5 Penyebab Ngaret yang Mesti Dihindari, Stop Biarkan Kebiasaan ini Jadi Budaya yang Lestari

Menghilangkan kebiasaan ngaret

Siapa sih yang nggak pernah ngaret? Atau minimal, pasti punya teman yang suka ngaret kan? Baik untuk urusan janjian atau dalam mengerjakan sesuatu. Padahal kegiatan menunggu sesuatu yang nggak kunjung tiba itu mengesalkan, tapi masih saja, kebiasaan molor dari waktu janjian itu dilakukan.

Kebanyakan dari kita kadung nyaman dengan kebiasaan mengulur waktu, karena percaya orang yang menunggu pun pasti maklum. Padahal, ketidakdisiplinan itu awal dari melemahnya produktivitas hidup. Pekerjaan bisa saja jadi numpuk, temanmu yang menunggu bisa saja jadi lapuk! Nah, nggak ada alasan untuk tetap melestarikan kebiasaan ngaret ini. Sebagai usaha menghapuskan ‘budaya’ ngaret, kamu harus tahu penyebab apa yang bikin orang suka ngaret. Simak!

1. Suka menunda-nunda sebagai bentuk meremehkan waktu

Persoalan utama orang yang suka ngaret adalah sesederhana menunda melakukan apa yang harus dilakukan. Nyetel alarm dengan niat bangun jam 5 pagi, tapi di-snooze sampai jam 7. Bilang lagi OTW ke teman, tapi masih gegoleran. Padahal, menganggap remeh waktu seperti itu akan berdampak buruk kepada produktivitas dan lebih jauh menghilangkan kepercayaan orang lain. Mencoba disiplin sejak bangun tidur adalah langkah baik dalam menghindari ngaret.

2. Sembrono memperkirakan waktu adalah imbas dari meremehkan waktu

kelimpungan sendiri karena sadar telah keliru memperkirakan waktu via www.lendio.com

Meskipun jumlah jam dalam sehari itu nggak berubah-ubah, tapi tetap saja kita bisa salah dalam memperkirakannya. Sebagai contoh, kita kadang terbiasa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu, dengan perkiraan akan bisa menuntaskannya dengan cepat. Padahal multitasking hanya akan membuat fokus nggak terkonsentrasi dan buyar dengan apa yang sedang dikerjakan. Alhasil pekerjaan selesai jauh dari waktu yang diperkirakan deh.

3. Merasa rugi kalau tepat waktu sementara orang lain ngaret

pabji dulu ah.. yang lain juga telat pasti~ via www.easyacc.com

“Ah, yang lain pasti juga pada telat. Berangkatnya dua jam lagi aja~”

Banyak yang berpikir kalau ia datang on time, sementara orang lain telat, maka ia merasa dirugikan. Dan biar nggak ada yang merasa dirugikan, maka masing-masing saling telat, dan mewajarkan kegiatan itu sebagai bentuk mempertahankan keuntungan. Aneh sih, tapi benar terjadi. Menjadi berbeda karena disiplin dianggap merugikan. Ini awal mengapa ngaret jadi seperti budaya. Masing-masing kita saling melestarikan.

4. Orang yang suka ngaret kurang berempati kepada waktu orang yang sedang menunggu

hadeeh.. kesibukanku nggak cuma nungguin kamu via wall.alphacoders.com

Ini penting. Jika memang nggak bisa tepat waktu karena berbagai alasan, ada baiknya bilang terus terang. Jangan malah berpikiran kalau yang menunggu menikmati penantiannya. Menunggu itu nggak ada seru-serunya. Cobalah untuk bisa berempati dan memahami perasaan serta kesibukan orang yang menunggu. Lebih jauh, kamu harus berempati juga kepada dirimu. Bukankah kamu memiliki kesibukan lain yang jadi terkorbankan?

5. Suka menyalahkan keadaan atas kontra produktif yang dialami

cakung buat denger lagu sealbum nih, kerjanya nanti aja… via theyoungprofessionalgroup.com

“Duh… cakung banget buat mageran, sih. Jadi nggak beres kan, kerjaan!”

Kamu nggak perlu menyalahkan keadaan atas kemalasan dan ketidakdisiplinanmu. Sampai kiamat nanti, waktu dalam sehari semalam itu hanya 24 jam. Kamu harus bisa menghargai waktu dengan segala kesibukanmu di dalamnya. Jika kamu nggak punya kontrol yang baik atas waktu, sudah jelas kamu nggak akan produktif dalam berkegiatan. Lebih jauh, tindakan menyalahkan keadaan akan menjadi tameng atas segala kegagalan yang kamu terima.

Kadang beberapa dari penyebab ngaret ini dilakukan tanpa disadari. Maka dari itu, yuk, mulai niatkan untuk bisa menghargai waktu sendiri dan orang lain, dan disiplin melakukan kegiatan di dalamnya. Nggak perlu merasa rugi kalau disiplin. Anggap saja itu bentuk lebih halusmu, dalam menegur kebiasaan ngaret orang di sekitarmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

salt of the earth, light of the world