Punya Makna Filosofi Lengket Jodoh, 6 Kuliner ini jadi Menu Wajib saat Hajatan di Berbagai Daerah

Kuliner wajib di hajatan

Bicara soal hajatan pernikahan mulai dari lamaran, seserahan hingga resepsi, mungkin kamu bisa menebak beberapa makanan yang pasti disajikan di sana. Apalagi jika hajatan tersebut diselenggarakan secara adat. Jangan heran jika kamu menemukan ‘lagu wajib’ di prasmanan untuk menjamu tamu. Konon, di berbagai daerah memang memiliki makanan khas yang dijadikan simbol hubungan pernikahan atau lengket jodoh. Jadi, harap maklum dan jangan bosan menjumpai kuliner wajib di hajatan ya~

Bagi masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat istiadat, kuliner wajib di hajatan merupakan hal penting yang dipercayai mengandung doa dan harapan-harapan baik. Nggak heran jika zaman sudah berkembang, tapi kuliner wajib di hajatan ini nggak pernah absen dan tetap lestari. Yuk, simak ada kuliner apa saja dan bagaimana filosofinya.

Jadah, wajik dan jenang bagi masyarakat Jawa memiliki simbol hubungan yang erat dan kesabaran dalam membangun rumah tangga

Jadah, wajik, jenang | Photo by Wiwik, Joseagush & Danang T. H. via commons.wikimedia.org

Jika kamu pernah menghadiri pernikahan adat Jawa pasti sudah sangat familier dengan jadah, wajik dan jenang. Pasalnya, ketiga kue ini menjadi jamuan wajib di hajatan pernikahan Jawa. Jadah, wajik dan jenang merupakan kue berbahan dasar beras ketan yang lengket. Beras sebagai makanan pokok diartikan sebagai hal penting yang harus ada dalam rumah tangga. Sementara teksturnya yang lengket mengandung filosofi bahwa dalam membangun rumah tangga suami istri harus memiliki hubungan yang erat.

Selain itu, proses pembuatan ketiga kue tersebut membutuhkan waktu yang lama dan proses yang nggak mudah. Hal ini mengandung filosofi bahwa dalam membangun rumah tangga harus saling bekerja sama, sabar dan butuh ketelatenan. Secara garis besar, jadah, wajik dan jenang mengandung doa dan harapan yang baik bagi mempelai. Makanya, ketiga kue ini disajikan untuk tamu supaya para tamu ikut mendoakan kebaikan serupa.

Es dawet dalam upacara pernikahan Jawa sebagai simbol kelanggengan rumah tangga dan kemurahan rezeki

Dawet | Photo by Supardi via commons.wikimedia.org

Siapa yang nggak kenal dengan es dawet? lembutnya cendol berpadu dengan santan dingin dan gula merah cair membuat minuman ini digemari berbagai kalangan. Selain enak dan segar, dawet bagi masyarakat Banyumas memiki makna yang unik lo. Dawet berasal dari akronim “dawa lan awet” (panjang dan awet). Dalam pernikahan adat di daerah Banyumas, dawet memiliki makna harapan pernikahan yang langgeng.

Sementara pada pernikahan adat Solo, dawet dijadikan ritual tersendiri yakni “dodol dawet” (berjualan dawet). Ritual ini dilakukan oleh kedua orangtua mempelai wanita. Ibu bertugas melayani pembeli dan bapak bertugas menerima pembayaran dari para tamu. Uniknya, alat pembayarannya bukan uang tapi koin yang berasal dari tanah atau pecahan genteng. Ritual ini memiliki makna harapan akan kemurahan rezeki pada rumah tangga mempelai, dan mengajarkan pada mempelai untuk saling bekerja sama dalam rumah tangga.

Dodol Betawi menjadi simbol kerekatan atau kedekatan antara keluarga mempelai wanita dan mempelai pria

Dodol Betawi | Photo by Ezagren via commons.wikimedia.org

Dodol Betawi sebenarnya mirip dengan jenang di Jawa, sama-sama terbuat dari tepung beras ketan, gula merah dan santan. Namun, biasanya jenang berbentuk kotak yang dipotong-potong kecil, sementara dodol berbentuk bulat memanjang. Dalam pernikahan adat Betawi, dodol dijadikan salah satu hantaran dari keluarga mempelai pria untuk keluarga mempelai wanita. Tekstur dodol yang kenyal dan lengket memiliki harapan bahwa setelah pernikahan hubungan keluarga semakin erat. Baik hubungan antarbesan, maupun hubungan mempelai dengan orangtuanya.

Roti Buaya di hantaran adat Betawi memiliki makna kasih sayang, kesetiaan dan kesejahteraan dalam hidup berpasangan

Roti buaya | Photo by Gunawan Kartapranata via commons.wikimedia.org

Roti buaya menjadi hantaran wajib lainnya selain dodol. Roti buaya pada hantaran pernikahan adat Betawi biasanya terdiri dari satu roti buaya besar yang melambangkan mempelai pria, satu buaya sedang yang melambangkan mempelai wanita dan beberapa roti buaya kecil yang melambangkan kedua mempelai siap menghasilkan keturunan dalam pernikahan. Sebenarnya, roti buaya adalah roti biasa yang terbuat dari tepung pada umumnya, hanya saja bentuknya seperti buaya.

Bentuk buaya dipilih karena buaya bagi masyarakat betawi merupakan penjaga sumber mata air yang bermanfaat bagi kehidupan. Hal ini memiliki makna bahwa pernikahan tersebut memiliki harapan yang baik dan sejahtera. Selain itu, buaya dijadikan lambang kesetiaan pasangan karena nggak pernah berganti-ganti pasangan.

Nah, dari beberapa kuliner wajib di hajatan tersebut, mana yang menjadi favoritmu? Selain khas hajatan, filosofi kuliner di atas bisa juga lo sebagai lambang keseriusanmu dalam berhubungan. Bisa jadi buah tangan atau oleh-oleh juga buat calon mertua~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat buku dan perjalanan

Editor

Penikmat jatuh cinta, penyuka anime dan fans Liverpool asal Jombang yang terkadang menulis karena hobi.