Roti Sandwich Sih Enak, Tapi Generasi Sandwich? Jangan Sampai Deh!!!

Siapa sih yang nggak suka dengan yang namanya sandwich. Makanan khas Barat yang terdiri atas roti tawar dengan lapisan sayur, telur mata sapi, daging dan keju ini bikin ngiler saat diliat. Apalagi jika ditambahkan mayonnaise dan saus tomat, bikin lidah kita meleleh. Eitts…sedang puasa nih! Batal ntar. Heheh

Sandwich memang bikin ngiler. Tapi ya Sob, kalau kata itu digabungkan dengan kata generasi sehingga menjadi “generasi sandwich”, bukannya bikin ngiler, kata ini malah kite mblinger.

Generasi sandwich atau bahasa kerennya sandwich generation itu mau menggambarkan generasi yang berlapis-lapis layaknya sandwich. Lapisan yang dimaksud di sini adalah beban hidup yang harus ditanggung.

Generasi sandwich didefinisikan sebagai generasi yang harus mendukung (mengurus) secara finansial dua generasi sekaligus yaitu anak-anak dan orangtua (Eko P. Pratomo: 50 Financial Wisdom).

Apa sih enaknya menanggung beban finansial dua generasi sekaligus. Memang akan menjadi kebahagiaan tersendiri bisa menanggung finansial untuk dua generasi: anak-anak sekaligus orang tua kita, kalau finansial kita bagus. Kalau keuangan nggak bagus, yang ada malah Perang Dunia II setiap harinya.

Penyebab Generasi Sandwich

Kamu pasti sudah menduga kenapa generasi sandwich ini bisa muncul. Tepat sekali, pengelolaan uang yang amburadul generasi orang tua di kala masih bisa mencari nafkah. Saat masih muda mereka tidak mengelola keuangan mereka dengan bijaksana sesuai prioritas sehingga di hari tuanya justru menjadi beban untuk generasi sandwich. Padahal, generasi sandwich juga harus memenuhi kebutuhan keluarga beserta anak-anaknya.

Panggilan anak-anak muda saat ini adalah “menghabisi” alias memutus generasi sandwich ini. Langkah ini jangan Kamu pahami dengan makna negatif, Sob. Kita semua tentu berharap saat berkeluarga tidak menjadi generasi pengganti bukan. Dihabisi di sini bukan berarti meminta orang tua kita menghentikan dukungan finansial pada kakek-nenek kita yang tidak produktif. Kalau yang ini mah sadis! Yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan hari tua dengan cerdas dan bijaksana.

Memutus generasi sandwich memang tidak mudah di tengah situasi ekonomi yang makin kompleks, kebutuhan dan biaya hidup juga terus meningkat. Setiap generasi memang memiliki tantangannya masing-masing. Tawaran hal-hal duniawi makin beragam dan menggiurkan seiring dengan perkembangan teknologi. Kalau tidak waspada, kita malah bakal terjangkiti sindrome FoMO (Fear of Missing Out).

Sindrom FoMO dan Platform Modern

Sindrom FoMO ini semacam ketakutan yang dirasakan oleh kita-kita bahwa orang lain mungkin sedang mengalami suatu hal atau kejadian menyenangkan, namun orang tersebut tidak ikut merasakan hal tersebut (Motivational, Emotional, and Behavioral Correlates of Fear of Missing Out, Peneliti University of Essex, University of California, dan University of Rochester).

Gini, Sob. Kalau seseorang sudah kena Sindrom FoMO, dikit-dikit ia tidak mau ketinggalan dengan yang lainnya. Makanya, mereka ini biasanya hedonis dan konsumeris. Parahnya, penderita sindrom ini tidak memiliki kecerdasan finansial. Pengelolaan keuangan parah alias amburadul. Nah, kalau sudah seperti ini, bisa-bisa di masa tua jadi generasi yang membebani generasi sandwich (anak-anak kita).

Nah, biar nggak amburadul pengeloaan keuangannya. Baik juga membuat budgeting (perencanaan) yang tepat. Kalau tidak bisa, toh dewasa ini sudah banyak platform-platform modern yang bisa menjadi solusi. Banyak kok platform keuangan modern terpercaya. Tak hanya aman, platform modern ini juga banyak fiturnya, seperti IPOTPAY yang baru-baru ini diluncurkan. Platform fintech dari IndoPremier ini cukup unik. Selain bisa memaksimalkan saldo dengan hasil setahun terakhir di kisaran 7-9% per tahun (gross), platform ini memiliki fleksibilitas tanpa batas dan dapat digunakan untuk bayar, beli, hingga transfer dana tanpa limit di hari yang sama. Platform ini bisa menjadi salah satu pemutus generasi sandwich.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pembelajar baru dalam tulis-menulis.