7 Akibat Buruk Kelebihan Protein dalam Tubuh

Tubuh kita memerlukan berbagai nutrisi penting baik untuk pertumbuhan maupun menjaga fungsi jaringan. Salah satu nutrisi paling penting adalah protein yang berperan dalam proses pembentukan sel-sel dan jaringan dalam tubuh.

Advertisement

Selain itu, protein juga berperan dalam produksi enzim dan hormon yang membantu proses metabolisme. Kendati demikian, konsumsi protein berlebih bisa menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan lo.

Meski, kebutuhan protein harian tiap orang memang berbeda-beda sesuai usia dan aktivitas harian. Kelebihan protein dalam tubuh tidak disimpan, akan tetapi dirombak dalam hati menjadi urea dan senyawa lain yang bermanfaat .

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia , orang dewasa yang nggak begitu aktif disarankan untuk mencukupi protein harian sebanyak 50-70 gram atau sekitar dua genggaman daging, ikan, tahu, atau kacang-kacangan.

Advertisement

Sementara anak-anak usia 1-9 tahun sebanyak 20-40 gram, remaja 50-75 gram dan wanita hamil atau menyusui 70-85 gram. Takaran tersebut cukup aman untuk menghindari risiko kelebihan protein dalam tubuh yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan.

Akibat Kelebihan Protein dalam Tubuh

1. Menyebabkan tubuh mengalami ketosis dan menyebabkan bau mulut

Bau mulut | Creit by Syda_production on depositphoto

Mengonsumsi makanan berprotein tinggi dalam jumlah banyak menyebabkan tubuh mengalami ketosis. Kondisi ini disebabkan karena tubuh menghasilkan banyak zat keton karena tingginya metabolisme protein. Zat keton ini menghasilkan bau tak sedap yang menyebabkan bau mulut.

Sayangnya kondisi ini nggak bisa hilang hanya dengan sikat gigi, karena bau tak sedap tersebut berasal dari lambung dan usus. Solusinya, kamu harus minum air putih yang banyak dan mengunyah permen karet untuk menyamarkan bau mulut akibat ketosis.

Advertisement

2. Menimbulkan berbagai masalah kulit

Gatal-gatal | Credit by Tharakom on depositphoto

Asam amino  merupakan zat yang dihasilkan oleh metabolisme protein. Ketika tubuh mengalami kelebihan protein, maka produksi asam amino semakin meningkat. Salah satu akibat dari tingginya asam amino adalah rusaknya jaringan kulit, sehingga bisa menyebabkan berbagai masalah kulit seperti jerawat, gatal-gatal, bahkan bisul.

3. Kelebihan protein bisa meningkatkan berat badan

Peningkatan berat badan | Credit by Billiondigital on depositphoto

Pada program diet karbo, biasanya konsumsi nasi diganti dengan makanan berprotein tinggi. Mungkin cara ini cukup efektif menurunkan berat badan secara drastis, karena protein mampu menggantikan kebutuhan karbohidrat.

Namun, dalam jangka panjang kelebihan protein dalam tubuh disimpan sebagai lemak. Sehingga saat lemak sudah menumpuk, otomatis berat badan justru akan meningkat. Apalagi jika ditambah asupan makanan tinggi kalori.

4. Meningkatkan risiko penyakit jantung

Meningkatkan risiko penyakit jantung | Credit by Suriyaphoto

Penyakit jantung merupakan salah satu risiko diet dengan mengonsumsi protein tinggi. Biasanya, dalam program diet ini, karbohidrat diganti dengan konsumsi daging merah dan susu tinggi protein. Kandungan lemak jenuh dan kolesterol tinggi tersebut menyebabkan tubuh kelebihan protein hewani. Hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Menurut penelitian, lemak jenuh bisa meningkatkan kolesterol dan menyebabkan penyakit jantung koroner. Kendati demikian, risiko ini bisa dicegah dengan olahraga rutin saat mengonsumsi makanan tinggi protein.

5. Menyebabkan diare hingga dehidrasi pada anak

Diare dan dehidrasi pada anak | Credit by Kwanchaichaiudom on depositphoto

Makanan tinggi protein memang penting bagi pertumbuhan anak. Namun, jika nggak diimbangi dengan asupan serat yang cukup, tubuh akan kesulitan menoleransi laktosa susu. Kelebihan laktosa dari susu tinggi protein inilah yang bisa menyebabkan diare pada anak.

Selain itu, kelebihan protein juga menyebabkan tubuh kelebihan nitrogen. Jika level nitrogen cukup tinggi, maka tubuh akan mengeluarkannya melalui cairan. Kondisi ini bisa menyebabkan dehidrasi.

6. Kelebihan protein pada ibu hamil sebagai indikasi gangguan fungsi ginjal dan meningkatkan risiko pre-eklampsia

Risiko pre-eke | Credit by Odua on depositphoto

Salah satu rangkaian tes yang harus dijalani ibu hamil adalah tes untuk mendeteksi kadar protein dalam urine. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi fungsi ginjal. Jika protein dalam urine berlebihan, maka bisa mengindikasikan ada masalah pada ginjal.

Selain itu, kelebihan protein pada urine ibu hamil bisa menyebabkan risiko pre-eklampsia atau komplikasi kehamilan. Untuk mengurangi risiko ini, biasanya bumil disarankan untuk mengonsumsi protein yang rendah lemak dan menghindari daging merah yang menyebabkan protein berlebihan.

7. Meningkatkan risiko kerusakan ginjal

Endapan protein bisa menyebabkan batu ginjal | Credit by Lightsource on depositphoto

Salah satu penyebab kerusakan ginjal adalah kelebihan protein. Protein yang berlebih dalam tubuh akan meningkatkan nitrogen dan produk limbah dari metabolisme protein.

Hal ini membuat ginjal harus bekerja ekstra keras untuk menyaring nitrogen yang hanya bisa dikeluarkan melalui cairan. Akibatnya, fungsi ginjal mudah terganggu bahkan pada tingkat yang lebih parah bisa mengalami disfungsi atau gagal ginjal.

Nah, itulah beberapa dampak kelebihan protein dalam tubuh mulai dari yang ringan hingga bisa menyebabkan penyakit kronis. Setelah mengetahui dampak kelebihan protein ini, kita jadi bisa lebih waspada dan bisa mengontrol asupan protein supaya sesuai dengan kebutuhan.

Sebab, kekurangan protein pun bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti rambut rontok, lemas, mudah lelah, jaringan luka yang sulit sembuh, hingga menurunnya sistem kekebalan tubuh.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya More

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat buku dan perjalanan

Editor

Digital Marketing Enthusiast dan sedang belajar tentang Search Engine Optimization.

Loading...