Ingin Jadi Penulis tapi Nggak Suka Baca Buku, Ngeblog, dan Sastra? Bisa!

Mereka: “Kerja di mana sekarang?”

Aku: “Di media online, nulis”

Mereka: “Lho, banting setir ya? Emang bisa nulis?”

Aku: “A@#$%^&!………..”

Advertisement

Kebanyakan orang akan mengernyitkan dahi ketika mengetahui pekerjaanku yang sekarang. Bagaimana tidak? Latar belakang pendidikan dan profesiku sebelumnya nggak ada sangkut pautnya dengan dunia tulis menulis. Ada sih, tapi nggak dominan. Belum lagi jika melihat kebiasaan, hobi, minat ataupun bakat yang kumiliki sejak dulu hingga sekarang. Rasanya hampir mustahil jika saat ini aku bisa mendapatkan status sebagai penulis. Penulis konten ataupun penulis kreatif di media online kesayangan kita semua.

Definisi penulis menurut KBBI; 1 orang yang menulis; 2 pengarang: ~ naskah; 3 panitera; sekretaris; setia usaha; 4 pelukis; penggambar

Aku pun bingung kategori penulis berdasarkan definisi yang mana untuk mendeskripsikan profesiku saat ini. Intinya, aku harus memutar otak untuk mencari ide-ide segar, mencari referensi yang bisa dijadikan inspirasi atau disadur, mengingat-ingat setiap detail pengalaman yang dialami (jika ingin menulis opini), lantas menuangkannya dalam bentuk tulisan untuk selanjutnya bisa dimuat dan menjadi bacaan yang layak. Namun belakangan, aku menemukan beberapa hal menarik dalam perjalanan karierku sebagai penulis. Baik hal-hal yang menjatuhkan hingga menyemangati.

Advertisement

Merasa kecil di antara mereka; para penulis yang nggak bisa hidup tanpa baca buku, meluangkan waktu untuk nulis blog, serta hafal beberapa penulis dan sastrawan andal Tanah Air maupun mancanegara

Buku bacaan adalah surga via lifestyle.liputan6.com

Entah sudah beberapa kali aku merasa bingung saat melihat mereka, yang juga seorang penulis, namun punya kebiasaan dan minat yang sangat berkebalikan denganku. Di saat penulis lain selalu membaca buku yang berbeda tiap harinya, aku sibuk menentukan ke mana tujuan piknik atau olahraga santai di akhir pekan. Di saat penulis lain mengikuti undangan blogger lantas mengunggah tulisan blognya di medsos, aku malah posting gambar-gambar oke (menurut hemat saya) hasil jepretan pribadi yang dibumbui caption menarik. Dan ketika penulis-penulis itu ngobrol seru membahas salah satu karya dari penulis atau sastrawan ternama, aku hanya bisa tebak lagu dan siapa penyanyinya.

Kadang-kadang  berpikir dan meragukan statusku sebagai penulis. Dan berkali-kali aku mencoba untuk menyelami kehidupan seperti kebanyakan penulis lainnya. Membaca buku, menulis blog, menanggapi karya tulisan, atau bahkan membuat puisi. Tapi sayang, nihil. Aku belum bisa menyenangi kegiatan-kegiatan tadi seperti halnya aku berhasil doyan buah melon setelah sebelumnya selalu hampir muntah mencium baunya. Mungkin lain kali aku harus mencobanya lebih serius.

Kemampuan menulis itu ada macam-macam, nggak terpancang harus bisa menuangkan kata-kata puitis atau berimajinasi dalam cerita fiksi saja

Tak melulu syair-syair puitis menyayat hati via redperception.blogspot.co.id

Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, minatku terhadap hal-hal yang berkenaan dengan penulis-penulis pada umumnya (baca buku, ngeblog, suka syair/puisi) sangat minim sekali. Namun nyatanya, setahun lebih sudah aku menjalani profesi sebagai seorang penulis, terlepas dari definisi penulis yang dipahami banyak orang. Tapi menurutku, kemampuan menulis itu macam-macam, dan berbeda-beda setiap orang. Mungkin bagi mereka yang terbiasa menulis syair melankolis, menuangkan imajinasinya menjadi cerita fiksi, atau mengkritisi situasi politik maupun fenomena dramatis yang terjadi di sekitar, definisi menulis akan berbeda denganku yang mulanya hanya menulis promosi penjualan, press release dan review pertunjukan musik. Betul, talenta setiap orang berbeda, termasuk juga kami para penulis.

Advertisement

Nggak ada istilah penulis instan, yang ada hanyalah seseorang yang punya kemauan untuk berbagi pengalaman dan informasi untuk orang lain

Menulis itu bisa dipelajari via hipwee.com

Mungkin kamu berasal dari latar belakang yang sama sekali nggak berhubungan dengan dunia tulis menulis, tapi bukan berarti kamu nggak bisa menjadi penulis, atau setidaknya menjalani profesi sebagai penulis. Jangan percaya kalau ada yang bilang bakat itu bawaan lahir. Ungkapan itu hanya akan mematikan niat kita untuk belajar, meskipun ada beberapa yang memang punya bakat sejak lahir. Bakat itu bisa dipelajari. Begitupun kemampuan menulis. Asal kamu punya niat untuk mencoba dan mempelajari satu hal yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya, sudah bisa dipastikan jawabannya adalah BISA.

Sebelumnya aku memang pernah mengecap diriku sebagai penulis instan lantaran ada beberapa hal yang menjadikanku ‘nggak memenuhi syarat sebagai penulis’. Tapi tunggu, nggak ada sesuatu yang instan. Mi instan pun melalui berbagai proses untuk bisa disebut sebagai mi instan hingga akhirnya layak untuk dikonsumsi.

Bagiku, menjalani profesi sebagai penulis adalah hal baru yang bisa dipelajari, meski nggak mudah. Menjadi seorang penulis bukan karena senang menulis, tapi pure karena menjalani profesi yang diamanatkan sang Maha Kuasa. Dia sangat mengerti bahwa kita memang BISA. Pada perjalanannya, aku pun memahami bahwa nggak semua profesi akan berjalan mulus jika sesuai passion, karena jika kita mau menekuni, rezeki pun akan datang tiada henti. Dan hingga kini aku terus mengamini bahwa menulis adalah suatu tindakan mulia, berbagi sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.

Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

salt of the earth, light of the world

CLOSE