Stasiun Punya Cerita di Tiap Sudutnya. Pertemuan Hingga Perpisahan, dari Senyuman hingga Tangisan…

Sebuah tempat yang familiar didengar atau didatangi oleh hampir semua orang. Sebagai tempat pemberhentian puluhan gerbong kereta api yang akan dinaiki oleh para pejuang hidup dan masa depan, stasiun memang penting adanya. Gedungnya yang kebanyakan masih kokoh dengan desain lawasnya, menyimpan banyak cerita di tiap sudutnya.

Ketika baru masuk menuju gedung bercat putih abu-abu ini, banyak hal yang kamu pikirkan sebelum benar-benar melewati pintu masuk. Apakah kamu akan benar-benar harus pergi meninggalkan zona ternyamanmu beserta segala isinya, atau menantikan saat berharga ini untuk kembali pulang?

Melirik ke arah loket, perjuangan antri beli tiket pun kembali teringat. Berdesakan demi berlibur sama teman

Yah, berjuang diantara antrian itu

Yah, berjuang diantara antrian itu via m.tempo.co

Ketika berburu tiket tidak semudah sekarang, salah satu opsi paling masuk akal agar tiket segera ditangan adalah mengantri di loket stasiun. Apalagi ketika ada informasi tiket murah, wah tak sabarlah kamu dan teman-temanmu buat merencanakan liburan singkat di kota atau provinsi sebelah. Sabar adalah kunci ketika harus berdesakan sampai keringetan demi satu dua lembar tiket berharga ini.

Ya, ketika melewati spot ini sesaat sebelum masuk ruang tunggu, ingatan ini secara otomatis kembali. Menahan tawa dan membendung rindu pengalaman seru itu. Ah, senangnya. Kamu pun berharap bisa mengulang proses pelik sebelum liburan ini.

Suara khas pertanda kereta api tiba dan akan berangkat. Bersiap untuk naik dan turun kah kamu?

Tung tung tung tung~

Tung tung tung tung~ via nufusion.co

“Tung tung tung tung…..”
Kereta Sancaka tujuan Surabaya sudah tiba di jalur 3. Kereta akan berangkat pada pukul 6.45. Penumpang harap mempersiapkan diri.”

Mendengar suara familiar yang selalu terngiang saat berada di stasiun ini adalah sebuah pertanda bahwa kereta yang akan kamu naiki sudah siap. Apakah harapan untuk segera tiba ke rumah atau kembali ke tempat perjuanganmu bisa segera kamu rengkuh? Ketika suara ini masih bisa kamu dengar, tenang, kereta yang akan kamu naiki belum melaju. Bahkan ketika kamu mendengar suara ini lagi di stasiun tujuan, kamu bisa berlega hati. Tenang, kamu tempat yang kamu rindukan benar-benar bisa kamu injak tanahnya.

Kamu diharuskan untuk pergi. Sedih yang kental ketika melihat keluarga dan sahabat lambaikan tangan melepasmu pergi

Kali pertama harus meninggalkan kota kesayangan tempatmu tumbuh, berat rasanya. Terlebih lagi ketika keluarga dan sahabat dekat melepas kepergianmu, dan bersama-sama menemanimu hingga pintu batas pengantar. Melihat ragam emosi yang terlihat jelas hingga yang sengaja ditutupi, tetap membuatmu sedih.

Melihat mereka melambaikan tangan saat kamu berjalan menjauh, tak dipungkiri air mata yang sudah membendung di pelupuk mata kamu tahan sekuat tenaga agar tidak tumpah. Entah mengapa, stasiun tersebut bisa menduakalilipatkan emosi yang campur aduk. Rasa sedih ketika meninggalkan dan ditinggalkan. Penuh sihir, mungkin.

Terduduk di kursi tunggu, buatmu bertanya “Apakah aku bisa kembali ke sini lagi?”

Bisakah?

Bisakah? via www.flickr.com

Setelah dirasa cukup untuk menguatkan diri agar air mata tak pecah, kamu pun berjalan perlahan. Mencari spot sebuah spot kursi kosong di ruang tunggu. Sembari menata barang bawaan di dekat kaki, akan ada sebuah pikiran yang terbesit.

“Kapan aku bisa kembali ke stasiun ini lagi. Tuk Pulang.”

Bertanya pada diri sendiri, menanti jawaban yang tak tau bisa beri kelegaan dan kepastian di benak. Sambil melihat orang-orang di dekatmu yang menanti kereta yang sama, kamu pun menata hati dan berdoa dalam hati agar bisa pulang lagi. Secepatnya.

Kaki tak sabar ingin segera masuk ke stasiun, ketika waktu untuk pulang tiba. Terasa ringan dengan euforia kencang

Lari!

Lari! via unsplash.com

Pergi untuk kembali. Setelah beberapa waktu, akhirnya kamu bisa kembali ke kota yang kamu rindu-rindukan. Langkah kaki tak sabar dan makin kamu percepat, agar cepat sampai ke stasiun pemberangkatan. Sambil menahan euforia senang, kamu nggak segan buat lari-lari sambil menggengam tiket. Ah, sudah nggak sabar untuk disambut suara khas stasiun yang memberitahukan bahwa kamu sudah tiba di stasiun tujuan. Begini ya rasanya kembali pulang. Rumah ternyaman sudah menanti.

Walau wajah lelah, tetap berjalan cepat menuju ke pintu keluar. Kembali disambut oleh orang tersayangmu dengan senyum lega dan bahagia

Siapa yang menanti di balik tembok ini?

Siapa yang menanti di balik tembok ini? via visitingmaykasahara.wordpress.com

Setelah beberapa jam duduk di kereta dengan serangan AC yang cukup dingin, tak bisa dipungkiri kalau lelah yang kamu rasa. Kereta sudah benar-benar berhenti di tempat yang kamu rindukan. Disambut dengan udara yang khas, sukses buatmu riang. Tanpa buang banyak waktu, kamu berjalan cepat melewati penumpang lainnya. Seperti dikejar maling, kamu bergerak cepat. Tak sabar melihat orang yang kamu sayangi menunggu dengan sabar dan tenang di pintu keluar. Merekalah yang buat kamu terburu-buru. Tak sabar melihat kembali senyuman dan merasakan hangat pelukan mereka, lagi.

Lempuyangan, salah satu stasiun yang jadi saksi suka duka untuk pulang ke rumah dan kembali ke tempat juang

Lempuyangan punya cerita

Lempuyangan punya cerita via 123dokumentasi-dokumentasi.blogspot.co.id

Setiap orang menyimpan sebagian kecil kenangannya di stasiun. Salah satunya yang menjadi saksi campur aduk emosi ketika pergi dan kembali adalah stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Suasana di sana yang tak pernah sepi dari hiruk pikuk mobilisasi orang-orang, punya caranya sendiri untuk bikin baper. Jalur pemberangkatan kereta berfasilitas ekonomi, buat tempat ini jadi tempat favorit banyak orang dan mahasiswa.

Sebagai titik pertemuan, penantian, hingga perpisahan stasiun punya cerita di setiap sudutnya. Suasananya yang mendukung untuk menata hati untuk pergi dan kembali. Stasiun mana yang menyimpan kenanganmu, guys?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ketika seduhan hangat teh bertemu dengan quotes yang menyayat kalbu, tunggu di tempat absurd itu.