4 Alasan Baju Vintage Tetap Banyak Diminati Meskipun Terkesan Jadul

Fesyen itu ada siklusnya. Pernah nggak melihat baju-baju lawas yang banyak dipakai di zaman sekarang? Atau orang-orang yang mencatok rambutnya sedemikian rupa agar terlihat bergelombang ala Marilyn Monroe tahun 50-an. Tren-tren itu kebanyakan hasil siklus yang berputar terus-menerus.

Advertisement

Namun ada satu tren yang tampaknya nggak terpengaruh oleh siklus fesyen, yakni vintage style. Istilah ‘vintage’ digunakan untuk barang yang sudah berusia 20-100 tahun. Untuk saat ini berarti mengacu pada tahun 20-90an. Meskipun jadul, gaya ini terlihat masih banyak peminatnya sampai sekarang.

Kira-kira kenapa ya?

1. Pakaian vintage punya banyak pilihan dengan model yang selalu cocok dipakai di zaman apapun

Tak lekang oleh waktu

Tak lekang oleh waktu | Credit by Pinterest

Jenis pakaian ini nggak hanya untuk fashion items tertentu aja. Kamu mungkin sering menemui orang dengan kemeja, blazer, gaun bunga-bunga, hingga sepatu docmart yang bergaya vintage. Untuk setiap aktivitas, pakaian vintage selalu punya setelannya.

Advertisement

Kesan lawas dan klasik itu bisa cocok untuk acara formal, semi formal, maupun yang santai sekalipun. Model potongan pakaiannya yang simpel tapi pas membuat gaya ini timeless atau tak lekang oleh waktu.

2. Nggak perlu khawatir dibilang jadul karena justru kamu akan terlihat unik

Jadul tapi unik

Jadul tapi unik | Credit by Pinterest

Kemunculan awal fesyen vintage memang bermula sejak tahun 60-an. Namun, siklus fesyen itu selalu berputar dan membuat tren jadul selalu kembali diminati di zaman sekarang.

Salah satu daya tarik pakaian vintage justru terletak pada model pakaiannya yang jadul itu. Di tengah gempuran tren masa kini yang lebih modern, orang yang mengenakan pakaian vintage akan nyentrik dengan cara berbeda. Gaya berpakaian ini mampu membuatmu terkesan pandai bergaya tanpa harus banyak usaha (effortlessly chic).

Advertisement

3. Bisa jadi andalan saat merasa nggak punya pakaian lagi

Gampang dipadu padankan

Gampang dipadu padankan | Credit by Pinterest

Pernahkah kamu merasa nggak punya pakaian yang cocok untuk kamu pakai lagi? Padahal, isi lemarimu bisa dibilang hampir penuh dan masih ada beberapa pakaian yang jarang dipakai. Rasa-rasanya, sebagian besar orang pernah berada di titik itu ya.

Kalau dipikir lagi sih bisa jadi kamu cuma merasa bosan aja dengan koleksi pakaianmu. Nah, pakaian vintage sangat berjasa di masa-masa seperti itu. Pakaian yang udah lama bertumpuk itu bisa dilirik kembali untuk dipadu padankan dengan yang lebih baru. Hasilnya, OOTD kece yang mungkin belum pernah kamu bayangkan.

Kalau punya baju bekas saat orang tuamu masih muda, wah lebih menarik lagi. Mix and match fesyen jenis satu ini nggak susah kok. Kalau gitu, kamu jadi bisa berhemat karena nggak perlu beli baju baru lagi deh~

4. Sikap hemat itu juga bisa jadi penyelamat lingkungan

Lebih ramah lingkungan

Lebih ramah lingkungan | Credit by Pinterest

Tahukah kamu kalau limbah fesyen adalah salah satu penyumbang polusi terbesar untuk bumi? Bahkan emisi gas yang dihasilkannya lebih berbahaya dari industri pelayaran dan penerbangan menurut penelitian yang dilakukan Ellen MacArthur Foundation.

Salah satu kebijakan ramah lingkungan yang bisa kamu lakukan untuk meminimalisir hal tersebut adalah dengan menghemat beli baju baru, apalagi kalau nantinya hanya dipakai sesekali. Dengan memanfaatkan pakaian vintage yang stylish, gampang dipadu padankan, dan versatile, nantinya akan semakin banyak orang yang mengurangi jumlah pakaiannya karena sudah punya beberapa pakaian yang serbaguna.

Manfaat satu ini memang belum banyak disadari oleh mereka penyuka pakaian vintage. Namun, kalau sudah jelas punya kontribusi positif untuk mengurangi limbah fesyen dunia, tentu akan semakin banyak yang menggemarinya.

Nah, itu tadi beberapa alasan kenapa pakaian vintage nggak pernah sepi peminat selama ini. Apakah kamu termasuk salah satu penyuka pakaian vintage?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Writing...

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE