Tentang Wanita, Cinta dan Perdagangan Manusia; Kisah Pahit Lilya jadi Pelajaran untuk kita semua

Adalah Lilya, seorang remaja berusia kurang lebih 14 tahun yang ditinggal ibunya yang memilih pindah ke Amerika Serikat bersama pacar barunya. Mencoba hidup mandiri di Negeri Beruang Merah tanpa bimbingan orang tua, Lilya mulai terpengaruh pergaulan bebas yaitu meminum alkohol dan menjadi perokok. Konflik pun terjadi, rumah yang menjadi tempat tinggal Lilya ternyata tidak pernah lagi diurus kontraknya oleh Ibunya sehingga Lilya harus pindah ke rumah Bibinya.

Dengan kehidupan yang terlanjur bebas, Lilya merasa kurang bebas tinggal menumpang dengan Bibinya. Dia mulai mencari tempat tinggal lain dengan mencoba tidur di bangunan kosong bersama seorang sahabat yang dianggap seperti adiknya sendiri. Terbujuk akan rayuan sang teman sekelas, dia mencoba hal baru, yaitu mencari uang dengan pergi ke klub malam dan mendapatkan uang dari menemani laki-laki yang usianya jauh diatasnya. Hingga lama kelamaan akhirnya dia rela melepas keperawanannya demi uang.

Suatu hari Lilya dipukuli oleh lelaki hidung belang. Lalu dia pulang berjalan kaki. Pasrah dengan hidupnya, ia berjalan gontai. Tiba-tiba ada lelaki yang menghampirinya. Laki-laki ini bagai malaikat yang diutus menemaninya. Ia sangat baik. Lalu Lilya memutuskan berpacaran dengan laki-laki tersebut. Lilya menyerahkan tubuhnya secara gratis untuk laki-laki itu, karena ia percaya bahwa pria tersebut adalah penolongnya dari kehidupan yang gelap. Ia ingin memulai hidup baru dengan lebih indah dan bahagia.

Namun harapan akan hidup bahagia sepertinya hanya harapan belaka. Berbekal Paspor palsu, Lilya yang polos berhasil dijebak dalam perdagangan manusia di Swedia. Ia dipaksa menjadi budak seks oleh seorang germo. Berulang kali ia mencoba kabur. Tapi siksaan demi siksaan dialaminya. Harapan akan kehidupan baru bersama sang kekasih sirna. Kepahitan hidup harus ia tanggung sendirian. Seorang gadis yang usianya bahkan belum genap 16 tahun. Kisah yang tertuang dalam film Lilya 4 ever ini mungkin terlalu frontal. Tapi ini bisa terjadi oleh siapapun.

Kita tidak tahu betapa beratnya gadis-gadis menjalani kehidupan sebagai korban perdagangan manusia. Semoga kisah ini menjadi cambuk bagi kita untuk lebih mawas diri. Tidak mudah terjerumus dalam pergaulan bebas. Dan selalu ingat kepada Sang Maha Pencipta kala kita merasa berada dalam titik terendah dalam hidup. Film ini juga mengajarkan bahwa hendaknya kita bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Diluar sana, banyak yang masih berpikir harus tidur dimana malam ini?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bir dil asla yeterli değildir