Setidaknya, Kita Pernah Bahagia Bersama

Di setiap kesempatan, aku merasa sedih saat kenangan tentang kita mulai bermunculan.
Rasanya sakit… dan lebih perih lagi.

Saat kau memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita, aku memintamu untuk memikirkan keputusanmu ini sekali lagi. Karena rasanya, hanya kesalahpahaman yang membuat hubungan kita berakhir. Tak bisakah kau mengurungkan niatmu? Tak bisakah kau mempertahankan hubungan kita? Bagaimana kau bisa melepaskanku seperti ini? Kenapa kau mudah sekali memutuskan kisah kita?

Pikirku, kau hanya sedang bergelut dengan rasa cemburu dan juga emosimu yang meledak-ledak. Maka aku merasa perlu memberimu waktu untuk menenangkan diri. Namun, sepertinya kau memang sudah siap dan rela melepasku. Enam bulan setelah perpisahan kita, kau pun tak kunjung menghubungiku. Kita saling memutus komunikasi. Setiap subuh aku terbangun dan memeriksa ponselku. Namun tak ada satupun tanda jika kau menghubungiku.

Seseorang yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernah melepaskanmu, tidak peduli seberat apapun situasinya.

Semudah inikah kau melupakan kenangan kita? Jika memang ini mudah bagimu, bantu aku… Bantu aku dan ajari aku agar akupun bisa dengan mudah melupakanmu, seperti yang kau lakukan. Sekarang, aku akan mencoba sekuat tenaga untuk melupakanmu dengan cara apapun. Aku akan menjalani kehidupanku seperti saat dulu sebelum kita bersama. Dulu, sebelum kita bersama, aku bisa menjalani hidupku dengan bahagia. Maka kali ini, akupun pasti bisa kembali menjalani hidupku dengan lebih bahagia. Aku akan mencoba melepaskanmu, sehingga hatiku bisa pulih dan menerima hati yang lain.

Mungkin, kita memang tidak berjodoh. Kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama 100 tahun ke depan untuk hidup saling berdampingan.

Aku tidak percaya jika inilah akhir cerita kita. Karena sudah banyak rencana yang telah kita buat untuk masa depan kita berdua. Semua hilang, tak berbekas. Aku berusaha berjalan maju, tapi hatiku menangis dan ingin kembali. Sakit… Sangat menyakitkan. Sekarang, pergilah ke manapun kau mau. Ayo kita saling mendoakan agar kita akan bahagia walau tidak bersama, walau dengan pendamping yang berbeda nantinya. Mari kita biarkan garis tangan yang bekerja sebagaimana mestinya. Hanya Tuhan yang mampu membuat keajaiban-keajaiban diluar kemampuan umatnya. Aku, akan menunggu keajaiban itu terjadi padaku.

Aku, tidak pernah merasa menyesal telah mengenalmu dan akupun tidak akan membencimu. Terima kasih sudah pernah datang kedalam kehidupanku dan mampu mengambil hati orang tuaku. Aku mendapatkan banyak pelajaran berharga saat bersamamu. Akan kujadikan kisah kita ini sebagai pengalaman hidupku, agar aku menjadi manusia yang lebih baik lagi. Aku harap kau pun begitu.

Teruntuk Perempuan terbaikku yang pernah membuat hari-hariku sangat bahagia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Jangan hanya aktif di media sosial untuk pergaulan saja. Mulai sekarang, update profil Sebuah Kebahagiaan Bersama Ayah, Ibu, Adik dan Isteri.

15 Comments

  1. Mega Wati berkata:

    kisah nya persis… makasih buat author udh mengungkapkan hal yg tdk bisa q ungkpkan

  2. Kisahnya bikin nangis 7 hari 7 malam hiks hiks hiks

  3. Ini kok artikel saya di copy paste yah? Cuma diganti teruntuk perempuanku aja. Malu dong mas

  4. Jolly Hong berkata:

    Pesan Untukmu, Seseorang yang Pertama Kali Menghuni Hati
    Kamu Sudah Siap ke Pelaminan, Jika Bersikap Begini Saat Tantangan Dalam Hubunganmu.HEHE