6 Tindakan Pembullyan yang Mungkin Dilakukan Istri ke Suami. Jangan Dilakukan Ya

istri membully suami

Biasanya bully (atau perundungan) hanya dikaitkan dengan tindakan penindasan anak-anak dan remaja di sekolah atau karyawan di tempat kerja. Tapi tau nggak sih kalau kita pun bisa jadi korban bahkan pelaku bullying di rumah kita sendiri? Nah, kalau biasanya pihak perempuan yang jadi sorotan kasus bullying, kali ini Hipwee mau jabarin 6 tanda kalau para perempuan (baca: istri) pun bisa jadi merupakan pelaku bullying terhadap suami sendiri di rumah.

Eh? Suami di-bully?

Iya, suamipun tanpa kita sadari bisa banget lho jadi korban bullying! Yang sering terjadi, tindakan bully yang dilakukan adalah mental bullying atau mem-bully secara emosional, jadi bully nggak melulu soal kekerasan fisik.

Berikut 6 tanda bahwa kita sudah mem-bully suami sendiri di rumah, cek satu-satu ya, barangkali kitalah yang jadi pelakunya

1. Berbicara dengan nada meremehkan, bahkan saat kita sedang di acara kumpul keluarga atau di tempat umum

Meremehkan suami via www.powerofpositivity.com

Tanpa sadar, kita bisa jadi bicara dengan nada atau pilihan kosakata yang kurang mengenakkan pada suami saat kita kesal atau merasa lelah. Hati-hati, karena ini juga termasuk tindakan bullying lho. Bayangin aja kalau kita ada di posisi suami kita. Kira-kira kita bakal ngerasa malu atau tersinggung nggak?

Kata-kata seperti, “Duh, Ayah masa kayak gitu aja nggak bisa sih? Payah ah!” atau “Yaelah, Ayah! Masa gitu aja nggak ngerti sih. Makanya otaknya dipake dong!”

Kata-kata semacam itu mungkin kita rasa biasa aja ya, tapi kalau diomongin terus-terusan, apalagi di depan orang banyak akan menunjukkan kurangnya respek kita terhadap suami dan memudarkan bahkan menjatuhkan wibawa suami kita sendiri. Hayo, ada nggak yang suka begini sama suaminya?

2. Membentak suami di depan anak dan di tempat umum

Si anak mendengar kita membentak suami via www.momjunction.com

Kadang saat kita panik atau marah, sebuah bentakan bisa kita lontarkan pada suami dan kita anggap lumrah. Padahal nih, sebuah bentakan bisa melukai perasaan suami kita lho apalagi kalau dilakukan di depan anak atau orang banyak.

Kata-kata seperti “Aduh, apa-apaan sih ini?! Kok nggak becus sih kerjanya!” mendingan disimpan dalam hati aja, sekesal apapun kita.

Suami kita juga punya harga diri lho, jangan sampai kita malah menciutkan harga diri suami sendiri di tengah orang banyak.

3. Mengabaikan suami saat dia sedang bicara. Entah sambil sibuk mainan HP atau melakukan hal lain

Mengabaikan suami via www.scienceofrelationships.com

Saat kita kesal, seringkali kita memilih mogok bicara pada suami. Suami ngomong, kita cuekin. Tindakan begini mungkin kita anggap biasa ya. Padahal mendiamkan suami saat kita marah merupakan tindakan yang kekanakan lho! Apalagi sikap cuek itu kita tunjukan terang-terangan di tengah acara keluarga atau saat lagi kumpul-kumpul sama teman. Daripada mogok bicara, lebih baik kita selesaikan masalah kita dengan suami secara baik-baik, bicara terus terang soal kekesalan kita pada suami secara terus terang. Daripada dongkol sendiri dan malah uring-uringan sama suami?

4. Meledek kekurangan suami di depan anak atau di tempat umum

Meledek suami via keluarga.com

Nah, poin ini bisa jadi hal yang sering banget nggak kita sadari kita lakukan di depan anak atau di depan umum.

Kata-kata seperti “Duh, Ayah, jerawatmu kok makin banyak sih itu? Makanya cuci muka yang bersih!” atau “Ihh, perut Ayah kok buncit banget siiih. Genduuut!”

Bisa jadi kita anggap hal ini biasa atau hanya sekedar bercanda. Tapi hati-hati lho, buibu. Kata-kata ledekan semacam itu bisa melukai perasaan suami kita, terlebih kalau dilakukan terang-terangan di depan orang banyak. Bayangin kalo kita ada di posisi si suami, marah nggak? Jadi lebih baik mulai sekarang stop meledek suami berlebihan di depan orang lain ya.

5. Mengungkit-ngungkit kekurangan finansial suami di depan orang lain

jangan diungkit ya via static.pexels.com

Jaman sekarang sudah biasa kalau istri juga ikut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Bahkan banyak yang posisi kerjanya lebih tinggi dari suami. Tapi ingat, suami tetaplah posisinya sebagai kepala rumah tangga yang wajib kita hormati dan hargai, apapun kondisinya. Jangan sampai karena kita merasa berpenghasilan lebih dari suami dan kita kesal dengan kekurangan finasisal suami, kita jadi suka mengungkit-ungkit hal tersebut.

Kata-kata seperti “Nggak usah atur-atur aku deh, emang kamu yang bayarin ongkos jajan aku!” atau “Ayah kerjanya lebih rajin dong, biar kita nggak begini terus. Kapan punya rumah (atau mobil)nya kalau gini terus?” lebih baik dihindari  agar keharmonisan keluarga tetap terjaga.

6. Suka mengintimidasi suami

Intimidasi via micasadesantidad.com

Sadar nggak tindakan kita yang suka mengintimidasi suami juga termasuk tindakan bullying, lho. Sikap kita yang menekan suami untuk mengabulkan keinginan atau melakukan sesuatu dengan cara kita bisa membuat suami stres, lho.

Kata-kata seperti “Ayah gimana sih, pokoknya aku nggak mau tahu, bulan ini kita beli mobil baru!” bisa membuat suami tertekan dan stres.

Kalau ada sesuatu yang kita inginkan, alangkah baiknya kalau kita komunikasikan dengan baik dan sama-sama mencari jalan keluarnya.

Nah, ada yang merasa melakukan tindakan bullying di atas? Lebih baik mulai sekarang dihentikan ya, agar keutuhan rumah tangga tetap terjaga. Meskipun apa yang kita lakukan nggak sampai seekstrim melakukan tindak KDRT, tapi kekerasan verbal apalagi sampai melontarkan makian sama sekali nggak pantas kita lakukan. Ingat lho, suami bisa jadi diam aja saat kita ledek atau kita marahin sekarang, tapi jangan sampai kemarahannya terakumulasi dan bikin suami jadi stres terus nggak betah di rumah. Kalau suami sudah nggak tahan dan balik marah, konsekuensinya hati kita bisa jauh lebih terluka, lho. Apalagi kalau suami sampai cari tempat curhat lain di luar sana, wah bisa berabe! Efek mental bullying juga bisa berimbas pada kinerja suami di kantor. Nah, nggak mau ‘kan kerjaan suami malah jadi kacau cuma gara-gara kita nggak sadar sudah mem-bully suami?

Apapun kondisinya, suami kita adalah kepala keluarga yang wibawanya wajib kita jaga, bahkan saat tidak di depan orang lain. Apapun alasannya, bullying adalah tindakan yang nggak pantas kita lakukan. Belajar sabar, respek, ikhlas dan mengkomunikasikan segala sesuatu dengan baik pasti akan membuat rumah tanggamu lebih bahagia dan harmonis. Setuju?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An avid reader and bookshop lover.