Petugas Taman Nasional Turunkan Paksa 4 Turis Asing yang Mendaki Gunung Rinjani Secara Ilegal!

Pendaki Ilegal Rinjani

Gunung Rinjani sudah dibuka kembali bulan Juni lalu. Gunung yang sempat ditutup pasca gempa 2018 lalu ini mulai ramai oleh pendaki. Bedanya dengan sebelumnya, kini kamu harus mendaftar online dengan kuota terbatas tiap harinya. Ada 4 jalur legal yang bisa kamu masuki dengan kuota tertentu tiap gerbangnya. Bedanya lagi, kamu nggak bisa mendaki sampai puncak karena regulasinya kini hanya boleh mendaki hingga Plawangan.

Advertisement

Namun ada kejadian yang disayangkan pada hari peringatan kemerdekaan Indonesia beberapa hari lalu. Ada beberapa pendaki asing yang masuk secara ilegal ke Rinjani. Bagaimana kronologis kejadiannya? Yuk simak ulasannya bareng Hipwee Travel!

Ada 4 pendaki yang kedapatan mendaki Rinjani tanpa membeli tiket. Petugas mendapati mereka tanpa tiket saat di Plawangan Senaru

pendaki ilegal via www.suarantb.com

Pada tanggal 17 Agustus 2019 lalu, sejumlah wisatawan asing yang mendaki Gunung Rinjani dipaksa turun oleh petugas Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) karena masuk secara ilegal. Empat orang dari Italia dipaksa turun lantaran tidak bisa menunjukkan tiket. Mereka kedapatan mendaki Rinjani lewat pintu Senaru secara diam-diam tanpa registrasi online. Padahal mulai Juni 2019, masuk ke Rinjani harus melalui prosedur registrasi online.

Hal ini diketahui saat petugas mendapati dua orang turis asing sampai ke Plawangan Rinjani pada pukul 10.45 WITA. Mereka datang sangat pagi dan terasa janggal. Pasalnya, bagi pendaki yang resmi akan mulai naik jam 7 atau 8 pagi dan normalnya akan tiba sore atau petang. Dengan catatan ia masuk saat pintu masuk dibuka. Bagi pendaki yang lambat malah bisa malam sampai di Plawangan Senaru. Hal ini disebabkan waktu tempuh tercepat dari pintu Senaru sampai di Plawangan Senaru sekitar 8-10 jam. Ada 3 pos yang harus dilewati untuk sampai ke Plawangan. Aneh banget kan kalau jam 10.45 WITA sudah sampai di Plawangan? Mereka berangkat jam berapa dong?

Advertisement

Dua orang lagi ditemukan saat petugas tengah turun. Mereka beralasan tidak tahu prosedur pendakian

Rinjani. 🙂 via www.expedia.co.in

Mereka mengaku mendaki pada pukul 05.00 WITA dan mengatakan loket masih tutup. Padahal tata cara mendaki Rinjani bukan beli tiket di loket pendakian, melainkan mendaftar secara online. Mereka berdua sempat ngotot untuk memaksa bertahan di Plawangan, namun petugas tetap memaksanya turun. Akhirnya dua warga Italia itu minta maaf dan kembali ke Senaru melalui jalur yang sama.

Di perjalanan turun, petugas kembali bertemu dengan pendaki Italia lainnya yang juga kedapatan tidak membawa tiket masuk. Dua pendaki asing tersebut diketahui bernama Marco dan Jean Bapriste, juga berasal dari Italia. Keduanya  berangkat dari Bali dan melanjutkan pendakian ke Rinjani. Marco beralasan tidak tahu prosedur pendakian di Rinjani. Namun petugas tidak menarima alibi mereka dan memaksa turun. Bahkan mereka tidak bisa menunjukkan paspor. Kedua pendaki dibawa turun dan diminta untuk registrasi sekaligus membayar tiket masuknya terlebih dahulu. Tiket masuknya sendiri untuk wisatawan asing Rp 150.000 per orang per hari jika hari biasa dan Rp 250.000 per orang per hari jika hari libur.

Sepanjang sejarah Rinjani, turis asing juga berkontribusi banyak dalam pelestarian kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani

Advertisement

bule yang cinta lingkungan via www.bromotravelindo.com

Familiar dengan foto di atas? Yap, mereka adalah pendaki Rinjani asal mancanegara namun justru mengumpulkan sampah di Rinjani. Sebuah keteladanan yang seharusnya dicontoh oleh siapapun yang mendaki gunung. Tidak sedikit justru pendaki Indonesia sendiri yang suka buang sampah sembarangan di Rinjani. Banyak pendaki asing yang peduli Rinjani. Oknum 4 pendaki ilegal tidak bisa jadi generalisasi bahwa pendaki asing suka mendaki secara ilegal kan?

Ayo kapan mendaki Rinjani kembali?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Traveler Baper, Penghulu Kaum Jomblo

Editor

Traveler Baper, Penghulu Kaum Jomblo

CLOSE