11 Hal yang Perlu Kamu Tahu Jika Ingin Jadi Penulis Profesional

Menjadi penulis adalah pekerjaan yang kini makin banyak diimpikan anak muda Indonesia. Munculnya banyak penulis baru yang sukses dengan karyanya, keleluasaan waktu yang ditawarkan oleh pekerjaan ini, hingga kesempatan untuk meluapkan kreativitas membuat profesi penulis kian seksi di mata kita.

Advertisement

Apakah ada di antara kamu yang bercita-cita, atau justru sedang berjuang untuk menjadi penulis? Kali ini Hipwee akan memberikan panduan bagi kamu yang ingin mulai membangun karir di dunia kepenulisan profesional. Siap berjibaku dengan ide, kertas, pena, dan layar komputer demi mewujudkan cita-citamu?

1. Jadi Penulis Itu Bebas? Hey, Sesungguhnya Menjadi Penulis Adalah Pekerjaan yang Penuh Strategi

Dewi Lestari, terkenal dengan kemampuan risetnya yang mumpuni

Dewi Lestari, terkenal dengan kemampuan risetnya yang mumpuni via chacilsbooks.blogspot.com

Menjadi penulis tidaklah “sebebas” yang kamu bayangkan. Jika memang ingin menjadikan menulis sebagai sebuah pekerjaan, kamu tidak bisa menuliskan semua ide yang berkelebat di kepalamu tanpa melalui pertimbangan.

Sebelum menghasilkan sebuah karya kamu perlu membaca selera pasar, menetapkan target pembaca yang ingin kamu jangkau, hingga memastikan bahwa plot cerita yang kamu miliki menarik dan berbeda dari penulis lain.

Advertisement

Tak hanya berhenti di proses membaca pasar dan mencari ide, setelah karyamu selesai pun kamu masih perlu mengatur strategi. Sebagai penulis, penting bagimu untuk terus berinteraksi dengan pembaca. Loyalitas mereka untuk membeli karyamulah yang akan menentukan masa depanmu di dunia kepenulisan. Kamu wajib memutar otak untuk menemukan cara komunikasi yang paling baik. Bisa lewat blog, jejaring sosial, hingga acara kopi darat dengan pembaca setia.

2. Hanya Orang-Orang yang Tahan Banting dan Punya Komitmen Tinggi yang Bisa Bertahan Jadi Penulis

Menulis sebenarnya tak lebih ringan dari sebuah pertandingan maraton (Murakami)

Menulis sebenarnya tak lebih ringan dari sebuah pertandingan maraton (Murakami) via politiken.dk

Menulis bukanlah pekerjaan yang ringan. Oleh penulis asal Jepang Haruki Murakami, penulis diibaratkan sebagai seseorang yang sedang mengikuti pertandingan lari maraton. Demi mencapai garis finish, seseorang harus cerdik mengatur tenaga agar tak kelelahan di tengah jalan. Proses menyelesaikan sebuah naskah tulisan memang tidak lebih ringan dari pertandingan maraton.

Advertisement

Demi merampungkan sebuah draft naskah, kamu perlu menyisihkan waktu berbulan-bulan untuk menggodok ide dan mulai menuliskannya. Belum lagi jika tulisan yang kamu kerjakan memerlukan proses riset.

Saat kamu menulis sebuah novel dengan latar belakang negara lain yang belum pernah kamu kunjungi, misalnya. Demi mendapatkan gambaran yang tepat dan otentik, kamu harus rajin membaca buku yang berhubungan dengan negara tersebut, mengunjungi blog travel blogger yang sudah menuliskan catatan perjalanannya ke sana, sampai melakukan wawancara dengan warga lokal.

Proses menulis yang panjang membutuhkan tenaga dan komitmen yang tidak main-main. Untuk menjadi penulis yang bisa konsisten menghasilkan karya, kamu harus rela bekerja keras untuk terus menulis — tak peduli apapun rintangan yang menghadang di depan.

3. Kalau Masih Menulis Hanya Dengan Mengandalkan Mood, Pertimbangkan Ulang Cita-Citamu Untuk Jadi Penulis Profesional!

Kamu tak bisa hanya mengandalkan mood

Kamu tak bisa hanya mengandalkan mood via littleravenslibrary.blogspot.com

Penulis yang profesional memperlakukan aktivitas menulisnya sebagai sebuah pekerjaan yang tetap harus dilakukan setiap hari, tanpa peduli mood dan situasi hati. Tak peduli habis patah hati, gagal ujian, atau baru saja bertengkar dengan pacar — tak ada alasan untuk tidak menulis.

Kalau selama ini kamu memandang aktivitas menulis sebagai kegiatan menumpahkan isi hati yang hanya dilakukan saat mood yang tepat datang, coba pertimbangkan lagi cita-citamu. Mampukah kamu menempatkan diri sebagai mesin pencetak kata yang bisa terus menghasilkan karya tak peduli apapun keadaannya? Bisakah kamu mengesampingkan segala masalah pribadi untuk tetap melanjutkan plot cerita yang telah kamu buat sendiri?

4. Memutuskan Menjadi Penulis Berarti Mau Berusaha Memotivasi Diri Dan Mengalahkan Diri Sendiri

Hal terberat adalah mengalahkan diri sendiri

Hal terberat adalah mengalahkan diri sendiri via galleryhip.com

Sering kali, hal terberat yang harus dihadapi oleh penulis dalam proses berkarya adalah menemukan motivasi untuk memulai. Setiap memandang halaman kosong dari aplikasi pengolah kata yang terbuka di komputer, rasanya ada ketakutan untuk mulai menulis. Takut salah, takut karyanya tidak diterima, sampai khawatir jangan-jangan tulisan yang sekarang tidak sesukses karya yang terbit sebelumnya.

Jika memang ingin jadi penulis profesional, penting bagimu memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Perlu kamu tahu, menulis adalah proses yang sangat bergantung pada keuletan dan niat dari diri sendiri. Semangat dari orang lain tak akan banyak membantu jika kamu memang tidak menemukan dorongan berkarya dari dalam diri.

Seorang penulis yang bisa menjadikan kegiatan menulisnya sebagai pekerjaan adalah dia yang selalu bisa menemukan alasan untuk bangun dan kembali berkarya setiap hari. Calon penulis profesional adalah dia yang mampu mengalahkan kemalasan dan ketakutan yang berkecamuk di dalam diri, untuk kemudian duduk diam di depan laptop dan menuliskan hal-hal yang ia yakini.

5. Karya yang Sudah Kamu Hasilkan dan Dilempar ke Pasar Akan Jadi Milik Pembaca. Mereka Bebas Melakukan Apa Saja.

Once it's out from your hand, it doesn't belongs to you anymore

Once it’s out from your hand, it doesn’t belongs to you anymore via www.fanpop.com

Satu yang tak banyak orang tahu, menjadi penulis bukan berarti selamanya punya “hak milik” atas tulisanmu. Royalti dari hasil karyamu jelas akan tetap masuk ke rekeningmu, tapi sesungguhnya setelah karyamu dilempar ke pasar kamu sudah tak lagi punya kuasa untuk menentukan nasibnya.

Kamu bisa menemukan karyamu dipuji, atau malah dicaci-maki. Pembaca bisa menilaimu berdasarkan hasil karya yang kamu telurkan, kemudian memberikan label padamu sesuai keinginan mereka. Kamu bisa dibilang “penulis cerdas”, “penulis yang cuma mau cari duit”, sampai “penulis sampah yang karyanya tak pantas dibeli lagi.”

Sebaik dan seburuk apapun karya yang kamu hasilkan, kamu tak akan bisa memuaskan semua orang. Satu-satunya cara membuktikan bahwa kamu penulis yang patut dipertimbangkan adalah dengan terus konsisten menghasilkan karya, menyumpal mulut mereka yang tak suka dengan bukti kerja keras yang kamu godok dengan otak dan ketikan jari.

6. Bagaimana Jika Kamu Sedang Merasa Benar-Benar Tidak Bisa Menulis? Meski Hasil Tulisanmu Buruk, Tetaplah Menulis!

Seburuk apapun hasil tulisanmu, teruslah menulis!

Seburuk apapun hasil tulisanmu, teruslah menulis! via klim.dk

Setiap penulis pasti pernah mengalami writer’s block, yaitu sebuah kondisi dimana penulis kehilangan semangat dan ide untuk melanjutkan tulisannya. Writer’s block bisa disebabkan oleh kondisi penulis yang mungkin sedang memiliki banyak masalah pribadi, bisa juga datang karena kejenuhan setelah penulis lama berkarya tanpa pernah mengambil jeda untuk meliburkan otak.

Saat menghadapi hambatan macam inilah keuletan seorang penulis diuji. Jika kamu memang berminat untuk jadi penulis yang profesional, writer’s block harus bisa kamu kalahkan. Caranya? Tetaplah menulis! Perlakukan menulis sebagai sebuah pekerjaan kantoran yang wajib kamu lakukan selama 8 jam tiap harinya. Tak ada alasan untuk membolos hanya karena kamu sedang merasa tidak suka dengan pekerjaanmu.

Menulislah terus, tak peduli seberapa buruk hasilnya nanti. Bagi seorang penulis profesional, menuliskan seuatu yang buruk masih bisa diperbaiki lewat proses editing di kemudian hari. Tapi, menyerah pada keengganan diri adalah sebuah bentuk kekalahan.

7. Menjadi Penulis Akan Membuat Otakmu “Riuh”. Kamu Harus Siap Menangkap Ide-Ide Baru Setiap Waktu

Kamu harus siap menangkap ide baru sepanjang waktu

Kamu harus siap menangkap ide baru sepanjang waktu via static.squarespace.com

Menjadi penulis bukanlah pekerjaan yang cocok bagi orang yang ingin bisa bebas dari urusan pekerjaan setelah jam kerja mereka selesai. Otakmu akan selalu dipenuhi oleh ide, kamu akan dikejutkan oleh plot cerita yang tiba-tiba berubah, kamu juga harus selalu siap mencatat fakta yang kamu temui sehari-hari yang bisa digunakan untuk memperkuat jalinan cerita yang sedang kamu tulis.

Otak seorang penulis memang tak pernah sepi. Kamu bisa diibaratkan seperti sebuah sponge yang mampu menyerap air yang ditumpahkan kepadamu dengan cepat. Terbiasa menuturkan cerita pada orang lain membuatmu bisa mengubah hal sehari-hari jadi ide cerita yang menarik. Curhatan teman bisa kamu modifikasi jadi cerpen baru, perjalanan di akhir pekan bersama pacar bisa disulap jadi sebuah memoar perjalanan yang apik, bahkan percakapan orang yang tak sengaja kamu dengar di kafe juga bisa masuk jadi salah satu dialog di novelmu.

Datangnya ide-ide baru yang tak kenal waktu harus membuatmu tanggap. Mulai sekarang, biasakan untuk selalu mencatat setiap ide yang muncul. Tuliskan saja di draft pesan singkat ponsel, atau bisa juga kamu tulis di notebook kecil yang sengaja kamu bawa di kantung setiap waktu.

8. Kenali Pembacamu, Belajarlah Bicara Dengan Bahasa Mereka

Bertuturlah dalam bahasa pembaca

Bertuturlah dalam bahasa pembaca via www.flickr.com

Satu yang harus diingat dari perjuangan untuk menjadi penulis profesional:

Menjadikan menulis sebagai sebuah pekerjaan harusnya membuatmu tidak egois. Kamu tidak lagi menulis hanya untuk dirimu sendiri. Kini kamu menulis untuk orang lain yang rela mengeluarkan uang demi menikmati hasil karyamu. Maka, jadi kewajibanmu untuk memuaskan mereka!

Jangan malas untuk mengenali pembacamu. Search judul tulisan atau bahkan namamu di Google dan Twitter untuk menemukan komentar pembaca tentang hasil karya yang telah kamu telurkan. Tak hanya berhenti di situ, stalk media sosial mereka. Kenali siapa mereka, apa kesukaannya, lelucon apa yang mereka suka, gaya bahasa apa yang mereka gunakan dengan teman-teman.

Lewat cara ini sebenarnya kamu sedang menciptakan profil pembaca dan membentuk gaya komunikasi yang paling tepat dengan mereka. Ingat, tak semua orang mau susah payah memahami pemikiranmu. Kamu juga belum sehebat Neruda atau Dewi Lestari yang sudah punya penggemar setia ‘kan? Kadang, justru kamulah yang harus rela belajar bertutur sesuai gaya bahasa pembaca agar mereka lebih merasa dekat dan terhubung dengan tulisanmu.

9. Kalau Mau Bisa Menulis Dengan Bagus, Kamu Harus Baca Buku Bagus Terus Menerus!

Mau menulis bagus? Baca buku!

Mau menulis bagus? Baca buku! via www.tumblr.com

Sebelum menghadapi pertandingan besar, seorang perenang akan latihan berbulan-bulan demi mempersiapkan staminanya. Lewat latihan rutin, ia bisa menyempurnakan teknik, memperbaiki gaya napas, semua dilakukan agar lebih siap menghadapi lawan tanding di arena. Bagi penulis, persiapan macam ini juga harus ada. Sebelum dan sepanjang proses menulis sebuah karya, bekali dirimu dengan amunisi yang tepat.

Amunisi untuk penulis tak lain adalah buku hasil karya penulis lain. Jangan pernah malas membaca, bukalah diri untuk terus memperkaya referensi bacaan. Dengan menggiatkan diri untuk terus membaca, lama kelamaan gaya bertutur dan plot ceritamu akan makin kaya. Penulis-penulis lain yang karyanya kamu lahap akan memberikan pengaruh dalam gayamu mengungkapkan sebuah cerita.

Kalau mau jadi penulis profesional, kamu harus rela menahan diri untuk tidak belanja baju atau sepatu jika mau menghadiri peluncuran buku.

10. Jangan Percaya Pada Anggapan Orang Bahwa Penulis Adalah Pekerjaan yang Tak Bisa Menghasilkan Uang

Jeffrey Eugenides, penulis yang bisa hidup nyaman dari pekerjaannya

Jeffrey Eugenides, penulis yang bisa hidup nyaman dari pekerjaannya via miscellanynews.org

Hipwee pernah melakukan wawancara dengan Bernard Batubara, seorang penulis muda yang dengan lantang mengatakan bahwa ia bisa hidup dari pekerjaannya sebagai penulis. Saat ini, menjadi penulis memang kian menjanjikan. Selain Bara, masih ada penulis muda lain yang juga sukses: sebut saja Raditya Dika, Dewi Lestari, Agustinus Wibowo, hingga @shitlicious.

Jika mau melongok pada kunci keberhasilan mereka, sebenarnya ada 1 benang merah yang dapat kita temukan. Penulis-penulis sukses itu menetapkan target pembaca yang jelas, menulis dengan bahasa yang disukai pembaca, mereka juga tak menutup diri pada kesempatan menulis yang tak hanya sekedar mencetak karya di atas kertas.

Dewi Lestari juga menulis skenario untuk bukunya yang diadaptasi menjadi film, Bernard Batubara bekerja sebagai editor untuk sebuah penerbit yang banyak menerbitkan buku anak muda, Raditya Dika tak enggan menjai host di beberapa acara televisi dan rajin mengisi pelatihan penulisan kreatif di berbagai kota.

Jadi sebenarnya, pekerjaan sebagai penulis itu membuka banyak pintu kesempatan — yang tentunya dapat menghasilkan uang. Asal kamu terus mengembangkan jaringan dan jeli melihat kesempatan, hidup hanya dari menulis sangat mungkin untuk dilakukan. Jadi penulis itu nggak harus tinggal di kamar kecil yang suram dan bokek seumur hidup, kok! Penulis juga bisa hidup mapan.

11. Semekanis Apapun Pekerjaan Ini, Penulis Bukanlah Mesin. Ia yang Akan Bertahan Adalah Dia yang Terus Mengerjakan Karya-Karyanya Dengan Hati

Those who stays is the one who always pour their heart

Those who stay are the ones who always pour their heart via thoughttourist.wordpress.com

Menjadi penulis memang bukan hanya sekedar bisa menyusun kata-kata puitis dan mengembangkannya jadi sekedar cerita. Pekerjaan ini adalah gabungan dari niat, bakat, dan kemauan untuk bekerja keras tanpa henti demi mengembangkan diri. Menjadi profesional berarti bisa mematuhi deadline, mengesampingkan urusan pribadi agar tak mengganggu proses kreatif, hingga menyusun jalan cerita sesuai pasar pembaca yang ingin dituju.

Menulis memang bukan pekerjaan yang tanpa aturan dan tak terstruktur. Ia yang sukses berkarir di dunia ini adalah dia yang tegas pada diri sendiri untuk dapat menghasilkan karya secara konsisten. Namun, penulis bukanlah mesin. Pekerjaan ini tak hanya bertujuan menghasilkan karya — tapi juga membagi hal-hal yang kamu tahu dan yakini demi kebaikan pembaca.

Pembaca adalah orang-orang yang cerdas. Mereka bisa merasakan mana karya yang ditulis dengan tulus, mana karya yang diciptakan untuk memenuhi tenggat waktu semata. Sesuatu yang kamu sampaikan dari hati, juga akan mengena di hati pembaca. Dalam jangka panjang, penulis yang menciptakan karya-karyanya dengan melibatkan hati akan lebih bisa bertahan di dunia tulis menulis yang terus kedatangan pendatang baru ini.

Setelah membaca hal-hal yang Hipwee ungkapkan di atas, apakah keinginanmu untuk jadi penulis profesional makin kuat? Atau justru membuatmu berpikir ulang dan berganti haluan?

Apapun keputusanmu, semoga kamu mengambil jalan yang paling tepat. Selamat mengejar cita-citamu!

Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.

CLOSE