Zoom Dysmorphia, Fenomena ‘Filter Medsos’ yang Bikin Insecure

Ternyata kebanyakan pakai filter di media sosial bisa bikin minder lo

SoHip, pernahkah kamu terlalu fokus memperhatikan penampilan di layar monitor saat melakukan pertemuan daring?

Advertisement

Hal tersebut sebenarnya cukup umum terjadi, apalagi di masa pandemi seperti saat ini intensitas pertemuan daring cukup sering terjadi. Mulai dari urusan pekerjaan, sekolah, pertemuan keluarga hingga kencan pun kadang dilakukan secara daring melalui panggilan video call atau menggunakan berbagi platform lainnya. Terlalu sering melakukan pertemuan daring ternyata bisa menimbulkan fenomena Zoom Dysmorphia, lo.

Fenomena ini terjadi ketika seseorang terlalu fokus dengan kekurangan penampilannya, kemudian menggunakan fitur-fitur yang dinilai bisa menutupi kekurangan tersebut. Akibatnya, seseorang bisa mengalami kecemasan dan kurang percaya diri saat menghadiri pertemuan secara langsung. Nah, supaya lebih jelas yuk simak ulasan Hipwee berikut soal Zoom Dysmorphia dan gimana cara mencegahnya!

Zoom Dysmorphia bisa disebut gangguan psikologis karena pada akhirnya bisa menimbulkan kecemasan dan kurang percaya diri yang berlebihan

Pertemuan daring | Credit by Ivan Samkov on Pexels

Sebelum muncul fenomena Zoom Dysmorphia, dunia psikologi lebih dulu mengenal Body Dysmorphia Disorder atau Face Dysmorphia Disorder, tergantung bagian apa yang dipermasalahkan. Biasanya orang lebih fokus pada kekurangan diri saat berada di dalam foto. Melansir dari Psychology Today, Zoom Dysmorphia akan membuat seseorang merasa penampilannya terdistorsi di layar monitor saat melakukan pertemuan daring, baik melalui Zoom atau platform lainnya.

Advertisement

Fenomena ini biasanya muncul saat terlalu sering memperhatikan kekurangan seperti pada wajah, hidung, mata dan sebagainya

Credit: Photo by KoolShooters from Pexels

Nah, demi menyempurnakan penampilan biasanya seseorang bergantung pada filter sebagai fitur penunjang dalam sebuah platform pertemuan daring. Saat terlalu sering fokus dengan kekurangan dan terlalu sering menyelesaikan masalah dengan filter, maka akan muncul masalah baru lagi.

Misalnya saja cemas karena kurang percaya diri ketika harus menghadiri pertemuan di dunia nyata atau offline. Zoom Dysmorphia akan membuat seseorang khawatir berlebihan penampilannya akan dinilai buruk karena nggak bisa memakai filter seperti yang dilakukan saat  pertemuan daring. Sebenarnya tanpa sering menggunakan filter pun Zoom Dysmorphia tetap bisa terjadi, sebabnya karena seseorang terlalu biasa dengan tatap muka daring sehingga akan mencemaskan penampilan saat tatap muka langsung.

Tanda kalau kamu mengalami Zoom Dysmorphia dan segera butuh dihentikan sebelum menimbulkan gejala stres dan masalah mental lainnya

Tanda kalau kamu udah mulai kena Zoom Dysmorphia | Credit by Karolina on Pexels

Advertisement

Memperhatikan penampilan di layar monitor saat pertemuan daring sebenarnya wajar saja, bagaimanapun kita tetap harus menjaga profesionalitas. Namun, jika terlalu fokus pada kekurangan bahkan sebenarnya orang lain nggak memperhatikan kekurangan itu, barulah kamu harus waspada. Masih melansir dari Psychology Today, meski Zoom Dysmorphia nggak muncul dalam Diagnostic Statiscal Manual (DSM) atau panduan diagnosa psikologi, tapi tanda-tanda fenomena ini cukup penting diperhatikan:

  • Cemas menghadiri pertemuan daring dengan kamera menyala
  • Mencoba terlihat sangat sempurna sebelum menyalakan kamera
  • Fokus pada penampilan diri sendiri di layar dan menemukan banyak kekurangan
  • Menganggap bahwa orang lain juga fokus dengan kekurangan yang kita rasakan
  • Timbul rasa cemas berlebihan bahkan takut menghadiri pertemuan langsung

Meski kegiatan pertemuan daring nggak bisa dihindari, tapi Zoom Dysmorphia bisa dicegah, lo!

Jangan fokus mengamatai orang lain | Credit by Anna Shvets on Pexels

Bagi sebagian orang, pertemuan daring di masa pandemi memang nggak bisa dihindari. Apalagi bagi pekerja yang menjalani work from home dan pelajar yang harus mengikuti kelas daring. Kendati demikian, Zoom Dysmorphia tetap bisa dicegah. Berikut beberapa cara mengurangi risiko Zoom Dysmorphia:

  • Jangan nyalakan kamera

Jika memungkinkan, jangan nyalakan kamera saat menghadiri pertemuan daring. Namun, jika memang aturannya harus menyalakan kamera, maka coba tutupi bagian layar yang menampilkan dirimu sendiri. Hal ini untuk mencegah pengamatan terhadap kekurangan diri sendiri.

  • Berusaha tampil profesional tanpa ekspektasi berlebihan

Meski pertemuan daring, profesionalitas memang cukup penting. Namun, jangan berekspektasi dengan penilaian orang terhadap dirimu soal penampilan. Anggap saja, semua orang nggak peduli dengan penampilan orang lain.

  • Jangan mengamati penampilan orang lain secara berlebihan

Ketika sudah berhenti mengamati diri sendiri, maka kamu juga harus berhenti mengamati penampilan orang lain. Hal ini hanya akan membuatmu membandingkan penampilan mereka dengan diri sendiri. Akhirnya, tetap saja kamu akan merasa kurang percaya diri

  • Kurangi penggunaan filter untuk menyempurnakan penampilan

Terbiasa menggunakan filter baik di platform pertemuan daring maupun media sosial bisa membuatmu kurang percaya diri di dunia nyata. Apalagi jika penampilanmu saat menggunakan filter justru banyak dipuji orang lain. Hal ini bisa menyebabkan kecemasan, karena penampilan yang dipuji bukan penampilan asli.

  • Menerima diri sendiri dengan apa adanya

Dalam keadaan apa pun, hal ini memang sangat penting untuk dilakukan. Baik pertemuan daring, maupun tatap muka langsung di dunia nyata, kamu harus bisa menerima diri sendiri sebaik mungkin. Jika ini sudah bisa dilakukan, kamu nggak perlu khawatir lagi jika harus bertemu orang di pertemuan langsung.

Selama pandemi belum usai dan pertemuan daring masih terus berlangsung, bahaya Zoom Dysmorphia memang harus diwaspadai. Kuncinya sih, jangan fokus sama kekurangan diri sendiri tapi potensi yang bisa kamu maksimalkan selama belum bisa menghadiri banyak pertemuan langsung. Sama jangan lupa, tetap cintai diri sendiri apa adanya~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat buku dan perjalanan

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE