Untuk Pencari Beasiswa, TOEFL Udah Nggak Zaman! Biar Peluangmu Naik, Ini 5 Trik Menguasai IELTS!

Untuk kamu para pemburu beasiswa, mungkin udah nggak asing lagi dengan TOEFL. Yup, tes tersebut bertujuan untuk menguji kemampuan berbahasa Inggris seseorang. Meski untuk meraih skor tinggi dalam TOEFL itu terbilang sulit, kamu harus tetap menjalaninya sebagai fase dari perjalananmu meraih beasiswa. Makanya, tak heran jika langkah pertama pencari beasiswa adalah mati-matian belajar modul persiapan TOEFL. Mungkin yang selalu update masalah beasiswa sudah menyadari tren belakangan ini, bahwa popularitas TOEFL sebagai persyaratan utama itu makin tergeser. Maksudnya? Makin banyak penyelenggara beasiswa yang tidak menuliskan TOEFL sebagai persyaratan utama.

Eitss, jangan senang dulu! Itu bukan berarti, syarat sertifikasi Bahasa Inggris dihapuskan. TOEFL yang dulunya didewakan, kini mulai tergantikan dengan sertifikasi Bahasa Inggris yang mungkin masih terdengar lebih asing, International English Language Testing System atau IELTS. Gampangnya, TOEFL itu Amerika-sentris sementara IELTS lebih Persemakmuran Inggris-sentris. Kecuali tujuan utamamu memang hanya Amerika Serikat, saat ini memiliki sertifikasi IELTS tampaknya jauh lebih menguntungkan sebagai pemburu beasiswa.

Nah kali ini Hipwee ingin kasih kisi-kisi penting tentang IELTS karena meski sama-sama tes Bahasa Inggris, nyatanya TOEFL dan IELTS banyak perbedaannya.

1. IELTS lebih populer dan sayangnya juga lebih mahal. Tapi itu investasi wajib bagi tiap pemburu besiswa! Pastikan saja pertaruhan duitmu tak terbuang sia-sia karena kurang persiapan

Tes IELTS lebih mahal, karenanya harus dengan persiapan matang.

Tes IELTS lebih mahal, karenanya harus dengan persiapan matang via britishcouncil.gr

IELTS maupun TOEFL sama-sama dibandrol dengan dollar, jadi berapa rupiah tarif tes kompetensi Bahasa Inggris ini akan sangat tergantung nilai tukar mata uang pada saat kamu mendaftar. TOEFL sendiri sebenarnya sudah mahal. TOEFL Internet-based Test atau iBT dibandrol di kisaran USD 180-190. TOEFL Institutional Testing Program atau ITP, memang jauh lebih murah yakni antara USD 30-40. Tapi penggunaan TOEFL level institusi ini biasanya terbatas, kalaupun ada beasiswa atau universitas asing yang mau menerima, jumlahnya hanya sedikit.

Sementara IELTS yang sedang populer di kalangan peyelenggara beasiswa tersebut tarifnya mencapai USD 220. Mau akhirnya kamu memutuskan mengambil tes IELTS, TOEFL iBT, atau hanya ITP, semuanya pun harus mengeluarkan biaya. Jadi, ya sudah seharusnya kamu mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Tapi karena mungkin IELTS lebih mahal dibanding yang lain, persiapanmu harus lebih ekstra. Jika nilai tak memuaskan atau bahkan tidak mencapai band score atau nilai keseluruhan rata-rata yang biasanya dipatok oleh penyelenggara beasiswa yaitu 6,5, masa iya kamu mau menghabiskan USD 220 lagi untuk daftar lagi?

2. Tes Bahasa Inggris yang berpusat pada standardisasi negara-negara persemakmuran Inggris Raya ini, akan menguji listening-mu dengan aksen-aksen yang jauh beda dengan listening TOEFL

Sering-sering nonton film berbahasa Inggris aksen British atau Australia.

Maraton nonton ulang serial Harry Potter boleh tuh jadi strategi via pinterest.com

Disamping tarif, ini mungkin perbedaan antara IELTS dan TOEFL yang sering membuat banyak orang panik. Terutama jika kamu mengambil tes IELTS tanpa persiapan mumpuni. Pasti kaget mendengar kaset listening-nya karena aksen Bahasa Inggris di tiap-tiap pertanyaan akan berbeda. Meski kamu kira sudah terbiasa dengan tes listening karena sering belajar dari film-film Hollywood, listening IELTS akan mengejutkanmu.

Aksen dari negara-negara persemakmuran Inggris seperti Australia, New Zealand, dan Inggris atau British sendiri akan bergantian muncul di setiap topik pertanyaan. Jadi tak cukup hanya familiar dengan aksen Bahasa Inggris yang selama ini kamu kenal lewat film atau serial tv populer, coba deh mulai sekarang cari film-film Inggris atau Australia sebagai persiapan IELTS. Tapi kunci utamanya, tetap harus tenang sih ketika mendengarkan. Jangan panik meski aksennya terdengar macam bahasa alien!

3. Tes speaking IELTS juga bakal bikin kamu tambah deg-degan. Beda sama TOEFL iBT yang mengharuskanmu bicara pada layar komputer, dalam IELTS kamu mesti berhadapan dengan native speaker

Jangan nervous sampai lupa mau bilang apa

Jangan nervous sampai lupa mau bilang apa via parade.com

Secara keseluruhan, IELTS memang tampaknya lebih sulit dibandingkan TOEFL. Terlebih lagi jika kamu belum terbiasa dengan format tesnya karena selama ini lebih banyak les-les atau belajar TOEFL sendiri. Salah satu tahapan tes kompetensi IELTS yang lebih menantang dibanding TOEFL adalah bagian listening-nya. Beda dengan TOEFL ITP yang bahkan tak ada tes listening-nya atau TOEFL iBT yang semua bagian dikerjakan melalui komputer, kamu harus berhadapan dengan native speaker dalam tes listening IELTS.

Lagi-lagi, ketenangan hati adalah kunci utama untuk menghadapi situasi yang pasti bakal buat siapapun deg-degan. Persiapan yang matang tentu saja juga harus dilakukan. Sebelum buru-buru memulai percakapanmu, coba deh pikirkan sejenak kerangka sederhana akan hal-hal yang ingin kamu bicarakan. Daripada terpotong di tengah karena kehabisan ide, mending pause sebentar di depan untuk menyusun strategi. Perbanyak juga omong ke diri sendiri menggunakan segala Bahasa Inggris yang kamu ketahui. Tampak percaya diri juga penting untuk bisa dapat nilai tambahan dari penguji.

4. Beda dengan soal-soal TOEFL yang banyaknya tersurat, soal reading IELTS semuanya tentang informasi yang tersirat. Jadi tak bisa hanya sekadar membaca sederhana, tapi paham sepenuhnya

Tak cuma tahu arti kata per kata, tapi paham makna keseluruhan

Tak cuma tahu arti kata per kata, tapi paham makna keseluruhan via businessinsider.com

Mungkin faktor kesulitan inilah yang justru membuat popularitasnya makin tinggi di kalangan penyelenggara beasiswa. Pastinya, mereka ingin mendapatkan kandidat beasiswa yang berkualitas. Tiap bagian dari tes kompetensi Bahasa Inggris ini, dari listening, speaking, sampai reading, tampaknya setingkat lebih tinggi dari tes kompetensi TOEFL. Reading IELTS ini seringkali jadi bagian yang awalnya tampak tak berbahaya tapi ternyata justru akhirnya jadi momok terbesar.

Soal-soal pertanyaan dalam tahapan reading IELTS tak ada yang menanyakan informasi sederhana yang jelas-jelas tertera dalam artikel bacaan. Pasti selalu bertanya tentang makna dibalik semua informasi yang tertera. Jadi selain bisa baca dan tahu arti harafiahnya, kamu harus punya pemahaman mendalam biar tahu informasi-informasi yang tersirat. Haduh tambah susah ya! Jangan putus asa, manusia memang harus terus berkembang! Yakin deh asal tekadmu kuat dan kerja kerasmu tak pernah putus, pasti ada jalan!

5. Tantangan IELTS juga pastinya ada di tahapan writing. Tak hanya sekadar mengetes kompetensi menulis Bahasa Inggris setingkat buku diari, tes writing IELTS ingin memastikan kamu bisa menulis tesis akhirmu

Ujian writing

Pasti bisa menulis tesis dengan baik jika writingnya sudah terbukti lewat IELTS via www.britishcouncil.or.th

Kekhawatiran terbesar para penerima beasiswa yang melanjutkan studi di luar negeri adalah untuk bisa selesai menulis tesis dan lulus tepat waktu. Karena, beasiswa pasti hanya akan disediakan dalam kurun waktu tertentu. Tak ada mahasiswa beasiswa yang mau membiayai biaya kuliahnya sendiri akibat kehabisan beasiswa karena penulisan tesisnya molor. Kalau cuma kuliah di Indonesia mungkin orangtua atau tabunganmu bisa menanggung, tapi kalau di luar negeri yang biayanya selangit? Amit-amit deh.

Maka itu kemampuan menulis tesis sepenuhnya dalam Bahasa Inggris itu sangat penting. Selamanya ini kecenderungannya meskipun nilai TOEFLnya lumayan, kemampuan menulisnya belum terlalu ilmiah. Inilah yang tampaknya ingin diperbaiki lewat tes writing IELTS. Bukan sekadar mengekspresikan ide dalam bentuk tulisan, bagian tes writing IELTS yang terbagi dua bagian, mengharuskanmu mampu menuliskan rangkuman data. Bagian pertama, kamu harus mampu menjelaskan data dalam bentuk grafik, tabel, atau diagram. Sedangkan di bagian kedua, kamu diminta untuk menuliskan argumentasi yang lengkap.

Aturan penilain yang cukup kaku juga menambah faktor kesulitan dari tahapan ini. Tapi untuk pemburu beasiswa yang benar-benar serius, tetap harus dicoba. Toh ketika kamu berhasil mendapatkan beasiswa, akhirnya pun kamu harus belajar menulis ilmiah sepenuhnya dalam Bahasa Inggris. Anggap saja sekalian belajar IELTS untuk mempersiapkan kompetensimu menghadapi ujian akhir dari studimu yaitu menulis tesis. Kenali betul aturan atau kriteria penilaian writing IELTS. Dari panjang tulisan minimal sampai kata-kata apa saja yang harus ada di paragraf pertama. Itu semua ada formula, kamu bisa mulai browsing-browsing dari situs latihan IELTS gratis atau kalau ada rezeki lebih, belilah buku panduan IELTS di toko buku.

Karena TOEFL dan IELTS berbeda jauh, kamu perlu persiapan matang untuk biasakan diri. Latihanlah soal baiknya kamu gencarkan 5 jam perhari selama 2 minggu sebelum ujian!

Persiapkan dengan matang.

Simulasi IELTS terus-menerus demi hasil yang terbaik via www.thiielts.net

Dua minggu sebelum tes IELTS, pastikan kamu latihan soal 5 jam perhari. Waktu tersebut terbilang cukup untuk mematangkan kesiapanmu menghadapi serangkaian ujian IELTS yang begitu menantang. Lebih asyik lagi kalau kamu membentuk kelompok belajar bersama dengan teman-teman yang juga akan mengikuti ujian IELTS. Pastikan untuk memulai belajar dengan latihan soal lebih dulu demi mengukur kekuranganmu di bagian mana, apakah writing, reading, listening dan speaking. Cek juga progresmu dari hari ke hari, minggu ke minggu, apakah kesalahanmu makin berkurang atau malah makin bertambah.

Dengan persiapan yang matang, semoga skor IELTS yang kamu inginkan bisa kamu raih. Bahwa skor IELTS 6,5 nggak akan menjadi mustahil dengan usaha yang keras!

Baca sepuasnya konten-konten pembelajaran Masterclass Hipwee, bebas dari iklan, dengan berlangganan Hipwee Premium.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.