Tol Membawa Berkah dan Membawa Tantangan

Perkembangan Indonesia semakin lama semakin maju. Kemajuan pembangunan di Indonesia meliputi banyak bidang, yaitu bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial, transportasi dan lain-lain. Kemajuan di bidang transportasi terdiri atas kemajuan pembangunan di bidang infrastruktur. Terbukti dengan adanya pembangunan jembatan, gedung–gedung, dan akses jalan baru yang sangat pesat.

Salah satu kemajuan infrastruktur yang sangat pesat yaitu pembangunan mega proyek jalan Tol Trans Jawa. Tol Trans jawa memiliki panjang sekita 661 km dari Merak hingga Surabaya. Fungsi pembangunan jalan Tol Trans Jawa adalah agar mempercepat di sektor perekonomian dalam hal distribusi barang dan sebagainya. Pembangunan jalan Tol Trans Jawa melewati beberapa wilayah seperti Solo–Kertosono atau yang disebut dengan Tol Soker.

Dalam pengerjaan pembangunan jalan Tol Soker di bagi menjadi 2 yaitu, Solo – Ngawi memiliki panjang ruas 90.10 km dan Ngawi – Kertosono memiliki panjang ruas 87,02 km. (NJK, 2018 dan Marga)

Ngawi salah satu Kabupaten yang dilewati mega proyek jalan Tol Trans Jawa. Sehingga sebagaian besar masyarakat Kabupaten Ngawi terkena dampak sosial dan ekonomi akibat pembangunan jalan tol tersebut. Dalam pengerjaan proyek jalan tol memiliki beberapa tahapan. Salah satunya adalah tahapan sebelum pembangunan.

Dalam tahapan sebelum pembangunan dilakukannya tahapan pembebasan lahan, jadi bagi masyarakat memiliki lahan dan terlewati proyek jalan tol maka, lahan masyarakat akan di beli oleh negara. Di balik latar belakang Kabupaten Ngawi, Ngawi salah satu Kabupaten yang memproduksi padi organik paling banyak di wilayah Jawa Timur. Sehingga mayoritas masyarakat berprofesi seorang petani.

Pembebasan lahan inilah pencetus permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat Ngawi khususnya. Sebab lahan mereka banyak yang berkurang, bahkan kehilangan lahan sebagai sumber pendapatan dan mengakibatkan pengangguran.

Dampak selanjutnya adalah pada hak ekonomi. Setiap masyarakat memiliki hak ekonomi seperti mendapatkan kehidupan yang layak, makmur, mendapatkan pekerjaan, dapat menjual dan membeli sesuai dengan kesepakatan tanpa diskriminasi dan lain – lain. (Uswatun , Nurhadji, & Wawan, 2017)

Dengan adanya jalan tol dampak sangat di rasakan oleh petani. Salah satu dampak yang dirasakan petani yang pertama berkurangnya lahan mereka, sehingga berpengaruh terhadap berkurangnya pendapatan masyarakat. Bahkan lahan mereka terputus karena terbatasi oleh jalan tol, sehingga menyulitkan petani dalam mengairi sawahnya. Akhirnya oleh pihak pelaksana proyek jalan tol di bangunlah jembatan Overpass dan Underpass.

Jembatan Overpass dan Underpass berfungsi seperti jembatan pada umumnya yaitu menghubungkan antara dua wilayah yang terpisahkan. Supaya dapat mengairi lahan mereka tidaklah mungkin untuk melewati jembatan Underpass, sehingga perlu membangun pompa air di wilayah yang terpisah agar dapat mengairi lahan mereka. Pembangunan pompa air akan menambah pengeluaran dana yang tidak cukup murah bagi petani.

Berbeda saat lahan mereka tidak terpotong jalan tol mereka mengairi lahan mereka dengan satu pompa untuk di salurkan melalui irigasi persawahan sehingga dapat menghemat pengeluaran masyarakat yang mayoritas petani. Yang kedua adalah masyarakat yang kehilangan lahan berdampak pada kehilangan profesi utama.

Meskipun pada khasus pembebasan lahan tersebut di berikan kompensasi berupa nominal yang sudah di sepakati oleh dua belah pihak antara masyarakat dengan pihak pembangun, namun masyarakat kurang puas atas kompensasi yang mereka dapatkan terutama pada petani.

Karena mereka harus mencari lahan baru agar bisa bekerja dengan produktif. Sebagian masyarakat sudah memiliki pengganti lahan yang baru. Meskipun jarak lahan yang baru dengan rumah mereka lumayan jauh, mengakibatkan pengeluaran petani semakin banyak. Dan sebagian masyarakat kehilangan pekerjaannya karena penggunaan dana yang mereka terima tidak digunakan secara bijak.

Dari pembahasan diatas akan muncul sebuah tantangan yang harus dirasakan masyarakat Ngawi khusunya, karena mau tidak mau harus menjalankan semuanya. Tantangan bagi masyarakat yang kehilangan lahan otomatis harus beralih profesi yang sebelumnya menjadi petani sekarang menjadi seorang wirausaha. Dan itu tidak mudah karena harus ada pembekalan tentang kewirausahaan.

Solusi dari permasalahan di atas adalah tidak hanya diberikan kompensasi berupa nominal, tetapi kompensasi berupa pembekalan keterampilan sangat diperlukan agar masyarakat dapat terus produktif di bidang lain. Dengan adanya kompensasi berupa nominal dan kompensasi berupa pelatihan, akan lebih bermanfaat bagi masyarakat Ngawi yang terkena pembebasan lahan tersebut. Disamping itu akan terciptanya masyarakat yang mandiri melalui kewirausahaan dan berkurangnya beban pemerintah dalam hal pengangguran.

Sumber: https://ngawikertosonojaya.co.id/agenda/2862/ http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/citizenship/issue/view/221 http://www.jasamarga.com/

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini