggap menantang politik dan juga berhubungan dengan PKI saat itu. Sungguh menyedihkan bukan? Seni yang kodratnya untuk berekspresi, justru dikecam. Mungkin sebagian besar orang hanya mengetahui bahwa pengaruh seni modern adalah dari globalisasi atau semacamnya. Namun ternyata ada sejarah yang lebih dalam dan sedih di dalamnya. Seni adalah suatu media untuk berekspresi.


Jika ideologi saja ditentang, bagaimana kesenian akan berkembang, bukan? Oleh karena itulah mengapa museum MACAN menamai periode tersebut “Pergulatan Seputar Bentuk dan Isi”, karena seni sedang diperdebatkan saat itu.


Lalu pada akhirnya, sekitar tahun 1974, muncul “Seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni rupa Indonesia.”

Masa ini disebut “Masa Indonesia Baru”. Seni baru yang diciptakan tidaklah didasari oleh ideologi yang sudah ada, namun merupakan konsep baru yang berlandaskan; tidak membeda-bedakan disiplin seni, mengutamakan ekspresi, menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu, dan yang terakhir, mengedepankan kreativitas serta ide baru. Saat itu, seni Indonesia mulai menerima seni modern yang didasari fenomena sosial.

Seperti halnya yang terdapat di area “Racikan Global”. Dimana seninya lebih mencampur seniman Indonesia dengan negara luar tanpa melihat batas-batas negara atau ras. “Setiap seniman hadir sebagai individu yang menghadirkan gaya dan gagasan tertentu.” Lalu, seni modern mulai berkembang hingga saat ini. Seni modern kini lebih diterima oleh masyarakat. Rekatnya seni modern dengan hal-hal kekinian membuat anak muda Indonesia lebih tertarik. Sampai-sampai menjadi trend. Dan juga, seni modern bisa menyindir masalah-masalah sosial dengan halus. Oleh karena itu, kini seni bisa menjadi media untuk peringatan kepada masyarakat. Bagaimana menurut kalian, guys?

Museum MACAN telah menunjukkan kita bagaimana seni berubah dan sejarah seni yang kelam. Agung Hujatnika dan Charles Esche, seorang kurator pameran berkata “Kita tahu bahwa dunia pasti berubah, tetapi memahami perubahan dengan suatu kesadaran baru adalah persoalan lain.” Museum MACAN berhasil membawa pengunjung kepada lini masa kesenian. Museum MACAN juga sudah menjadi tujuan anak-anak muda untuk berfoto karena memang tempatnya Instagrammable. Mungkin museum ini bisa merubah pola pergaulan anak muda untuk lebih sering mendatangi museum sebagai tempat wisata agar melestarikan budaya-budaya yang lainnya.

Oleh karena itulah, mari mengunjungi museum MACAN agar kalian dapat mengetahui bagaimana perjalanan seni di Indonesia!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Semoga anda suka dengan artikel saya!

CLOSE