Mending Banyakin Liburan Kalau Kamu Masih Percaya Mitos Jawa Sama Minang Nggak Boleh Nikah

“Farid, kamu sudah punya pacar nak?”

“Ehmmm… sudah ma.”

“Wah, kok nggak pernah kamu ajak kemari?”

“Belum sempat, jauh ma.”

“Orang mana memang? Padang? Pariaman? Padang Panjang? Sawahlunto?”

“Bukan orang Minang ma.”

“Oh kamu belum mau serius toh …”

Begitulah, masih ada beberapa keluarga dari suku Minang yang mengharuskan anaknya berjodoh pula dengan yang sama-sama Minang. Dalam hal ini, orang Sumatera Barat-lah yang juga sering disebut orang Minang yang berasal dari kata Suku Minangkabau. Mereka sudah terkenal di berbagai penjuru tanah air, orang Minang terdapat di daerah mana saja dari Sabang sampai Merauke mulai dari kota kecil hingga kota besar.

Sementara pernikahan sendiri merupakan salah satu bentuk pertemuan antara dua insan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Latar belakang antara kedua keluarga bisa sangat berbeda baik asal-usul, kebiasaan hidup, pendidikan, tingkat sosial, tata krama, bahasa dan lain sebagainya. Karena itu syarat utama yang harus dipenuhi dalam pernikahan adalah kesediaan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dari masing-masing pihak. Sejatinya, kesediaan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dari masing-masing pihak tidak menuntut bahwa mereka haruslah berasal dari suku yang sama. Begitu kan seharusnya?

Namanya hidup, masih ada aja mitos-mitos yang mengiringi. Bukan cuma pernikahan Jawa vs Sunda yang ditentang, Jawa vs Minang pun dilarang

ini nikah adat Minang

ini nikah adat Minang via www.dakta.com

Permasalahan utamanya adalah ketika terjadi pernikahan antara laki-laki Minang dengan perempuan non Minang. Sebaliknya, perempuan Minang yang menikah dengan laki-laki non Minang dianggap tidak bermasalah. Ada yang sudah mengalami cinta macam ini dan terpaksa kandas di tengah jalan lantaran orang tua tak merestui? Udah nanya belum kenapa-kenapanya? Yaudah, biar Hipwee jelasin.

Jadi gini, secara adat, garis keturunan di Minangkabau itu berasal dari perempuan Minang. Menurut adat, pernikahan luar suku yang dilakukan oleh laki-laki Minang dengan perempuan non Minang dapat mengaburkan silsilah garis keturunan si anak kelak di Minangkabau. Secara adat, mereka tidak dapat diterima di Minangkabau karena garis keturunan di Minangkabau berasal dari pihak perempuan Minang itu sendiri.

Memang, logikanya, secara agama pernikahan demikian tidak dilarang. Namun secara adat, posisi anak menjadi tidak jelas dan kabur dalam silsilah keluarga di Minangkabau. Anak tidak bisa disebut memiliki darah Minang dan tidak dapat berperan aktif dalam kegiatan Minang walaupun bapaknya berasal dari Minang. See??

Katanya lagi, orang Minang dikenal pelit, sedangkan orang Jawa itu submisif. Kalau hubungan ini diteruskan dalam bentuk rumah tangga, “penindasan” materiil akan terjadi

pelit sama hemat itu beda, tolong dibedain

pelit sama hemat itu beda, tolong dibedain via memesly.com

Orang Jawa sudah jamak dikenal memiliki karakter penurut (submisif). Sedangkan orang Minang juga seringkali dinilai sebagai orang-orang yang pelit. Namanya pelit, pasti membatasi pengeluaran ini-itu kan? Nah, walau si Jawa penurut, tapi ketika hubungan ini terus berlangsung lama, dikhawatirkan akan ada kasus ‘penindasan’ materiil atau juga psikis di dalam hubungan Minang-Jawa. Dari pelit bisa jadi dominan gitu kali ya maksudnya?

Yang orang Minang pasti nggak terima nih. Lebih baik dibilang selektif dibanding pelit. Karena sebagian besar orang Minang adalah pedagang, jadilah mereka selektif dalam menggunakan uang, karena tentu mereka akan menghitung terlebih dahulu skala prioritas dalam penggunaan uang. Bukankah seharusnya memang begitu? Orang Minang juga mempunyai rasa sosial yang sangat tinggi, mereka yang sudah sukses biasanya tidak ragu-ragu memberi modal udaha kepada keluarga yang masih kekurangan atau sedang menganggur.

Logikanya, pake logika nih, sifat masing-masing individu ya berdasar si orang itu sendiri. Etnis tidak seharusnya menghalangi cinta antara kamu dan calon pasanganmu, setuju?

Ada lagi ada lagi, cewek Jawa nggak boleh nikah sama cowok Minang lantaran untuk nikah keluarga si cewek kudu ngeluarin duit untuk “membeli” si cowok Minang itu. Gitu bukan?

jangan asal ngomong, cari info dulu~

jangan asal ngomong, cari info dulu~ via tbmwomenintheworld.files.wordpress.com

Ada yang disuruh putus sama pacar gara-gara alasan ini? Memang, banyak yang bertanya kebenaran isu tersebut. Banyak yang beranggapan bahwa lelaki Minang itu kalau mau menikah harus dibeli dan harganya cukup mahal bisa sampai ratusan juta.

Kenyataannya? Nggak semua laki-laki Minang itu dibeli, hanya di Pariaman saja laki-laki yang dibeli dan masih berlaku sampai saat ini. Jangan bayangin yang enggak-enggak, sebenarnya nggak ada transaksi manusia disini, yang ada ialah  proses adat istiadat yang belaku pada masyarakat Pariaman. Setiap pihak calon mempelai wanita memberikan sejumlah uang yang jumlahnya sudah dimusyawarahkan dengan keluarga calon mempelai pihak pria, uang pemberian ini biasanya disebut uang jemputan.

Jelas ada tujuannya dong, yakni sebagai bekal untuk mempelai pria dalam membangun rumah tangga dan sebagiannya lagi untuk biaya resepsi pernikahan atau disebut juga dengan Baralek. Di Pariaman ini biasanya besar uang jemputan dilihat dari profesi dan penghasilan, jadi nggak mutlak. Laki-laki dengan profesi populer seperti Polisi, Tentara, Dokter mendapatkan uang jemputan yang besar dengan kisaran Rp 50 Juta sampai dengan Rp 150 Juta. Itu sekadar informasi buat kamu aja Guys~

Mati, rezeki, dan jodoh ialah tiga hal mutlak yang hanya diketahui dan ditentukan Tuhan untuk masing-masing kita. Jadi, kalau memang jodohmu orang Minang (atau sebaliknya), orang lain bisa apa?

Indonesia punya banyak suku lho, masa iya kamu nggak mau kenalan satu satu?

Indonesia punya banyak suku lho, masa iya kamu nggak mau kenalan satu satu? via cdn1-a.production.liputan6.static6.com

Ada yang pacaran sembilan tahun tapi nggak jodoh, eh yang baru kenal dua minggu malah langsung nikah. Ya begitu hidup. Hari gini mah nggak usah ngeributin mitos. Mitos bisa juga di logika. Gini, orang berbeda suku otomatis akan berbeda prinsip, beda kebiasaan, beda pandangan, dan bisa jadi tidak sepaham. Orang tua Minang ataupun orang tua dari suku manapun pasti memandang pernikahan bukan hanya persoalan anaknya dan calon menantu, tapi menyangkut persoalan hubungan dua keluarga besar yang harus dijalin baik.

Mungkin orang tua lebih merasa cocok jika keluarga  menantunya nanti adalah dari kalangan dia juga, yang sepaham, sehingga tidak repot untuk menyesuaiakan diri dengan budaya yang berbeda. Kalau alasannya logis, seperti kecocokan seperti hal di atas, nggak masalah. Tapi kalau alasannya hanya karena dia Jawa, dia Sumatera, dia Manado sambil menyebut sifat-sifat buruk dari suku-suku tersebut, ya itu yang sama sekali nggak bijak. Indonesia punya ratusan suku bangsa lho~

Kamu masih nggak percaya kalau sudah banyak orang Minang yang pola pikirannya berubah? Buang jauh-jauh prasangka burukmu, sana main yang jauh. Traveling ke Sumatera Barat!

keindahan alamnya tak tertandingi

keindahan alamnya tak tertandingi via scbd.com

Banyak hal indah yang akan kamu temui ketika kamu mau melangkahkan kaki ke tempat yang jauh dan membuka mata. Ada lho alasan orang tua nggak memperbolehkan anak nikah sama orang Minang, lantaran kalau udah nikah nanti dibawa ke sana.

“Ngapain tinggal jauh-jauh, di Sumatera kan banyak bencana?”

“Duh, kurang piknik kamu mah…

Sebutlah gempa bumi yang terjadi di Padang misalnya, membuat semakin banyak orang yang menaruh keprihatinan dan jadi lebih mengenal kota itu. Tapi kan sayang sekali, yang orang-orang tahu tentang Sumatera hanya karena bencana alamnya saja. Padahal, banyak sekali hal keren disana yang belum banyak orang tahu. Ah, andai mereka semua lebih membuka mata. Tradisi-tradisi suku dan budaya di Sumatera juga masih kental dan lestari.

Eh, satu lagi, perkawinan antar suku juga ada dampak positifnya lho. Apa hayo??

mikir yang bagus, jangan yang buruk buruk

mikir yang bagus, jangan yang buruk buruk via wicsy.com

Pengaruh positifnya, karena pernikahan luar suku antara orang Minang dan non Minang dapat memberikan kebagusan fisik bagi si anak, dan mereka pun cenderung memiliki intelegensia yang tinggi. Sekarang gini, kalau mainmu sudah jauh, kamu bakal percaya jika jaman sekarang lelaki Minang menikah dengan wanita manapun di luar Minang bukan masalah besar lagi. Adat yang keras dan kaku seperti di atas sudah mulai ditinggalkan karena tidak sesuai dengan perkembangan jaman, dan mulai tidak dapat diterima oleh masyarakat yang terus berkembang ilmu dan pemahamannya.

Jadi gimana? Masih lanjut kan jalan sama orang Minangnya? Hehee. Main yang jauh, buka hati untuk kenalan dengan orang baru, perluas pergaulanmu dengan siapapun dari berbagai daerah dan suku. Dengan begitu pandanganmu akan lebih luas, pikiranmu akan jauh lebih terbuka. Bantu orang sekitarmu untuk sadar, sudah nggak jaman melihat orang dari suku, bangsa maupun rasnya, lebih baik menilai orang sesuai kepribadian manusia tersebut. Nggak semua orang Jawa itu loyal, nggak semuanya orang Minang itu pelit, nggak semua orang Sunda lemah lembut, dan nggak selamanya mendung berarti hujan.

Jalan-jalan yang sering, jemput jodohmu 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.