Waktu Mungkin Mempertemukan Kita, Hanya Saja Salah Satu dari Kita Akan Teramat Sulit Untuk Saling Menemukan

Waktu mungkin saja mempertemukan kita, tapi hanya saja salah satu dari kita akan teramat sulit untuk saling menemukan.

Di awal bulan, di awal tahun ini, tanah selalu dibasahi air. Hampir setiap hari air dari atas langit turun begitu deras dan bergemuruh; membuat meminum segelas teh hangat adalah pilihan yang paling tepat.

Perlahan tapi pasti, ku nikmati teh hangat ini di temani aroma tanah basah yang begitu khas terasa. Bunyi mesin-mesin kendaraan sayup-sayup terdengar di bumbui suara germecik air hujan yang jatuh dari atap genting warung kopi yang sederhana namun nyaman.

Tiba-tiba pompaan jatung berdenyut lebih cepat. Pikiran terbang ke sana-sini. Ada sekelebatan bayangan mengusik imajiku. Ada perasaan takut kehilangan yang hebat sontak menggetirkan rasa manis teh ini. Rasa takut kehilangan akan sosok bayang itu. Padahal jelas sekali pemilik bayang itu sudah lama pergi menjauh dari hidupku.

***

Masih ingatkah engkau akan bulan ini? Bulan yang begitu istimewa di antara 11 bulan lainnya; bulan yang menjadi awal rangkaian kisah kita.

Lihat lah keluar begitu indahnya rinai hujan turun.

Apakah kau masih teringat dalam benakmu keindahan hujan kala itu? Hujan yang pernah menahan kita di tepi jalan raya Serang-Pandeglang, di kencan pertama kita.

Coba kau hirup aroma teh hangat ini. Masih ingatkah dikau dengan aroma teh ini? Bukankah teh hangat inilah perantara kita untuk saling berbincang dan mengenal lebih mendalam?

Taukah kau, Kasih? Kau begitu jahat.

Kau gunting tali menali yang mengikat hati serta jiwa kita secara sepihak. Kau runtuhkan semua alasan untuk tetap bertahan. Kau terbang bebaskan semuah impian kita. Kau ludahi segala komitmen kita.

Adakah yang lebih sakit dari ini, Kasih? Jawabnya, ada.

Kau akan segera membangun biduk rumah tangga! Saat itu aku hanya sanggup terdiam seribu bahasa. Lidahku terasa kaku bahkan mati rasa. Pikiranku entah tak bisa ku lukiskan.

Begitu cepatkah kau menggantikan namaku dengan dirinya? Sementara aku teramat sulit melakukan itu! Aku mengenalmu bukan hanya sehari, semingu bahkan sebulan, tapi 3 tahun lebih. Sementara dia? Aku rasa lebih lama ibu mengandung sampai melahirkan ketimbang perkenalanmu dengannya.

Bukankah semua itu sudah kita bicarakan? Mulai dari konsep pernikahan, riasan yang kelak kau pakai nanti, hingga siapa saja yang kelak kita undang nanti?

Tapi kenapa kau wujudkan dengan orang lain? Tak bisakah kau menunggu barang sebentar?

Jangan jadikan alasan agama untuk cepat menikah, jika akhirnya kau tak nyaman dengannya. Tetapi ku lihat kau begitu bahagia bersamanya.

Ku temani semenjak bangku SMA. Kita sama-sama memulai dari nol. Kita saling menopang, kita saling menyemangati, kita saling menyediakan pundak untuk bersandar dan lantai untuk bersujud pada-Nya. Kita saling mendoakan. Lalu apa yang terjadi?

Doa-doamu menggema di seluruh langit. Tuhan menjamah seluruh doamu. Kau melesat kencang bagai anak panah yang terukur mantap. Perlahan tapi pasti semua impian terkabul. Mulai menjadi buruh pabrik yang ku tahu kemampuanmu jauh di atas itu, maka aku rekomendasikan kau menjadi staf di salah satu universitas ternama di kota kita. Kemudian Tuhan bukan saja Maha Kasih tapi juga Maha Pemurah!

Kau akhirnya diterima menjadi staf di universitas itu dan bahkan sepaket dengan beasiswa untuk melanjutkan studi di kampus itu. Perlu kau tahu; aku adalah orang pertama, selain ibumu yang mengucap beribu syukur atas pencapaian ini.

Gadisku ini begitu hebat.

Aku tak peduli kau beranggapan atau tidak merasa bahwa pencapaian itu ada campur tanganku. Lalu kenapa kau justru meninggalku ketika aku runtuh dan ketika karirku gagal total?

Awalnya kau datang sebagai penyembuh dan akhirnya pergi sebagai pembunuh.

Kau bilang padaku, "Tak usah menghubungiku lagi. Jalan kita sudah dipisahkan Tuhan."

Aku sadar diri, memang tak pantas aku bersanding denganmu. Aku tak layak untuk ditunggu. Bahkan aku bukan hal yang indah lagi untuk di rindu. Pekerjaanku jelas jauh sekali income-nya dibanding dengannya. Bahkan motor bututku kalah mentereng darinya. Ya…

Pesanku: Semasa denganku kau begitu hebat, aku yakin dengannya kau akan menjadi lebih hebat. Semasa denganku, kau begitu kuat, aku yakin dengannya kau akan lebih kuat (sekuat kau memperjuangkan hubungan kita dulu). Tetap jadi wanita hebat, kuat, pintar, penolong sesama. Tetap jadi wanita yang taat beribadah. Semoga mawadah warahmah. Yang terakhir aku hanya minta waktumu barang 5 menit saja dari seluruh waktumu; aku mau memberikan cicin. Cicin ini aku beli semasa aku bekerja dulu, dengan niatan sebagai hadiah ulang tahunmu sekaligus menjadi mahar pernikahan kita nanti. Tapi ya, sudahlah! Rencana dipotong takdir. Kita punya rencana, Tuhan pun punya rencana untuk kita.

Ah, dan aku dengar kamu sedang mengandung dan jaga baik-baik si dede kecilnya? Jika waktu dekat ini dede kecil lahir, tolong kabari aku, ya.

Salam rinduku, 12-01-2013

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

banyak orang bicara cinta mengatas namakan tuhanya