Selembar Surat untuk Mereka yang Kusebut “Keluarga” di Tanah Rantau

Mengingat kalian bagai memutar episode-episode terbaik dalam hidupku. Trisula, ya itulah nama gang buntu yang mempersatukan kita selama ini. Sekelompok mahasiswa rantauan di tanah asing yang sama-sama memiliki mimpi tuk bersinar bagai bintang.

Advertisement

Minggu, 3 Nopember 2015. Aku masih ingat benar, setelah hari-hari panjang pergulatan antara logika, realita serta perasaan, pada akhirnya aku pun menyerah pada takdir. Sebuah kenyataan dimana aku harus pulang ke kampung halaman dan meninggalkan separuh hatiku di Pulau Bali.

Kawan…,

Aku tahu, jarak tak kan pernah menjadi hambatan bagi kita. Namun aku sadar, saat ini pasti kalian tengah sibuk dengan perjuangan kalian. Untuk itu, lewat perantara surat ini ingin ku sampaikan terima kasihku. Sungguh ada banyak hal yang ingin kubagi kepada kalian.

Advertisement

Kawan, mengenal kalian adalah salah satu takdir luar biasa yang Tuhan tuliskan untukku. Kalian, manusia-manusia yang luar biasa yang dengan penuh kerelaan menerima diriku yang berbeda di tengah-tengah kalian. Kalian adalah pelepas penat paling mujarab saat aku lelah dengan kerasnya hidup di rantauan.

Ikan kecilku, kau tahu kenapa aku menamaimu seperti itu, gadis periang yang selama empat tahun lebih ini menjadi jalan Tuhan untuk menolong setiap masalahku. Kau sering menyebutku “orang tua alay”, ya memang tak salah. Terima kasih banyak…, entah bagaimana caranya aku bisa menebus kebaikanmu selama ini. Aku tahu, meski sekarang kita tak bersama lagi, namun doamulah yang salah satu menjadi penguatku saat aku jatuh dan gagal.

Advertisement

Mawar kecil, sungguh gadis kecil yang selalu nampak kuat dan dewasa. Meski perjuampaan kita hanya singkat, namun menghabiskan malam-malam sunyi di kamar 25 adalah saat termanis selama aku di Bali. Engkau seperti bola lampu yang membawa hidupku yang gelap ini menuju peradaban yang cerah. Kau yang selalu mengajariku untuk mengenal dunia yang lebih luas, mengajakku tuk berani bermimpi. Gadis yang selalu peka dengan keadaanku. Terima kasih telah mau menerimaku sebagai saudara.

Coco dan Suga. Co.., terima kasih sudah menjadi pionir yang menyatukan kami di gang Trisula, terima kasih telah menjadi kakak bagi kami semua. Manusia paling dewasa, simple dan realistis. Suga.., ya adiku yang menamai dirinya “Sulung Ganteng (Suga)”. Hai.., adik yang luar biasa care, terima kasih telah mengulurkan tanganmu tuk menjadikanku sahabat. Aku bangga melihatmu tumbuh menjadi pemuda yang soleh, aku yakin kelak kau kan jadi manusia yang luar biasa dan bermanfaat bagi sesama. Tahukah kamu dek, kamu adalah salah satu inspirasiku saat berkali-kali aku gagal, mengenalmu membuatku selalu yakin bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Maaf, aku tak pernah memberi tahumu tentang rencana kepidahanku, karena aku tahu ada hal lain yang lebih penting dan menguras pikiranmu, makanya aku tak pernah menyampaikan salam perpisahaanku.

Agen Neptunus dan Mr. B. Agen neptunus, aku yakin dengan watakmu yang biasanya pasti kau protes kenapa aku menyebutmu demikian, adik kecil yang sama sekali gak kecil hehe…., Maaf hingga hari terakhirku, aku tak pernah memberi tahumu soal kepindahanku, maaf aku tak bisa menyampaikan salam perpisahanku namun percayalah engkau adalah teman berpetualang yang asik. Terima kasih karena pernah membuat kita dikejar-kejar orang dari Klungkung sampai Denpasar, terima kasih karena menganggapku sebagai kakak. Kau tahu dek, aku sungguh terharu saat kau meneleponku di malam aku meninggalkan Bali, terima kasih karena membuatku merasa berharga. Mr. B, satu kata “Genius”, aku selalu heran dan kagum dengan kemampuan otakmu yang mampu mengingat segala hal, dari yang umum hingga hal paling absurd, terima kasih untuk segalanya.

Terima kasih semuanya, kalian bukan hanya sekedar sahabat namun kalian adalah keluargaku. Lewat kalian semua aku belajar tentang arti keluarga. Keluarga bukan hanya sekedar hubungan pertalian darah, keluarga adalah sebuah ikatan kasih sayang tanpa pamrih. Keluarga bukan hanya mereka yang bernaung dan berlindung di bawah atap yang sama, namun lebih dari itu, keluarga adalah mereka yang selalu terjalin dalam doa-doa yang tulus, yang tak terhalang jarak dan waktu.

Saudaraku, meski aku tak tahu apakah Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk berjumpa kembali atau tidak, tetapi aku selalu berharap dimanapun kita berpijak semoga kalian akan tetap menjadi bintang yang bersinar.

Dari saudara yang merindukanmu,

Malam

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE