Omong Kosong, Kamu Bilang Kritik Bersifat Membangun

Buat saya, omong kosong kalo ada orang bilang kritik yang membangun. Iya, omong kosong.

Kenapa? Tanya aja pada diri sendiri. Suka gak kalo kamu dikritik? Apa yang kamu rasakan kalo ada orang yang mengkritik?

Advertisement

Ini nyata terjadi. Banyak orang yang dikritik malah sakit hati. Tersinggung dan kecewa. Lalu gak mau berbuat apa-apa. Apa ini yang diharapkan dari sebuah kritik. Membuat orang yang sedang kerja malah gak mau melakukan apa-apa?

Kadang, kita emang kurang cukup dewasa. Kurang punya pikiran positif. Dikritik malah bikin hancur. Malah gak mau ngapa-ngapain. Kalo dikritik harusnya jadiin pelajaran atau ambil hikmahnya. Iya betul, itu hanya terjadi pada orang yang berpikir positif.

Tapi sayangnya, itu tidak terjadi ada kebanyakan orang. Sebagian besar orang dikritik malah kecewa, kalo perlu ngajak berantem. Itu fakta lagi. Dikritik malah mencari pembenaran. Kalo perlu salling musahan aja. Begitulah adanya. Serem gak sih…

Advertisement

Renungkan saja, emang ada kritik yang membangun?

Kasihan aja sama istri yang punya potensi menulis yang bagus, ceritanya inspiratif tapi selalu mendapat kritik dari suaminya yang memang jago menulis. Si istri pun akhirnya berhenti menulis, tidak mau lagi menulis. Tapi setelah suaminya meninggal dunia, dia menikah lagi dengan seorang karyawan yang sangat menyukai tulisan-tulisan si istri tadi. Hingga akhirnya, kini si istri lebh bersemangat menulis dan berhasil menjadi penulis besar.

Kita kamu dan saya, dulu atau mungkin sampe sekarang sering mengkritik orang lain.

Advertisement

Kenapa? Karena kita merasa benar dan orang dikritik itu salah. Konon, kita percaya kritik itu bersifat membangun. Sesederhana itu aja. Emang sih, kita suka membenarkan pikiran sendiri ketimbang menerima pikiran orang lain.

Lalu, kita dan semua orang bilang kritik itu bersifat membangun.

Sungguh itu semua omong kosong. Coba pikirkan ulang, apa benar kritik itu membangun?

Dari literatur yang saya baca, sungguh TIDAK ADA kritik yang MEMBANGUN. Apapun bentuknya, semua kritik itu bersifat menghancurkan, merusak, dan menekan perasaan orang yang dikritiknya. Ya lucu aja, kalo yang kritik bilang membangun, yang dikritik bilang menghancurkan. Gak nyambung banget sih …

Kalo pernah baca buku “The Power of Water”-nya Masaru Emoto, dia pernah ber-eksperimen 2 topels yang diisi nasi/beras dengan perlakuan yang berbeda, yang DIKRITIK dan yang DIPUJI. Apa hasilnya:

Toples ke-1, setiap hari diberi KRITIKAN terus dan ditempel kertas bertuliskan kata-kata pedas, menghujat dan caci maki. Lalu 2-3 minggu kemudian, nasi/beras di dalam toples ini makin membusuk, warnanya berubah kehitaman.

Lain halnya dengan Toples ke-2, setiap hari diberi PUJIAN dan ditempel kertas dengan kata-kata yang memotivasi, kata-kata baik. Lalu 2-3 minggu kemudian, nasi/beras di dalam toples ini tetap bersih, warnanya tetap putih.

Ke-2 toples itu bisa jadi pelajaran penting. Tentang dampak KRITIK dan PUJIAN. Kamu mau pilih yang mana? Hari-hari yang diisi dengan kritik atau pujian …?

Lebih ke dekat kita…

Di kantor, di sekolah, di pertemanan atau bahkan di negara sehebat Indonesia ini. Kalo hari-harinya diisi dengan kritik, kritikan, keributan, perdebatan dan sejenisnya juga pasti akan makin cepat hitam, cepat membusuk, makin rusak, makin gak karuan. Tiap hari maunya menghujat, mencaci maki, mengkritik pasti gak makin bener, gak makin beres.

Seandainya kita mau mengubah saja, setiap hari diisi dengan pujian, berbicara yang baik, kasih saran yang elegan, penuh kesantunan pasti akan makin maju, makin nyaman, dan semuanya bisa ikut senang sama-sama. Tapi hari memuji, kamu cakep, kamu ganteng, kamu cantik …. Woww pasti auranya makin cereh merekah, menggairahkan. Betul gak? Gak tahu deh…

Saya dan mungkin juga kamu, memang masih belajar untuk mengurangi kritik. Untuk tidak lebih banyak mengkritik. Walau tidak harus sembarang memberi pujian. Tapi patut dicoba, dimulai dari diri kita sendiri …. Ubahlah dari kalimat yang lebih sering mengkritik menjadi kalimat yang lebih sering memuji, lebiih mensyukuri apa yang ada.

Sekali lagi, kritik itu tidak ada yang membangun. Karena kritik lebih fokus pada mencari-cari kekurangan orang lain. Membongkar aib orang lain yang belum tentu benar. Bahkan memvonis orang lain salah dan kita sok benar. Omong kosong tentang kritik yang membangun.

Sekali gak guna, mengkritik ke sana ke mari secara bombastis. Apalagi seperti orang sekarang, berusaha mencari dukungan dari orang alin atas kritikannya. Capeeee dechhh….

Terus apa dong harus dilakukan kalo ada yang kritik atau dikritik?

Lha, kenapa jadi tanya saya. Pikir aja sendiri, cari aja jawabannya. Emang saya guru. Orang saya cuma nulis doang. Tapi kalo boleh saran, mendingan kita memperbanyak tabayyun aja. Alias cek dan ricek atas soal apapun. Kan ada ayat-nya,

Wahai orang-orang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu” (Al-Hujurat:6).


Oke sahabat, kurangi aja hobby untuk mengkritik. Kalo gak mau ngasih banyak pujian. Karena kritik tidak ada yang membangun.

Kata orang bijak, “Politeness Is The Oil Which Reduces The Friction Against Each Other – Sopan Santun adalah Ibarat Minyak Yang Mengurangi Gesekan Satu Dengan Yang Lain”.

Sahabat, terima kasih kalo kita sudah mulai mengurangi kritik. Dan memulai untuk berpikir positif, mengubah yang tidak produktif menjadi produktif.

Selamat bekerja, selamat berbuat yang baik. Dan katakan, selamat tinggal kritikan.

#StopKritik #BelajarDariOrangGoblok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

4 Comments

  1. Jempol…. Seorang anak kecil yang si kritik dgn si puji akan berbeda prilakunya…,yg sll di kritik bukannya tambah baik malah semakin,tidak PD..,sedangkan yg sll dpt pujian dia akan termotivasi untuk lebih baik

  2. Karna Andika berkata:

    mungkin akan terasa terlambat jika saya mengomentari artikel ini, karena saya baru menemukan ini sekarang. saya pribadi jarang sekari mengomentari sebuah artikel. tapi untuk yang ini saya ingin bertukar pikiran, karena bisa dibilang saya sedikit tidak setuju. bukan karena tema yang diberikan, tetapi argumen yang anda berikan masih kurang nyaman untuk diterima bagi saya. mohon jangan tersinggung .
    1. paragraf awal “Kalo dikritik harusnya jadiin pelajaran atau ambil hikmahnya. Iya betul, itu hanya terjadi pada orang yang berpikir positif”.” Tapi sayangnya, itu tidak terjadi ada kebanyakan orang.”
    sepertinya itu berarti anda sebenarnya setuju dengan kritik, bukankah rasanya seperti yang disalahkan bukankah orang-orang yang tidak berfikir positif tersebut?. bukankah anda seudah meng”counter” argumen anda di paragraf pertama?
    2.sepertinya definisi anda tentang kritik lebih ke negatif. “kritik itu bersifat menghancurkan, merusak, dan menekan perasaan orang yang dikritiknya.” sepertinya itu definisi dari kata “menghujat”? dari yang saya baca di wikipedia (maaf daya jelajah saya hanya sampai wikipedia . hehe) kritik itu orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”. jadi jika anda menemukan kalimat yang bersifat seperti anda definisikan, saya harap anda tidak meinterpertasi itu sebagai kritik.
    dan juga dengan referensi “the power of water” membuat saya melihat miskonsepsi anda terhadap kata “kritik”.
    ” KRITIKAN terus dan ditempel kertas bertuliskan kata-kata pedas, menghujat dan caci maki. Lalu 2-3 minggu kemudian, nasi/beras di dalam toples ini makin membusuk, warnanya berubah kehitaman.”
    apakah yang di tempel benar-benar kata “kritikan” atau kata kata pedas, caci maki.

    maaf jika anda merasa di kritik disini. anggap saja ini saran yang elegan

  3. Karna Andika berkata:

    oh iya maaf ada yang terlewat. saya harap anda tidak menegatifkan kata “kritik” itu sendiri.
    terima kasih bp. Syarif. artikel yang bagus sekali

  4. Karna Andika berkata:

    oh iya maaf ada yang terlewat. saya harap anda tidak menegatifkan kata “kritik” itu sendiri.
    terima kasih bp. syarif , atas artikelnya yang bagus ini.

CLOSE