Pendaki Harusnya Belajar dari Balita yang Survive di Hutan Sendirian. Biar Nggak Ada Lagi Kematian

Jangan mau mati di gunung. Begitu kata orang. Kalau fisikmu melemah atau kamu udah nggak kuat, mending pulang aja, jangan maksa terus naik. Karena puncak hanyalah bonus, sebenar-benarnya tujuan ialah pulang. Kebanyakan para pendaki itu meninggal lantaran tersesat duluan, dan mereka tak punya cukup perbekalan. Awalnya mereka dinyatakan hilang, hingga akhirnya ditemukan dalam keadaan tewas. Ketika tersesat itulah, tak jarang pendaki akan dihampiri penyakit pegunungan. Hipotermia, akut mountaineering sicnes, dan dehidrasi ialah beberapa jenis pembunuh paling kejam di pegunungan.

Advertisement

Kalau balita yang bernama Tserin Dopchut ini mampu bertahan di hutan selama tiga hari sendirian, bukankah harusnya yang lebih dewasa juga bisa? Yuk, sama-sama belajar pada bocah kecil ini. Bagaimana cara survival di hutan supaya hidup terus berlanjut?

Namanya juga anak-anak. Lepas sebentar dari pengawasan, mereka bakal berjalan sendiri tanpa tujuan. Begitulah yang terjadi pada si kecil Tserin ini~

syukurlah pada akhirnya dia ditemukan juga

syukurlah pada akhirnya dia ditemukan juga via bbc.com

Bocah laki-laki tiga tahun bernama Tserin Dopchut itu tinggal dan dirawat oleh nenek buyutnya di sebuah desa negara Siberia, yang sebenarnya tak terlalu dekat juga dengan hutan tempat dia tersesat. Yakni di wilayah Rusia terpencil di Siberia. Ketika sang nenek lalai mengawasinya, Tserin berjalan sendirian ke dekat Desa Khut, desa itu terletak di tengah hutan lebat di Republik Tuva. Hingga akhirnya, tragedi hilangnya bocah ini pun terjadi.

Siapa sangka, ternyata Tserin sanggup bertahan di hutan wilayah Siberia selama 72 jam. Padahal, hutan itu dikenal dihuni oleh serigala dan beruang

bisa jadi anak ini nggak takut karena dia nggak tahu perihal keberadaan beruang ini

bisa jadi anak ini nggak takut karena dia nggak tahu perihal keberadaan beruang ini via indonesia.rbth.com

Dilansir dari The Siberian, Tserin hanya mengantongi sebatang cokelat kecil ketika dia berjalan memasuki hutan. Selama di hutan, dia tidur di alas buatan yang terletak di bawah sebuah pohon larch, sejenis pinus. Selama total 72 jam, bocah kecil itu menghadapi tantangan seperti suhu yang turun drastis, ancaman binatang liar dan bahaya jatuh ke dalam sungai yang berarus deras, sebelum akhirnya dia diselamatkan oleh pamannya.

Advertisement

“Situasinya sangat berbahaya. Sungai Mynas memiliki arus yang deras dan dingin, Jika seorang anak kecil jatuh, dipastikan akan tewas,” kata Ayas Saryglar, kepala Badan Pertahanan Sipil dan Darurat Tuva, dilansir dari Siberian Times.

Ayas juga menambahkan, ada serigala dan beruang yang tinggal di hutan itu. Beruang disebut sedang menggemukkan diri untuk persiapan musim dingin, dan mereka akan menyerang apapun yang bergerak.

“Dan juga, pada siang hari suhu hangat, namun malam hari dapat membeku. Jika kita pertimbangkan, bocah itu hilang pada siang hari, dia tidak berpakaian cukup – hanya kemeja dan sepatu, tidak dengan mantel,” masih jelas Ayas Saryglar.

Advertisement

Ketika ditemukan oleh pamannya dalam keadaan hidup, tentu saja seluruh petugas penyelamat memuji seluruh inisiatif bocah tersebut. Diprediksi pula, suatu hari nanti Tserin akan menjadi petugas penyelamat. Semoga ya~

bocah ini memang ditemukan dalam kondisi letih dan kelaparan, tapi dia nggak punya luka serius

bocah ini memang ditemukan dalam kondisi letih dan kelaparan, tapi dia nggak punya luka serius via bbc.com

Operasi pencarian siang dan malam dilakukan untuk menemukan anak tersebut. Melibatkan seluruh penduduk desa, polisi setempat, bahkan sebuah helikopter untuk menelusuri area seluas 120 kilometer persegi. Hingga akhirnya, bocah itu selamat setelah mengenali suara pamannya yang tengah memanggil-manggil namanya. Setelah dipeluk, hal pertama yang dia tanyakan ialah apakah mainan mobil-mobilannya baik-baik saja. Namanya juga anak-anak ya..

Petugas penyelamat pun kemudian memuji inisiatifnya, yang berhasil menemukan sebuah tempat kering di bawah pohon larch dan tidur diantara akar-akarnya. Tserin sekarang mendapat julukan baru, yaitu Mowgli. Yaitu tokoh fiksi anak yatim di novel Jungle Book karya Rudyard Kipling, kata itu juga berarti keajaiban. Dilansir dari BBC, para penyelamat juga memprediksi anak itu akan menjadi petugas penyelamat nantinya. Karena dia menunjukkan stamina yang luar biasa untuk anak seusianya dengan bertahan untuk waktu yang cukup lama di tengah hutan dingin. Kamu harus belajar banyak dari dia.

Berkaca pada hilangnya dua pendaki di gunung Semeru beberapa waktu lalu, tersesat di gunung bukanlah kasus haru. Ada beberapa hal yang kamu wajib tahu

karena sejatinya mendaki gunung itu nggak sekadar seru-seruan

karena sejatinya mendaki gunung itu nggak sekadar seru-seruan via readynutrition.com

Bukannya berharap agar hal buruk terjadi, namun menyiapkan diri atas segala kemungkinan itu rasanya jauh lebih bijak. Kamu masih ingat kan, beberapa waktu lalu Gunung Semeru sempat ditutup lantaran dua orang pendaki kedapatan hilang sesaat sebelum puncak? Alangkah baiknya, kalau sebelum pergi mendaki, kamu memperhitungkan dulu resiko terburuknya, termasuk kalau tersesat pada akhirnya. Hal terpenting yang wajib kamu ingat, hal pertama yang kudu kamu lakukan ialah; JANGAN PANIK! Tetaplah tenang dan berkepala dingin. Contohlah si Tserin Dopchut tadi.

Begitu banyak pendaki yang “membabi buta” mencari arah atau jalan keluar saat tersesat. Padahal semakin mereka ngawur memilih jalan, resiko buruk pun akan semakin berdatangan, ketika mereka malah mendekati “markas” binatang liar misalnya. Alangkah baiknya, dinginkan dulu kepalamu dan kembalilah ke titik awal. Dengan begitu, tim SAR akan lebih mudah menemukanmu, kemungkinan bertemu manusia- entah itu sesama pendaki atau warga setempat pun lebih besar.

Kalau hari mulai gelap dan kamu masih tersesat, carilah ruang terbuka untuk beristirahat. Sebelum benar-benar gelap, mungkin kamu bisa lebih dulu cari makanan biar malamnya nggak kelaparan

cari tempat datar dan kering buat menginap ya

cari tempat datar dan kering buat menginap ya via gunung.xyz.com

Tempat terbuka dan datar akan lebih aman untuk tempat menginap. Kalau bisa, buatlah tanda berupa susunan batu atau kayu berbentuk nama, agar bisa ditemukan dari udara. Kalau menjelang malam dan perbekalanmu tinggal sedikit, berinisiatiflah untuk mencari daun-daunan muda untuk dimakan. Jadi, sebelum kamu pergi mendaki, risetlah terlebih dahulu mengenai jenis hutan dan aneka vegetasi di dalamnya. Sehingga kamu bisa tahu jenis daun mana yang bisa dimakan, dan mana yang enggak. Jangan pula sembarangan makan buah, karena nggak semua buah-buahan aman. Pernah ada cerita, seorang petualang Australia yang terpaksa meregang nyawa karena makan buah yang biasa dimakan orang Aborigin.

Jangan lupa bawa kompas biar nggak hilang arah kebangetan. Kalau sanggup, ada baiknya juga sih kamu mempelajari tanda-tanda alam sebelum melakukan pendakian. Seperti kalau bertemu pohon yang ditumbuhi lumut, berarti kemungkinan kamu menghadap timut. Atau kalau malam hari melihat bintang paling terang, itu berarti arah utara. Apapun itu, kamu harus mengantisipasi kemungkinan terburuk saat menjelajah alam. Dengan persiapan dan informasi yang matang, semoga pendakianmu makin lancar. Selamat mendaki! Jangan malu belajar dari anak-anak macam Tserin ya…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.

CLOSE