5 Cara Bedakan Gejala Tifus dan DBD. Demamnya Hampir Mirip, Tapi Jangan Sampai Terkecoh, Ya!

Di tengah cuaca yang nggak menentu seperti sekarang ini; angin kencang, hujan lebat, kadang panas menyengat, kerap memunculkan beberapa penyakit seperti halnya tifus dan DBD (Demam Berdarah Dengue). Kedua penyakit langganan masyarakat Indonesia ini termasuk penyakit yang berbahaya namun sulit untuk dibedakan satu dengan lainnya. Bentuk gejala yang ditimbulkannya nggak jauh berbeda sehingga banyak orang keliru menganggap demam tifus adalah demam DBD, begitu pun sebaliknya. Padahal jika salah menduga jenis penyakit yang diderita, nantinya bisa menyebabkan kesalahan penanganan juga.

Advertisement

Nah, biar nggak salah diagnosa, setidaknya kamu tahu perbedaan antara gejala tifus dan DBD, meskipun nantinya bakal kamu periksakan ke dokter juga. Baca baik-bak, ya!

1. Tifus akan menimbulkan demam yang cenderung naik turun dan berpola waktunya, sedangkan demam pada DBD sangat tinggi dan berlangsung sepanjang hari

Sama-sama demam via www.breastfeedingbasics.com

Pada awalnya, demam pada tifus nggak begitu tinggi, tapi akan meningkat secara bertahap hingga mencapai lebih dari 38 derajat Celcius setiap hari di minggu pertama. Umunya, demam akan tinggi-tingginya pada sore hingga malam hari dan akan kembali turun pada pagi harinya. Demam pada tifus biasanya akan disertai nyeri kepala hebat hingga bisa terjadi gangguan kesadaran seperti meracau.

Sebaliknya, demam pada DBD akan berlangsung sepanjang hari, nggak hanya sore dan malam hari saja seperti pada tifus. Selain itu, demam yang diderita cenderung tinggi dan bisa mencapai 41 derajat Celcius disertai tubuh yang menggigil.

Advertisement

2. Bintik merah yang muncul pada penderita DBD lebih sering terjadi ketimbang pada penderita tifus

Bintik merah pada kulit via www.mylifeinsin.com

Pada DBD, akan muncul bintik merah di bagian bawah kulit yang terjadi akibat pendarahan dan nggak pudar jika ditekan. Biasanya, bintik merah ini baru akan muncul setelah penderita mengalami demam selama beberapa hari. Pada beberapa kasus, demam DBD juga akan menyebabkan mimisan dan pendarahan ringan pada gusi.

Pada tifus, kemungkinan munculnya bintik merah juga bisa terjadi, tapi hanya di bagian dada saja. Bintik merah ini bukan merupakan bintik pendarahan, namun akibat infeksi dari bakteri Salmonella.

3. Gejala lainnya akan muncul pada bagian tubuh yang berbeda tergantung dari titik penyerangan bakteri tifus dan virus DBD

Advertisement

Gejala pada bagian tubuh yang berbeda via hipwee.com

Pada tifus, bagian yang diserang berada di sekitar area usus, dan dilanjutkan pada bagian lainnya seperti halnya limpa, hati, dan juga bagian dari kantung empedu. Karena berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga gejala demam pasti disertai dengan gejala sakit di saluran cerna, seperti rasa nggak enak pada perut seperti kembung, diare, bahkan sembelit, hingga batuk kering yang juga disertai dengan sakit pada bagian tenggorokan. Gejala lain yang mungkin terjadi seperti bibir kering, merah pada tepi lidah dan tengahnya berlapis putih.

Pada DBD, terdapat nyeri pada ulu hati yang sangat khas. Nyeri ini bukan seperti gejala maag. Terkadang juga menyebabkan nyeri otot, sendi, dan tulang yang mulai terasa setelah demam muncul. Selain itu, DBD juga akan memunculkan gejala sakit kepala parah, mual, dan muntah.

4. Penurunan demamnya juga berbeda pada tifus dan DBD, perhatikan baik-baik biar nggak salah terka

Penurunan panas yang berbeda waktunya via sandrakamiaksaratoga.blogspot.co.id

Temperatur tubuh penderita tifus akan menurun di akhir minggu ketiga, namun jika nggak segera ditangani, komplikasi mungkin akan muncul di tahap ini, seperti pendarahan hingga pecahnya usus. Suhu demam akan terus menurun perlahan hingga pada minggu keempat. Pada fase ini, akan muncul gejala-gejala seperti mengigau dan berbaring kelelahan tanpa gerakan dengan mata setengah tertutup, hingga komplikasi yang membahayakan nyawa. Pada sebagian kasus, gejala dapat kembali muncul dua minggu setelah demam mereda.

Sedangkan pada DBD, biasanya demam akan mulai menurun pada hari ketiga, sehingga seringkali dianggap bahwa sakitnya sudah sembuh. Padahal, kamu perlu waspada, jika demam kembali mendera, maka perlu perhatian khusus untuk menjaga kondisi kesehatan tetap stabil agar nggak terjadi hal-hal buruk yang nggak diinginkan.

5. Tingkat komplikasinya pun berbeda-beda, tapi sama-sama berbahayanya

Tingkat komplikasi yang berbeda via www.thoughtco.com

Berbeda dengan DBD yang penderitanya bisa mengalami syok (kehilangan cairan parah) yang cukup sering terjadi, penderita tifus umumnya nggak mengalami syok jika belum terjadi komplikasi.

Komplikasi tifus dapat menyebabkan perforasi usus (lubang pada usus) yang bisa mengakibatkan isi usus bocor ke rongga perut dan menimbulkan infeksi. Jika rongga perut sudah terinfeksi, hal tersebut akan menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi pada jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Infeksi ini dapat mengakibatkan berbagai organ berhenti berfungsi. Sedangkan komplikasi yang paling mungkin terjadi pada DBD adalah kerusakan pembuluh darah yang dapat menyebabkan perdarahan. Jika nggak segera ditangani, kondisi ini akan menyebabkan kegagalan sistem organ dalam yang berujung kematian.

Selain dengan mengetahui gejala-gejala yang terjadi pada tubuh, satu-satunya untuk memastikan demam yang alami merupakan gejala tifus atau DBD adalah dengan melakukan tes darah. Jadi, jika kamu mengalami demam tinggi yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga hari, segeralah berkonsultasi dengan dokter dan melakukan pemeriksaan darah di laboratorium terdekat untuk mengetahui secara pasti penyakit yang kamu derita. Semoga selalu sehat, ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

salt of the earth, light of the world

CLOSE