Bukan Hanya Jadi Penanda Tempat Hajatan, Ini Makna Filosofis di Balik Janur Kuning Pernikahan

Jika kamu tinggal di daerah Jawa, Bali, atau Sunda, tentu nggak asing lagi dengan istilah janur kuning. Pelepah daun muda berwarna kuning keputihan ini merupakan tanaman tropis dari pohon kelapa yang tumbuh subur di Indonesia. Janur telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai hal dan fungsi. Mulai dari perangkat keperluan kuliner seperti pembuatan ketupat misalnya, ritual tradisi, keagamaan, hingga elemen estetika dekoratif.

Nah, janur kuning sendiri lazimnya digunakan sebagai penghias sekaligus penanda sebuah ritual, perayaan atau perhelatan besar. Nggak terkecuali pesta pernikahan. Tentunya pemasangan janur kuning ini bukan hanya untuk mempermanis ataupun mempermudah seseorang menemukan tempat hajatan dilaksanakan, melainkan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Biar kamu lebih paham tentang adat budaya yang melekat di masyarakat kita, yuk cari tahu makna filosofis di balik janur kuning bareng Hipwee!

Secara bahasa, janur kuning punya makna tertentu yang berasal dari serapan bahasa Jawa dan bahasa Arab lho!

Asal kata ‘janur’ berasal dari bahasa Jawa yang juga mengandung serapan bahasa Arab, yakni sejane neng nur yang berarti arah menggapai cahaya Ilahi. Sementara kata ‘kuning’ menurut beberapa literatur menyebutkan bahwa maknanya adalah sabda dadi, yang artinya berharap semua keinginan yang dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening bakal terwujud.

Dengan demikian, janur kuning mengisyaratkan harapan yang mulia untuk mendapatkan ridho Ilahi dengan dibarengi jasmani dan rohani yang bersih. Harapan yang baik ini diwujudkan dengan pelaksanaan hajatan yang baik pula. Di sinilah esensi sesungguhnya yang ada pada janur kuning.

Ada beberapa macam janur kuning yang digunakan dalam upacara perayaan pesta pernikahan, antara lain:

1. Kembar mayang

Dalam tradisi perkawinan adat Jawa, janur dirangkai menjadi kembar mayang yang dipajang di pelaminan. Kembar mayang dibuat sebanyak dua buah yang sejenis, sesuai dengan namanya; kembar. Bagian-bagian yang terdapat pada kembar mayang  diantaranya tatakan, awak, dan mahkota. Kembar mayang tersebut menyimbolkan penyatuan perasaan hati, pikiran, dan perbuatan dua individu dalam wadah rumah tangga. Sementara warna keputihan pada janur diharapkan menjadi doa agar cinta dan kasih sayang di antara mempelai selalu muda dan bersemi laksana sebuah janur.

Salah satu teknik yang dipakai untuk melengkapi bentuk kembar mayang adalah menggunakan teknik gembung, yang merupakan teknik baru dengan bentuk lebih besar di bagian bawah, makin ke atas makin mengecil. Gembung ini sebagai simbolisasi yang memiliki makna penyembahan terhadap Sang Pencipta.

2. Mayang sari atau gagar mayang

Hiasan janur yang satu ini biasanya ditempatkan di samping kanan dan kiri kursi pelaminan. Mayang sari tingginya kira-kira 180 cm, jumlahnya 2 buah, bentuknya boleh sama atau berbeda tergantung selera si pembuat. Bagian-bagiannya sendiri terdiri dari mahkota (kipas, buah-buahan dan bunga), badan bagian atas, badan bagian bawah dan tatakan. Pada bagian ujung atasnya dihias dengan buah-buahan atau bunga hidup.

3. Umbul-umbul atau penjor

Umbul-umbul/ penjor di Bali via meizarology.blogspot.co.id

Dalam tradisi masyarakata Jawa, umbul-umbul, penjor atau layur inilah yang biasanya dipasang di depan rumah atau di depan gang masuk menuju tempat hajatan sebagai penanda atau penunjuk jalan ke rumah sang empunya hajat mantu. Umbul-umbul dibuat dengan sebatang bambu yang dihiasi dengan daun kelapa yang kuning hingga melambai di ujung bambu.

Sementara di Bali, rangkaian janur yang disebut penjor ini lebih dominan digunakan sebagai alat dalam upacara adat penduduk setempat. Penjor biasanya dirangkai dalam berbagai bentuk dan umumnya berupa umbul-umbul yang diikat pada sebuah bambu panjang. Penjor merupakan hal yang disakralkan karena perpaduan bunga, dedaunan, buah, jajanan pasar, dan wewangian seperti kemenyan ataupun dupa ini dijadikan sebagai simbol untuk mengungkapkan rasa syukur atas anugerah yang telah diberikan Sang Pencipta. Bahkan dalam beberapa kesempatan, penjor juga digunakan sebagai saranan penangkal bala.

Kebudayaan masyarakat Jawa-Bali pada umumnya menyimbolkan keberkahan dengan menggunakan benda-benda. Nggak berbeda dengan pemasangan janur kuning yang memiliki arti membawa sebuah makna dan harapan. Sebagai wujud pelestarian budaya, paling nggak kita sudah tahu makna di balik pemasangan janur kuning dalam hajatan pesta pernikahan ini, ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

salt of the earth, light of the world